Kegiatan belajar mengajar untuk fakultas mereka berakhir di sabtu siang oleh kelasnya Profesor Joe mengenai bahasa kuno. Kelas ini diadakan di aula besar karena fakultas mereka harus berbagi kelas dengan fakultas kedokteran.
Meskipun kelas selesai di hari sabtu, tetapi para siswa banyak yang masih belajar baik secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini mungkin karena siswa dari fakultas mereka mengalami tekanan lebih tinggi daripada anak-anak yang berasal dari fakultas lain.
Beberapa siswa yang tidak mempunyai kelas dan tidak ingin belajar ataupun berlatih seperti yang dilakukan anak-anak militer banyak menghabiskan waktunya di area rekreasi. Selain tempat perbelanjaan bagi semua anggota akademi, ruang rekreasi juga memiliki beberapa tempat komunikasi.
Tempat komunikasi ini diperuntukan bagi siswa yang ingin bertukar surat ataupun komunikasi sihir lainnya dengan keluarga atau teman mereka yang ada diluar akademi, selain itu setiap kiriman yang diberikan oleh kel
Hari itu langit cerah, sehingga langit malam tidak terlalu gelap karena ada banyak bintang yang berkilauan serta cahaya dari bulan sabit yang menerangi malam MAY DAN Lira di hutan belantara tersebut.Awalnya May sedikit khawatit jika harus menginap di dalam hutan, tetapi Lira memberikan informasi bahwa hutan yang ada di akademi mereka telah dibersihkan saat pertama kali akademi dibangun dari hewan-hewan buas yang dapat mengancam keamanan para siswa yang diharuskan untuk tinggal di akademi tersebut.Selain itu kabarnya setiap tahun akan ada patroli yang dilakukan oleh siswa militer untuk memastikan keamanannya.May dan Lira mengeluarkan bekal dan juga kantong tidur yang digelar dibawah pohon biji saun biru. Untungnya selama beberapa hari ini tidak turun hujan, sehingga tanah yang mereka tempati tidak basah.“menurutmu berapa harga untuk pohon ini jika kita bisa membawanya?” tanya Lira ketika mereka sedang duduk berhadapan menyantap makan malam
“UGH... dingin” May melihat Lira yang terbangun dan baru saja keluar dari dalam kantong tidurnya menggigil terkena angin pagi.Lira melihat kesekitar, kemarin bahkan tadi malam sebelum mereka oergi tidur. Disekeliling mereka banyak sekali tumpukan daun daun yang sudah berjauhan dan juga kacang-kacang yang berserakan, tapi kini tanah disekeliling mereka telah bersih. Bahkan kulit cangkang yang ditinggalkan oleh Levi juga telah menghilang.Seketika itu Lira tahu bahwa May yang telah membereskan semuanya. “kau bangun jam berapa?” tanyanya.“belum lama” kata May, perhatiannya terfokus pada kacang kacang yang masih ada diatas pohon.“apa kau akan mengambil semua kacangnya?” Lira bertanya sambil mendekati May yang berdiri tepat disamping pohon daun biji biru.“sisakan untuk para hewan lain, ayo bantu aku” katanya.“ugh... bisakah kita sarapan dulu?” Lira mengeluh sambil menggosokan kedua lengannya.May memutar kedua bola matanya lalu dengan pasrah ia duduk dan mengeluarkan cadangan makanan
“ah... punggungku” May menggeliat. Ia sedang berada di perpustakaan mengerjakan tugas membuat sebuah tulisan tentang tanaman herbal yang panjangnya minimal harus mencapai lima ribu kata. Lira yang duduk berhadapan dengannya. Kini duduk tertelungkup, May curiga bahwa ia sedang tertidur.Di meja tersebut tidak hanya ada mereka berdua, tetapi juga beberapa anak dari kelas yang sama. Mereka semua hampir mempunyai kantong mta yang besar dan warnanya sama, beberapa bahkan memiliki rambut yang acak-acakan membuat penampilan mereka terbilang menyedihkan bagi siswa yang belajar di sebuah sekolah elit.Hng.. hiks May mendengar suara isakan pelan yang berada di mejanya. Setelah memperhatikan ternyata suara isakan tersebut berasal dari Nuna, dia adalah salah satu teman sekelas May yang cukup dekat karena mereka memiliki kamar asrama di lantai yang sama.“ada apa?” tanya May khawatir.“hng.. aku.. kenapa tugas kita banyak sekali? Aku tak
