Beberapa hari telah berlalu, hingga tibalah hari dimana May dan Lira membuka toko kecil mereka di area baru. Area ini tidak memiliki penghuni tetap, jadi orang-orang semacam bertaruh dengan keberuntungan untuk mendapatkan tempat yang baik dan juga dikelilingi penjual yang dapat membantu mereka menaikan penjualan.
Kali ini May dan Lira mendapatkan tempat didekat siswa yang membuka kedai aksesoris dan juga senjata. Mereka sedikit bersyukur karena mereka tidak mendepatkan tempat disebelah toko yang banyak orang hindari seperti sebelumnya.
“aku baru melihat wajah kalian” seorang laki-laki dengan tubuh yang tinggi, ia bahkan mungkin lebih tinggi dari Lim yang mempunyai tinggi 190 cm. Selain tinggi, orang itu juga sangat jelas memiliki masa otot yang lebih besar dibandingkan persentase lemaknya.
“halo senior” May menyapa. “kami siswa tahun pertama” jelasnya. Senior yang berasal dari toko yang menjual berbagai macam senjata itu terli
Sejarah Kelam Sihir yang Tidak di Ketahui begitulah judul buku berwarna hijau zamrud tersebut. May terdiam di depan lemari rak tersebut, yang membuatnya sangat tertarik adalah nama penulisnya yang ditulis oleh huruf kecil berwarna emas yang bertuliskan Sasa Odinburg. May tidak yakin apakah ia boleh mengeluarkan buku tersebut.“geser saja kesamping” tiba-tiba suara nyaring seperti anak kecil terdengar oleh May membuatnya terkejut dan ketakutan ia melihat ke kanan dan ke kiri tetapi tak menemukan pemilik suara tersebut.“kau mencari siapa?” tanya suara itu lagi, kini suara tersebut berasal dari samping kirinya. May dengan jantung yang berdegup kencang kemudian melirik ke sebelahnya dan melihat tidak ada siapa-siapa disana.Sebelum bulu kuduk May sempat bereaksi, suara itu kembali terdengar. “aku dibawah sini” katanyaMay melihat seorang anak laki-laki yang tingginya hanya sepinggul May. Ia memakai seragam
“Oh” May kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Sementara ia sedang bergumul dengan pikirannya. Felix yang duduk diatas tangga tengah memperhatikan semua gerak gerik yang dilakukan oleh May juga ekspresi wajahnya.“kalau kau terarik dengan sejarah sihir lain, aku bisa merekomendasikan beberapa buku yang mungkin kau suka” katanya membuat May tersadar dari lamunannya.Ia kemudian memandangi Felix dan tersenyum. “terima kasih, tapi bisakah kamu membantuku untuk merekomendasikan sebuah buku yang berhubungan dengan tanaman herbal ataupun resep ramuan?”Felix mengangkat sebelah alisnya yang tebal, matanya yang lebar menatap May dengan rasa penuh penasaran.“sebenarnya kau dari fakultas apa?” tayanya. “Farmasi” jawab May. Kemudian ia melihat Felix menatap May dengan seksama. Sebelum akhirnya Felix memberikan beberapa rekomendasi buku, dan ketika May mengatakan tentang pilihan buku yang ingin ia baca. F
Dua hari kemudian Lira dan May baru menemukan kesempatan untuk berbicara serius mengenai bisnis mereka di kamar asrama. Hari itu May dan Lira memiliki jadwal kosong di sore hari dan mereka tidak memakainya untuk belajar di perpustakaan seperti kebanyakan dari teman mereka.“apa kau memberitahu kakakmu tentang kita yang menemukan pohon biji daun biru?” May memulai percakapan mereka.“tidak, aku belum memberitahunya” jawab Lira. “hmmm... lalu menurutmu bagaimana?” Lira kemudian bertanya pada May.“jika resepnya diual bagaimana dia akan mendapatkan biji daun biru? Meskipun kita memberitahu tentang pohon yang kita temui di hutan akademi, aku tidak yakin itu akan cukup digunakan untuk produksi dengan skala besar”“sebenarnya kakaku juga memberikan pilihan untuk membagi resep padanya lalu kita akan mendapatkan setengah bagian dari hasil penjualannya”“yang benar?” May kaget. &l
Sepanjang perjalanan menuju kembali ke kamarnya, May tak berhenti menyunggingkan senyumannya. Untungnya dijalan ia tak bertemu dengan siapapu. Ketika ia memasuki kamar, Lira sudah bangun dan terdengar suara gemerisik air. Menandakan Sirh sedang menggunakan kamar mandi karena Oliv masih berlatih dilapangan.“kau pulang” Lira kemudian terkejut melihat wajah May yang tersenyum dengan mata sembab. Wajahnya yang santai kemudian berubah menjadi serius. Ia menatap May.“May! Kau menangis?” katanya lagi dengan nada tinggi. Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan Siroh yang mendengar Lira kemudian menatap kearah May dan menghampiri keduanya.“May kenapa? Apa ada orang yang berbuat jahat padamu?” tanya Siroh dengan khawatir.“apa? Tidak aku tidak apa-apa, dan tidak ada yang jahat padaku” jawab May mengelak malu.“kau yakin?” Lira masih menatap May dengan serius. May kemudian mengangguk dengan wajah y
