Bengkel yang dimaksud Lim adalah tempat dimana anak-anak seni yang membuat patung, senjata dan keramik bekerja. May melihat banyak dari mereka yang memiliki penampilan yang acak-acakan. Beberapa ada yang pakaian dan tangannya dipenuhi cat. Beerapa ada yang dipenuhi debu. May bahkan melihat seseorang yang wajahnya tidak terlihat karena banyak coretan hitam dari abu pembakaran.Tetapi ketika mereka sampai di bengkel tempat tembikar di buat. Suhu yang adadisana beberapa derajat lebih tinggi, membuat seragam yang digunakan terasa pengap.Dari salah satu bengkel tersebut yang pintunya terbuka bahkan May melihat seseorang bertelanjang dada duduk di depan perapian.“Daris” seorang pria yang memiliki tubuh tinggi kemudian menghampiri mereka saat Lim memanggilnya.“oh Lim” dia tersenyum. “masuklah” katanya ia kemudian membawa May Lira dan Lim menuju ruangan kecil yang berisi banyak bangku dan meja untuk membuat tembikar.
Sabtu siang di dalam kelas dengan profesor yang memberikan materi pembelajaran dan para siswa dengan mata panda yang dudukmemperhatikan sambil menahan kantuk. Lira merasakan kartu identitasnya bergetar.Drrrt drrrt drrrt untungnya getaran tersebut tidak kencang dan hanya berbunyi tiga kali, sehingga kelas yang sunyi dan hanya ada suara profesor itu tidak terganggu.Lira melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang sedang memperhatikannya, ia kemudian mengeluarkan kartunya dari dalam kantung bajunya. Setelah melihat kartunya berkedip warna jingga, ia tersenyum lebar.Senyuman inilah yang dilihat oleh May.“ada apa?” May bertanya tanpa mengeluarkan suara. Lira tidak menjawab ia hanya mengeluarkan senyuman lebarnya.Barulah ketika akhirnya kelas berakhir, May dapat mengetahui bahwa Lira telah menerima sebuah paket yang harus di ambil di ruangan informasi.“kau yakin itu barang yang kita butuhkan dari kakakmu
“SELAMAT DATANG PELANGGAN!” May dan Lira terkejut ketika keduanya disambut oleh seseorang dengan seragam yang di balut apron berwarna ungu dengan sangat antusias. “hari ini kami punya menu spesial, kami baru saja mendapatkan laba laba serigala. Kalian mau mencobanya?” orang itu hendak menarik tangan May dan Lira, lalu keduanya tersadar. Kemudian mundur kebelakang. “maaf, kami... kami bukan pelanggan” May terbata. “ah?” pegawai restoran itu bingung. “kami kesini bukan untuk makan” Lira menjawab dengan nada yang lebih tegas. “kami inggin melihat toko yang akan disewakan” May kemudian menambahkan. “oooo begitu” antusiasme yang ditunjukan kemudian menghilang dengan cepat. “maaf” May tersenyum. “kalian murid tahun pertama? Kalian menyewa toko untuk apa?” antusias yang ditunjukan pada awalnya tiba tiba kembali, membuat May dan Lira merasa canggung. “ah iya, kami murid tahun pertama, dan kami akan membuka toko ko
Daun mapel yang kehilangan kekuatan untung bergantung pada ranting pohon akhirnya jatuh. Tapi belum sempat ia menyentuh tanah, sebuah angin yang bertiup kencang membawanya terbang keatas dan berputar putar membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Terus terbang semakin menjauh dari tempat ia berasal.Entah berapa lama ia terbang bersama sang angin hingga akhirnya ia terbentur pada sebuah kaca dan akhirnya terjatuh disebuah balkon.“ngh.. jam berapa?” May bertanya entah pada siapa saat ia baru saja terbangun dari tidurnya.“tujuh pagi” ia mendengar Oliv yang belum lama memasuki kamar mereka dengan wajah merah sehabis berlari. Biasanya May akan bangun lebih pagi, tetapi mungkin karena kejadian kemarin yang membuat adrenalin di dalam tubuhnya bekerja lebih keras dan juga bagaimana ia menghabiskan sebagian besar energinya untuk merampungkan tugas sekolahnya, May jadi terbangun kesiangan.“kak Oliv?” May yang belum benar-benar sa
