Cahaya matahari yang berwarna keemasan menyinari atap gedung farmasi yang putih menjadikannya sedikit berkilapan dari kejauhan, di belakang gedung farmasi terdapat fakultas kedokteran dan tak jauh dari sana terdapat rumah sakit kecil milik akademi, para dokter yang bekerja disini juga bekerja sebagai pengajar, terkadang siswa dari tingkat akhir memulai karirnya dari rumah sakit ini.
Fasilitas rumah sakit juga merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh akademi Picasso bagi para siswa dan staf yang bekerja dissana.
Jika kemarin May diberikan tur untuk fakultas farmasi terkait kegiatan belajarnya di fakultas tersebut, kali ini mereka diberikan tur untuk seluruh akademi. karena akademi picasso cukup luas, tur mereka baru selesai di sore hari.
Hal yang membuat May cukup terkejut adalah adanya sebuah area rekreasi yang didirikan untuk para siswa agar bisa menyalurkan kreasi dan energinya. Di area ini juga terdapat sebuah toko serba ada yang memuat barang-baran
Hawa dingin yang tertiup angin kencang mengenai wajah May yang belum sepenuhnya mendapatkan kesadaran dari tidurnya. Ia menatap ke arah depan dimana hutan yang gelap berada, suasana ini mengingatkannya sewaktu masih ada di markas militer.Tetapi hutan ini tidak serapat hutan terlarang dan dari kejauhan May masih dapat melihat kilapan cahaya yang berasal dari kapal-kapal dan mercusuar yang ada di laut lepas.Seperti hari sebelumnya, May terbangun di pagi hari tetapi Oliv bahkan sudah terlebih dahulu mengklaim kamar mandi yang menjadikan May berada di balkon untuk menyesap udara pagi.“uh” May mendengar Lira bersuara. “dingin sekali” katanya.Mendengarnya May tersenyum kemudian ia kembali ke kamar dan menutup pintu balkon kamar mereka “maaf” kata May pada Lira.“hmm.. jam berapa ini?” tanya Lira masih dengan mata yang tertutup. “jam lima” jawab May ia duduk di kasurnya untuk melipat selimutn
“Jadi..” May melirik Lira sesaat setelah pintu kamar mereka tertutup.“kau tidak mau menceritakan bagaimana kau mendapatkan batu bercahaya itu” lanjutnya sambil masih terus menatap Lira.“hmm... yah... itu... aku.. seseorang memberikannya sebagai souvenir” jawab Lira dengan sedikit gugup karena tatapan yang diberikan oleh May.“hoo... pasti seseorang itu sangat spesial ya” May memberikan senyum penuh arti pada Lira. Tanpa menjawab pertanyaan May, Lira kemudian berlari menuju kamar mandi dan membanting pintunya membuat suara keras.May terdiam, kemudian ia melanjutkan membaca bukunya lagi. Ngomong-ngomong soal kota Linos May memikirkan Lefron yang belum juga memberikan kabar. Karena memikirkan keadaan Lefron, pikiran May menjadi tidak fokus lalu ia menutup buku yang ia baca dan memilih untuk bermain bersama Levi.Levi hamster ini benar-benar tidak menyusahkan, hanya saja dia juga tidak terlalu
Dua jam berlalu begitu saja di dalam kelas Profesor Emet, banyak siswa yang mengeluh saat profesor Emet mengakhiri kuliahnya hari itu, tentu saja kebanyakan dari mereka adalah para siswi yang terkena mantra profesor Emet yang memang cukup tampan.“kantin?” kata May pada Lira, mereka masih duduk di bangku mereka karena tidak mau ikut-ikutan berdesakan dengan yang lain.Lira mengangguk. “mau melihat lantai dua?” tanya May lagi sambil membereskan alat tulisnya ke dalam keranjang sihirnya.“mn, aku ingin memakan sesutu yang manis” Lira bangkit setelah memastikan bahwa pintu keluar sudah tidak seramai sebelumnya.Kebanyakan dari mereka memilih untuk ke kantin, karena dekat dengan jam makan siang, beberapa ada yang memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena hari itu mereka telah menyelesaikan pelajarannya.May dan Lira akhirnya mengunjungi kantin lantai dua, disana berjejer berbagai jenis restoran dari yang memiliki kedai-kedai kecil yang menjual makanan ringan higga restoran mewah yang
