Kekaisaran mengalami krisis sumber daya manusia yang sudah lama terjadi, banyak sekali faktor yang berpengaruh pada hal ini, tentu saja peperangan yang terjadi baik secara internal maupun karena pihak eksternal adalah alasan utamanya.Beberapa abad sebelumnya pemerintah membuat kebijakan untuk menikahkan siapapun yang berada di usia enam belas hingga lima puluh tahun, dari mulai pemberian hadiah bagi pasangan yang berhasil memiliki anak hingga kenaikan pajak bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti aturan ini.Hal ini mengakibatkan masalah baru, banyak anak-anak yang akhirnya ditelantarkan oleh orang tua mereka karena keterpaksaan berpasangan demi menghindari pajak tinggi.Kebijakan ini hanya bertahan beberapa tahun saja namun akibatnya penduduk yang baru saja meningkat harus merasakan penurunan lagi. Oleh karena itu raja yang sekarang sedang menjabat berpikir ini adalah ide yang bags untuk kembali memberlakukan kebijakan tersebut.Hanya saja karena ilmu
Aula itu berbentuk setengah lingkaran yang atapnya dapat di buka atau di tutup, dari luar gedung itu terlihat seperti batu hitam yang besar., Aula itu memiliki dua pintu masuk dan dua pintu keluar yang arahnya berjauhan.May dan Lira memasuki aula dari pintu nomor tiga, dan saat mereka memasuki ruangan, sudah ada beberapa orang yang duduk disana. Karena tidak ada peraturan yang mengharuskan mereka untuk duduk dimana, May dan Lira memutuskan untuk duduk di dekat pintu keluar.Tempat duduk itu berjajar rapih mengelilingi panggung yang diletakan di tengah-tengah hingga kita dapat melihatnya dari berbagai sudut. Selain itu kaena tempat duduknya berundak menjadikan kapasitas aula tersebut semakin besar.“lihat” Lira menunjuk tempat yang ada di seberang mereka dipenuhi oleh murid baru.“siapa?” tanya May.“orang yang merebut tempatmu” bisik Lira, matanya memandang kearah kerumunan itu dengan mata yang mendelik.
“sudah waktunya makan malam” Lira melihat langit di sore hari yang sudah berubah warnanya dari biru cerah menjadi ungu jingga, matahari tertutupi beberapa awan yang memancarkan sisa-sisa cahayanya utuk hari itu disela sela awan yang mengelilinginya.“kau lapar?” tanya May, Lira menggeleng. “aku juga tidak” kata May lagi.Mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke kamar mereka saja. Saat kembali, mereka mendapati Oliv dan seorang senior lain yang belum pernah mereka temui sebelumnya.“oh itu dia” mereka mendengar Oliv bicara ketika mereka memasuki kamar itu.Senior itu kemudian memandangi May dan Lira. “May, ini Vio dia mencarimu” katanya.“oh, halo” May menyapa senior itu dengan kebigungan. Senior itu memiliki wajah yang terlihat seperti terus tersenyum, ia tidak terlihat memiliki aura seperti Oliv.“halo aku diminta profesor untuk mengantarkan May kepadanya&rdquo
Krrr... Krrr...Krrr...Suara burung yang sedang bertengker diatap perpustakaan terdengar ketika May menatap Profesor Idris untuk menunggunya melanjutkan perkataannya. Satu detik dua detik ketika lima belas detik kemudian keadaan tetap hening dan mata biru profesor Idris tetap menatapnya barulah ia sadar jika Profesor Idris telah selesai berbicara dan kini sedang menunggunya untuk berbicara.“um.. apakah maksud profesor mengenai kesempatan berbicara saat upacara pembukaan tadi?” ia akhirnya berbicara. “jika mengenai hal itu, saya merasa tidak dirugikan. Profesor tidak usah meminta maaf” katanya lagi.“tidak, kami tetap harus minta maaf. Tapi apakah kamu tahu keuntungan mencetak skor tertinggi saat masuk bukan hanya bisa berpidato saat upacara pembukaan?” May menggeleng dan profesor Idris tersenyum.“mereka yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan lima ribu koin sebagai hadiah serta kesempatan untuk masuk kedalam komite siswa tanpa tes”“lima ribu koin?” May menganga, dia akan