“botol untuk laki-laki, dan tahan untuk dibawa bepergian jauh” Lira berkata saat ia dan May berjalan berdua menuju kearea rekreasi.May tidak memberikan reaksi apapun untuk komentar yang satu itu. “May!” Lira yang kesal karena tidak ditanggapi akhirnya menatap kearah May.“apa?” May memandangnya dengan acuh. “jadi siapa laki laki itu?” tanya Lira penasaran. Ia merasa tidak adil ketika May sering menggodanya tentang Lim tapi Lira bahkan tidak tahu siapa nama laki-laki yang dekat dengan May.Melihat wajah Lira yang memelas, May akhirnya menghela nafas tanda kalah. “kau ingat tentang temanku yang bepergian bersamaku?” Lira mengangguk. “kau tahu dia telah banyak membantuku jadi aku ingin melakukan sesuatu untuknya. Tidak tunggu! Jangan pasang wajah seperti itu! aku dan dia tidak mempunyai hubungan sepertimu dan Lim! aku bahkan belum mengenalnya terlalu lama” lanjut May.“apa maksudm
Beberapa hari telah berlalu, hingga tibalah hari dimana May dan Lira membuka toko kecil mereka di area baru. Area ini tidak memiliki penghuni tetap, jadi orang-orang semacam bertaruh dengan keberuntungan untuk mendapatkan tempat yang baik dan juga dikelilingi penjual yang dapat membantu mereka menaikan penjualan.Kali ini May dan Lira mendapatkan tempat didekat siswa yang membuka kedai aksesoris dan juga senjata. Mereka sedikit bersyukur karena mereka tidak mendepatkan tempat disebelah toko yang banyak orang hindari seperti sebelumnya.“aku baru melihat wajah kalian” seorang laki-laki dengan tubuh yang tinggi, ia bahkan mungkin lebih tinggi dari Lim yang mempunyai tinggi 190 cm. Selain tinggi, orang itu juga sangat jelas memiliki masa otot yang lebih besar dibandingkan persentase lemaknya.“halo senior” May menyapa. “kami siswa tahun pertama” jelasnya. Senior yang berasal dari toko yang menjual berbagai macam senjata itu terli
Sejarah Kelam Sihir yang Tidak di Ketahui begitulah judul buku berwarna hijau zamrud tersebut. May terdiam di depan lemari rak tersebut, yang membuatnya sangat tertarik adalah nama penulisnya yang ditulis oleh huruf kecil berwarna emas yang bertuliskan Sasa Odinburg. May tidak yakin apakah ia boleh mengeluarkan buku tersebut.“geser saja kesamping” tiba-tiba suara nyaring seperti anak kecil terdengar oleh May membuatnya terkejut dan ketakutan ia melihat ke kanan dan ke kiri tetapi tak menemukan pemilik suara tersebut.“kau mencari siapa?” tanya suara itu lagi, kini suara tersebut berasal dari samping kirinya. May dengan jantung yang berdegup kencang kemudian melirik ke sebelahnya dan melihat tidak ada siapa-siapa disana.Sebelum bulu kuduk May sempat bereaksi, suara itu kembali terdengar. “aku dibawah sini” katanyaMay melihat seorang anak laki-laki yang tingginya hanya sepinggul May. Ia memakai seragam
“Oh” May kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Sementara ia sedang bergumul dengan pikirannya. Felix yang duduk diatas tangga tengah memperhatikan semua gerak gerik yang dilakukan oleh May juga ekspresi wajahnya.“kalau kau terarik dengan sejarah sihir lain, aku bisa merekomendasikan beberapa buku yang mungkin kau suka” katanya membuat May tersadar dari lamunannya.Ia kemudian memandangi Felix dan tersenyum. “terima kasih, tapi bisakah kamu membantuku untuk merekomendasikan sebuah buku yang berhubungan dengan tanaman herbal ataupun resep ramuan?”Felix mengangkat sebelah alisnya yang tebal, matanya yang lebar menatap May dengan rasa penuh penasaran.“sebenarnya kau dari fakultas apa?” tayanya. “Farmasi” jawab May. Kemudian ia melihat Felix menatap May dengan seksama. Sebelum akhirnya Felix memberikan beberapa rekomendasi buku, dan ketika May mengatakan tentang pilihan buku yang ingin ia baca. F
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I