Awan hitam yang bergerumul akhirnya saling berbenturan mengeluarkan kilatan kilatan cahaya putih yang menakjubkan tetapi juga membuat hati berdetak lebih cepat karena takut dan kaget.Kaca-kaca yang transparan di kantin kemudian membuat suasana menjadi sedikit mencekam, tetapi kebanyakan dari murid akademi disana tidak menunjukan raut wajah yang takut karena tahu bangunan itu dilindungi oleh sihir yang cukup kuat dan meneruskan makan mereka dengan biasa.Hanya beberapa siswa tahun pertama yang menunjukan perasaan takut ketika kilatan-kilatan itu.“sepertinya akan terjadi hujan badai yang cukup besar” Lira menatap keluar jendela yang gelap. Daun-daun yang berjatuhan berterbangan terbawa oleh angin yang bertiup kencang.“badai? Aku belum pernah melihat badai” May bergumam sambil melihat keluar juga.Lira melihat May dengan alis yang terangkat. “kau belum pernah melihat badai?” May lupa kalau ia tidak memberitahu Lira tentang ingatannya yang hilang, tetapi meskipun ia memandang Lira deng
Cuaca hari itu cukup berangin tetapi langit tidak terlalu gelap seperti kemarin saat badai berlangsung. Badai hujan yang terjadi kemarin sore baru reda di jam sepuluh malam saat May akhirnya bisa tertidur. Untung saja perjalanan kembali ke asrama dilindungi oleh lorong yang membuatnya menjadi sangat berguna ketika cuaca buruk terjadi, selain itu gedung asrama mereka juga dilengkapi alat sihir yang mampu mengendalikan suhu konstan yang nyaman.May berjalan sendirian menuju perpustakaan. Ketika ia sampai May bertemu dengan Vio yang sedang bertugas di meja registrasi.“selamat siang” May menyapa Vio yang kebetulan sedang tidak melihat kearah buku yang ia pegang di mejanya.Vio menganggukan kepalanya, melihat Vio, May jadi ingat tentang akses masuk untuk lantai bawah yang diberikan padanya sebagai kompensasi. Dia belum sempat menggunakannya dan belum mencari informasi bagaimana melakukannya. Jadi, ia memutuskan untuk bertanya pada Vio yang perhatiannya sedang ada padanya dan tidak ada or
Bengkel yang dimaksud Lim adalah tempat dimana anak-anak seni yang membuat patung, senjata dan keramik bekerja. May melihat banyak dari mereka yang memiliki penampilan yang acak-acakan. Beberapa ada yang pakaian dan tangannya dipenuhi cat. Beerapa ada yang dipenuhi debu. May bahkan melihat seseorang yang wajahnya tidak terlihat karena banyak coretan hitam dari abu pembakaran.Tetapi ketika mereka sampai di bengkel tempat tembikar di buat. Suhu yang adadisana beberapa derajat lebih tinggi, membuat seragam yang digunakan terasa pengap.Dari salah satu bengkel tersebut yang pintunya terbuka bahkan May melihat seseorang bertelanjang dada duduk di depan perapian.“Daris” seorang pria yang memiliki tubuh tinggi kemudian menghampiri mereka saat Lim memanggilnya.“oh Lim” dia tersenyum. “masuklah” katanya ia kemudian membawa May Lira dan Lim menuju ruangan kecil yang berisi banyak bangku dan meja untuk membuat tembikar.
Sabtu siang di dalam kelas dengan profesor yang memberikan materi pembelajaran dan para siswa dengan mata panda yang dudukmemperhatikan sambil menahan kantuk. Lira merasakan kartu identitasnya bergetar.Drrrt drrrt drrrt untungnya getaran tersebut tidak kencang dan hanya berbunyi tiga kali, sehingga kelas yang sunyi dan hanya ada suara profesor itu tidak terganggu.Lira melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang sedang memperhatikannya, ia kemudian mengeluarkan kartunya dari dalam kantung bajunya. Setelah melihat kartunya berkedip warna jingga, ia tersenyum lebar.Senyuman inilah yang dilihat oleh May.“ada apa?” May bertanya tanpa mengeluarkan suara. Lira tidak menjawab ia hanya mengeluarkan senyuman lebarnya.Barulah ketika akhirnya kelas berakhir, May dapat mengetahui bahwa Lira telah menerima sebuah paket yang harus di ambil di ruangan informasi.“kau yakin itu barang yang kita butuhkan dari kakakmu
“SELAMAT DATANG PELANGGAN!” May dan Lira terkejut ketika keduanya disambut oleh seseorang dengan seragam yang di balut apron berwarna ungu dengan sangat antusias. “hari ini kami punya menu spesial, kami baru saja mendapatkan laba laba serigala. Kalian mau mencobanya?” orang itu hendak menarik tangan May dan Lira, lalu keduanya tersadar. Kemudian mundur kebelakang. “maaf, kami... kami bukan pelanggan” May terbata. “ah?” pegawai restoran itu bingung. “kami kesini bukan untuk makan” Lira menjawab dengan nada yang lebih tegas. “kami inggin melihat toko yang akan disewakan” May kemudian menambahkan. “oooo begitu” antusiasme yang ditunjukan kemudian menghilang dengan cepat. “maaf” May tersenyum. “kalian murid tahun pertama? Kalian menyewa toko untuk apa?” antusias yang ditunjukan pada awalnya tiba tiba kembali, membuat May dan Lira merasa canggung. “ah iya, kami murid tahun pertama, dan kami akan membuka toko ko
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I