BAB 42“Kau mendapat lima ribu koin hanya untuk satu bulan?” May melongo kearah Lira.“yah sebenarnya lima ribu koin adalah gabungan dari uang yang diberikan, ayah dan kakak kakakku” katanya.“tetap saja, tapi apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak itu?”“membeli ini dan itu, kau tau kan” Lira menyeringai.“sudahlah, aku mandi dulu” May memutar bola matanya kemudian ia masuk kedalam kamar mandi.Lira hanya tertawa melihat May. Saat May selesai mandi, Siroh telah duduk manis di meja belajarnya.“oh kau sudah kembali” ia menyapa Siroh.“mn, omong-omong aku tidak melihat kalian tadi di aula maupun di kantin”“aula itu besar, lalu kami tdak ke kantin untuk makan malam”“kalian tidak lapar?”“nah, kami baik-baik saja”“hmm” siloh berdesah pelan. “oh! Berarti kalian b
Kegiatan belajar mengajar untuk fakultas mereka berakhir di sabtu siang oleh kelasnya Profesor Joe mengenai bahasa kuno. Kelas ini diadakan di aula besar karena fakultas mereka harus berbagi kelas dengan fakultas kedokteran.Meskipun kelas selesai di hari sabtu, tetapi para siswa banyak yang masih belajar baik secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini mungkin karena siswa dari fakultas mereka mengalami tekanan lebih tinggi daripada anak-anak yang berasal dari fakultas lain.Beberapa siswa yang tidak mempunyai kelas dan tidak ingin belajar ataupun berlatih seperti yang dilakukan anak-anak militer banyak menghabiskan waktunya di area rekreasi. Selain tempat perbelanjaan bagi semua anggota akademi, ruang rekreasi juga memiliki beberapa tempat komunikasi.Tempat komunikasi ini diperuntukan bagi siswa yang ingin bertukar surat ataupun komunikasi sihir lainnya dengan keluarga atau teman mereka yang ada diluar akademi, selain itu setiap kiriman yang diberikan oleh kel
Hari itu langit cerah, sehingga langit malam tidak terlalu gelap karena ada banyak bintang yang berkilauan serta cahaya dari bulan sabit yang menerangi malam MAY DAN Lira di hutan belantara tersebut.Awalnya May sedikit khawatit jika harus menginap di dalam hutan, tetapi Lira memberikan informasi bahwa hutan yang ada di akademi mereka telah dibersihkan saat pertama kali akademi dibangun dari hewan-hewan buas yang dapat mengancam keamanan para siswa yang diharuskan untuk tinggal di akademi tersebut.Selain itu kabarnya setiap tahun akan ada patroli yang dilakukan oleh siswa militer untuk memastikan keamanannya.May dan Lira mengeluarkan bekal dan juga kantong tidur yang digelar dibawah pohon biji saun biru. Untungnya selama beberapa hari ini tidak turun hujan, sehingga tanah yang mereka tempati tidak basah.“menurutmu berapa harga untuk pohon ini jika kita bisa membawanya?” tanya Lira ketika mereka sedang duduk berhadapan menyantap makan malam
“UGH... dingin” May melihat Lira yang terbangun dan baru saja keluar dari dalam kantong tidurnya menggigil terkena angin pagi.Lira melihat kesekitar, kemarin bahkan tadi malam sebelum mereka oergi tidur. Disekeliling mereka banyak sekali tumpukan daun daun yang sudah berjauhan dan juga kacang-kacang yang berserakan, tapi kini tanah disekeliling mereka telah bersih. Bahkan kulit cangkang yang ditinggalkan oleh Levi juga telah menghilang.Seketika itu Lira tahu bahwa May yang telah membereskan semuanya. “kau bangun jam berapa?” tanyanya.“belum lama” kata May, perhatiannya terfokus pada kacang kacang yang masih ada diatas pohon.“apa kau akan mengambil semua kacangnya?” Lira bertanya sambil mendekati May yang berdiri tepat disamping pohon daun biji biru.“sisakan untuk para hewan lain, ayo bantu aku” katanya.“ugh... bisakah kita sarapan dulu?” Lira mengeluh sambil menggosokan kedua lengannya.May memutar kedua bola matanya lalu dengan pasrah ia duduk dan mengeluarkan cadangan makanan
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I