Kekaisaran mengalami krisis sumber daya manusia yang sudah lama terjadi, banyak sekali faktor yang berpengaruh pada hal ini, tentu saja peperangan yang terjadi baik secara internal maupun karena pihak eksternal adalah alasan utamanya.Beberapa abad sebelumnya pemerintah membuat kebijakan untuk menikahkan siapapun yang berada di usia enam belas hingga lima puluh tahun, dari mulai pemberian hadiah bagi pasangan yang berhasil memiliki anak hingga kenaikan pajak bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti aturan ini.Hal ini mengakibatkan masalah baru, banyak anak-anak yang akhirnya ditelantarkan oleh orang tua mereka karena keterpaksaan berpasangan demi menghindari pajak tinggi.Kebijakan ini hanya bertahan beberapa tahun saja namun akibatnya penduduk yang baru saja meningkat harus merasakan penurunan lagi. Oleh karena itu raja yang sekarang sedang menjabat berpikir ini adalah ide yang bags untuk kembali memberlakukan kebijakan tersebut.Hanya saja karena ilmu
Aula itu berbentuk setengah lingkaran yang atapnya dapat di buka atau di tutup, dari luar gedung itu terlihat seperti batu hitam yang besar., Aula itu memiliki dua pintu masuk dan dua pintu keluar yang arahnya berjauhan.May dan Lira memasuki aula dari pintu nomor tiga, dan saat mereka memasuki ruangan, sudah ada beberapa orang yang duduk disana. Karena tidak ada peraturan yang mengharuskan mereka untuk duduk dimana, May dan Lira memutuskan untuk duduk di dekat pintu keluar.Tempat duduk itu berjajar rapih mengelilingi panggung yang diletakan di tengah-tengah hingga kita dapat melihatnya dari berbagai sudut. Selain itu kaena tempat duduknya berundak menjadikan kapasitas aula tersebut semakin besar.“lihat” Lira menunjuk tempat yang ada di seberang mereka dipenuhi oleh murid baru.“siapa?” tanya May.“orang yang merebut tempatmu” bisik Lira, matanya memandang kearah kerumunan itu dengan mata yang mendelik.
“sudah waktunya makan malam” Lira melihat langit di sore hari yang sudah berubah warnanya dari biru cerah menjadi ungu jingga, matahari tertutupi beberapa awan yang memancarkan sisa-sisa cahayanya utuk hari itu disela sela awan yang mengelilinginya.“kau lapar?” tanya May, Lira menggeleng. “aku juga tidak” kata May lagi.Mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke kamar mereka saja. Saat kembali, mereka mendapati Oliv dan seorang senior lain yang belum pernah mereka temui sebelumnya.“oh itu dia” mereka mendengar Oliv bicara ketika mereka memasuki kamar itu.Senior itu kemudian memandangi May dan Lira. “May, ini Vio dia mencarimu” katanya.“oh, halo” May menyapa senior itu dengan kebigungan. Senior itu memiliki wajah yang terlihat seperti terus tersenyum, ia tidak terlihat memiliki aura seperti Oliv.“halo aku diminta profesor untuk mengantarkan May kepadanya&rdquo
Krrr... Krrr...Krrr...Suara burung yang sedang bertengker diatap perpustakaan terdengar ketika May menatap Profesor Idris untuk menunggunya melanjutkan perkataannya. Satu detik dua detik ketika lima belas detik kemudian keadaan tetap hening dan mata biru profesor Idris tetap menatapnya barulah ia sadar jika Profesor Idris telah selesai berbicara dan kini sedang menunggunya untuk berbicara.“um.. apakah maksud profesor mengenai kesempatan berbicara saat upacara pembukaan tadi?” ia akhirnya berbicara. “jika mengenai hal itu, saya merasa tidak dirugikan. Profesor tidak usah meminta maaf” katanya lagi.“tidak, kami tetap harus minta maaf. Tapi apakah kamu tahu keuntungan mencetak skor tertinggi saat masuk bukan hanya bisa berpidato saat upacara pembukaan?” May menggeleng dan profesor Idris tersenyum.“mereka yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan lima ribu koin sebagai hadiah serta kesempatan untuk masuk kedalam komite siswa tanpa tes”“lima ribu koin?” May menganga, dia akan
BAB 42“Kau mendapat lima ribu koin hanya untuk satu bulan?” May melongo kearah Lira.“yah sebenarnya lima ribu koin adalah gabungan dari uang yang diberikan, ayah dan kakak kakakku” katanya.“tetap saja, tapi apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak itu?”“membeli ini dan itu, kau tau kan” Lira menyeringai.“sudahlah, aku mandi dulu” May memutar bola matanya kemudian ia masuk kedalam kamar mandi.Lira hanya tertawa melihat May. Saat May selesai mandi, Siroh telah duduk manis di meja belajarnya.“oh kau sudah kembali” ia menyapa Siroh.“mn, omong-omong aku tidak melihat kalian tadi di aula maupun di kantin”“aula itu besar, lalu kami tdak ke kantin untuk makan malam”“kalian tidak lapar?”“nah, kami baik-baik saja”“hmm” siloh berdesah pelan. “oh! Berarti kalian b
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I