Makan siang saat itu terasa sedikit canggung, tetapi mereka tetap menikmatinya. Seteleah selesai Lim kemudian mengajak Lira untuk pergi da meninggalkan May dan Lefron.Ketika May dan Lefron keluar dari restoran itu, May melihat sebuah kafe yang menjual kue-kue cantik. “apakah kau mau makan makanan penutup bersamaku?” May bertanya pada Lefron.Sesungguhnya Lefron tidak terlalu menyukai makanan manis, lebih tepatnya ia tidak perduli dengan apa yang dia makan sepanjang bisa menopang gizi tubuhnya dengan baik.Karena May tidak melihat penolakan oleh Lefron, ia kemudian menariknya kedalam. May memesan sepotong kue keju dengan krim strawberi dan secangkir teh, untuk Lefron ia memesan kue coklat dan teh yang sama untuknya. Kemudian ia mencari tempat duduk yang berada di pojokan untuk berbicara dengan Lefron.“jadi, pekerjaan apa yang sedang kau lakukan di akademi?” May memulai percaapannya sambil memakan kuenya. “aku ikut terlibat d
Keputusan May untuk bertunangan dengan Lefron tidak banyak mengubah kesehariannya. Ia tetap masuk kelas dan sibuk dengan tugas-tugasnya. Dia hanya bisa bertemu dengan Lefron yang juga sedang sibuk dengan pekerjaannya sesekali saja. Mereka terkadang hanya bisa melihat satu sama lain dari kejauhan tanpa saling menyapa.Meskipun May mendapatkan jam koson atau hari libur, ia tetap tidak bisa menghabiskan waktu bersama Lefron. sama seperti Lira dan Lim yang juga memiliki kesibukannya masing-masing. May bahkan mendapatkan informasi dari Oliv jika Lefron pergi ke luar akademi.Saat hari senin tiba. May dan Lira kemudian lebih disibukan dengan bisnis mereka. Dari buku yang ia baca di perpustakaan lantai bawah ia menemukan bahwa penggunaan batu permata untuk sebuah ramuan terkadang dapat membawa hal baik.Kali ini May dan Lira mendapatkan toko yang berada dikawasan toko yang disewakan untuk para siswa berkumpul bersama. Untungnya mereka memang tidak mempunyai niatan untu
Suasana disana tiba-tiba berubah menjadi canggung, beberapa orang yang duduk tidak jauh dari mereka kini mengalihkan pandangannya pada mereka. Terlebih orang yang sedang berdiri dihadapan mereka adalah seorang pangeran yang cukup populer.May memandangi Lefron yang tidak juga mengatakan sesuatu, dan pangeran yang memandangi Lefron dengan tatapan yang tidak bisa May mengerti. Ketika Lefron tau May memandanginya dengan wajah bingung, kemudian ia berkata padanya tanpa memperdulikan pangeran.“kau sudah selesai kan? Ayo makan” Lefron menarik tangan May yang masih ada dalam genggaman tangannya.“ah?” May bingung karenasang pangeran masih berdiri disana. Lefron kemudian membantu May membereskan mejanya.Ketika mereka hendak beranjak pergi dari sana sang pangeran yang sadar kalau dia di acuhkan oleh Lefron memandang ke arah May dengan wajah kesal.“hey kau! Jangan termakan dengan wajahnya yang tampan. Lefron adalah seorang mo
Blup blup blup, cairan yang berada di reaktor tiba-tiba berubah mrnjadi sangat panas ketika Lira memasukan serpihan batu yang sudah terlebih dahulu May timbang dan dihaluskan.“Lira masukan secara perlahan” May yang sedang fokus menimbang batu mineral untuk percobaan dosis selanjutnya tidak melihat Lira yang langsung memasukan semua bubuk dalam wadah sekaligus.“ah?” katanya, ia melirik May yang tatapannya tidak tertuju padanya.“apa yang akan terjadi jika aku memasukan semuanya sekaligus?” katanya, Lira melihat gelembung semakin banyak dan ramuan yang bergejolak dengan cepat itu kemudian merubah warnanya menjadi hitam.“ops” katanya ketika asap hitam mulai naik keatas.“kenapa?” May akhirnya mendongkakan wajahnya ketika awan hitam yang dihasilkan sudah semakin besar.“oh tidak matikan!” May berteriak.“aku sudah mematikannya! Tapi ramuannya terus bereaksi&r
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I