“Sebentar lag- mereka datang” cahaya teleportasi satu persatu menyala dan orang-orang seraphim datang dengan jumlah yang banyak.
Melihat keadaan berbalik, para iblis semakin mengencangkan senjata mereka, bersiap melakukan penyerangan dibawah perintah sang raja.
“Daren kau datang tanpa sapaan, bukankah itu sedikit kasar? Aku ingat cangkir tehku tidak cukup digunakan memenuhi mulut orang-orangmu” implikasinya kedatangan mereka sangat tidak disambut.
Raja iblis, tersenyum senang, menatap obsesif kearah Claire, iris emasnya hanya terus tertuju pada gadis itu, melihat mata itu. Ketua seraphim mengerutkan kening, dan berdiri menghalangi padangan Daren. Melihat padangannya terhalang Daren mengerut kesal.
“Kau menghalang Ruth”
“Dia adalah hal pertama yang tidak bisa kau sentuh, mundur atau aku tidak akan menahan diri”
Daren mengumpat rendah, tetapi menyeringai selanjutnya. Dia menggigit jarinya, setetes darah turun ke-tangan dan bersatu dengan darah lain, bunyi rantai bedentangan berisik dibawah mata orang lain. Ruth mengambil kuda-kuda dan pedang lebar bermata dua muncul ditangannya. Rantai itu mulai menjalar kearah Ruth, pedang di tangannya mulai melawan tetapi dia tidak tahu bahwa sebuah rantai lolos dan langsung mengikat tangan berdarah Claire. Hentakan tarikan yang kuat membuat Claire tidak siap dan ditarik maju, gadis itu mencoba memberontak, kejadian itu berlangsung cepat, dan 5 detik reaksi Sven dan orang lain tercengang. Sven bergegas menarik kembali Claire, memotong rantai dengan kekuatannya tetapi itu sia-sia.
Ruth mengencangkan rahangnya, menepis rantai di pedangnya, dan datang menyelamatkan Claire, percikan petir ungu mengahantam rantai Claire dan membuat rantai itu menghilang seketika, tetapi bukannya membuat sisa runtuhnya hilang, tetapi pecahan rantai memasuki tangan Claire yang membuatnya beteriak kesakitan.
Perasaan terbakar menusuk tangannya, rasa itu mulai menjepit seperti menyatu dengan tulang. Keringat dingin dan ringisan kesakitan mewarnai adegan itu.
“Daren! Kau Berani!!” Ruth berteriak marah.
“Kau menyembunyikannya Ruth!, kau menyebunyikan takdirku!” Daren berteriak marah, awan mendung, petir menggeledak langit seakan menghancurkan sekitarnya, iris emas itu berubah menjadi merah darah.
“Kau tidak berhak, orang tua itu memutuskan takdirmu, lepaskan Claire dan pergi!”
“Apa hakmu!,akulah yang memutuskan, orang tua itu sudah menyatu dengan tanah, dan apapun ucapannya hanyalah angin yang berlalu. Kau kembalikan dia!”
Melihat tidak ada perubahan, Ruth tidak punya pilihan ”Kau yang meminta”
Pedang bermata dua itu berubah menjadi tombak emas dengan lonceng disekitarnya,rumbai pita perak dan hitam tampak kontras dengan tombaknya. Daren berdecih menghina, pedangnya berubah menjadi sabit panjang dengan bilah pisau bersinar. Warnya hitam dengan pita merah yang menjadi perpaduan yang cocok, rumbainya disekitar sabit berwarna emas.
Claire bernafas ringan, tubuhnya seperti hancur dan kesemutan mulai mereda, matanya melihat percikan guntur yang menggelegar, di matanya kedua senjata yang terlihat suci itu memacarkan kekuatan yang menyeramkan, sedetik kemudian matanya membulat panic. Senjata itu adalah pembawa bencana, sekali tebasan maka setengah alam semesta akan runtuh dan surga ilahi akan murka. Ini bahkan akan merugikan mereka. Tombak Saners adalah pembelah langit, Sabit Roners adalah pembelah alam langit, ini bencana!.
Plot ini terlalu menyimpang, jika dilanjutkan, bahakan dirinya tidak akan tahu bagaimana selanjutnya. Claire mencoba berdiri tetapi ditekan Sven kedalam pelukannya. “Kau beristirahat, belenggu ditanganmu masih mengacau”
“Tidak, Sven, mereka harus dihentikan, jika tidak kesimbangan alam akan rusak”
“Apa yang kau tahu, bersikap baiklah dan istirahtkan dirimu!
Claire keras kepala, mengenggigit tanga Sven dan berlari dari pelukannya, bergegas menuju Ruth.
“Ketua jangan lakukan ini, tuhan akan murka kepada kita karna memnentang langit”
Ruth tidak mengalihkan wajahnya, hanya merentangkan tangnnya menghalangi Claire yang akan terus maju. “Kau diam untukku! Kembali kebelakang. Sven apa yang kaukukan, tarik Claire kembali.” Tanpa dikatakan Sven telah berjalan menuju Claire.
“Tidak!! Kau dengarkan aku dulu! Tolong percayalah, malapetaka akan datang jika kau melakukannya”
Claire memeluk lengan Ruth, dan matanya menatap kedepan, menatap Daren yang masih mengencangkan rahangnya, bertanda dia marah.
“Dan Kau! Pergi sekarang!! Bahkan jika kau mengikatku jangan kira aku tidak tahu kelamahanmu!” Claire menunjuknya dengan berani, dia kesal.
Daren mengangkat alisnya, dan mencibir “kau kira aku takut, apa yang kau akan laku-“
“oh begitukan? Baiklah,kau yang meminta, jangan salahkan aku, jika aku memotong tanganku diatas tanda, dan melemparkannya ke api!”
“Kau gila!”
“Claire!”
Daren menenangkan dirinya, menutup mata dan iris emas itu kembali. Melihat wajah gadis itu yang masih keras tanpa ketakutan sama sekali, matanya teguh. Daren menghela nafas, menghempaskan senjatanya dan hilang begitu saja, hanya ada suara yang terdengar.
“Aku mundur,jaga takdirku, aku akan bertamu lagi.” Perlahan tirai cahaya munutup kembali, retakan alam kembali, dan mengaburkan semua iblis. Padangan didepannya kembali kesemula, dan Claire jatuh tak asadarkan diri.
“Claire!”
Sven dan Ruth berteriak panic.
****
Daren duduk di singgasananya, dia membungkukkan badannya memuntahkan darah hitam.
“Yang mulia!”
Daren mengangkat tangannya menghentikan, lalu tersenyum obsesif. menatap tangan kirinya yang memiliki lukisan rantai yang sama persis dengan Claire, mereka terhubung. Perasaan senang mulai mengeledak dadanya, perasaan pertama ini membuatnya senang.
Sebuah ketukan pintu terdengar dan langkah pelan datang. Seorang pria tampan dengan pakaian sederhana datang didepannya.
“Tuan, Rose meminta menghubungimu, dia merengut kesal, bahwa kau tidak melihatnya malam ini. Dia menunggumu didunia manusia.”
Daren mengankat alis kirinya, dan mendengus. “Beraninya dia kesal? mahluk lemah itu menganggap dirinya penting. Lupakan dia! Putuskan komunikasi, jangan biarkan dia mengangguku. Kotoran lemah itu, menjijikkan”
“Baik tuan” pria itu memberi hormat dan mundur. Wakil nya menatap tuannya aneh, bukannya yang mulia sendiri yang selalu senang dengan manusia itu? Mungkin saja yang mulia sudah bosan, ya itu pasti.
****
kelanjutannya akan segera datang.. :3 sorry author keenakan menikmati waktu jadi lupa T.T
Claire menatap langit-langit rumah sakit dengan helaan nafas yang panjang. “Apakah ini terlalu melenceng dari plot? Bukankah dia hanya umpan meriam? Lalu darimana si iblis itu mencicipi darahku? Tidakkah dia ingin membunuhku kenapa malah terikat padaku. Iblis sampah! Lihat saja kalu aku bertemu dengannya lagi, aku akan menginjak lehernya, menjambak rambutnya dan meludahinya! Cihh!” Claire menghentakkan kakinya kesal, melipat tangannya di dada. Pagi ini dia baru saja bangun dalam setengah bodoh, mengingat apa yang terjadi padanya lalu menyadari apa yang terjadi.Awalnya Claire ingin menciptakan efek kupu-kupu pada plot untuk menyelamatnya, sedikit saja, tetapi apa yang diabayangkannya malah efek ini sudah terbang jauh. Claire memikirkan apa saja yang harus dialakukan dimasa depan, kemungkinan besar apa yang sudah ia baca tidak akan sama dengan sekarang.Pentu terbuka pelan dirinya dengan ketukan. “Yo~, Kau tampak lebih baik” Dave masuk dengan sen
Langit perlahan berubah menjadi gelap. Sejak kedatangan Dave, ruangan Claire dipenuhi dengan canda tawa. Mengingat kodisi Claire masih kurang baik, Dave mengundurkan diri dan berjanji ia akan datang besok bersama Sven. Sekarang dirinya sendiri, didunia ini tidak ada ponsel, tv apalagi computer. Ini membosankan, sebagai manusia diabad-21 dia terbiasa dengan teknologi,tetapi dunia ini tidak mempunyai itu, jadi membuatnya terbiasa cukup sulit. Claire mulai menutup mata dan menghitung domba, lebih baik tidur dari pada berdiam diri seperti orang bodoh. Tetapi saat domba akan mengenai angka 100, gorden bangsalnya berkibar, Claire membuka mata dan melirik malas ke arah gorden. “Aku penasaran, waktu luangmu cukup banyak atau kau hanya orang malas yang cukup membuang waktu. Jadi urusan apa yang membuat raja iblis datang tanpa pengawalan?” Claire bangkit untuk duduk, dan iris emas yang mengintip memiliki lekukan senyum. “Tentu saja bertemu dengan istriku” bayangan hita
Di dunia itu, dimanapun itu, ada hukum yang tak terkatakan, yaitu hukum sebab akibat. Claire menempati tubuh ini dan dia harus memberikan penghormatan padanya, adanya sebab akibat ini untuk memberikan ketentraman untuk jiwanya. Kuburan ibu Claire berada di pemakaman umum yang cukup jauh. Sebenarnya di setiap keluarga yang terbilang terkenal, seperti keluarga pemilik aslinya mempunyai kuburan sendiri, terletak di mension tua disetiap keluarga. Tetapi ibu pemilik asli tidak dikuburkan disana karna keinginan Claire.Claire yang menganggap setiap tanah keluarga Carl adalah najis dan kotor yang tidak pantas bagi ibunya yang suci. Satu jam perjalanan, akhirnya ia menemukan kuburan ibu pemilik asli, dibawah pohon besar yang rindang, kuburan itu tampak teduh dengan sinar matahari yang menyinarinya. Claire mengusap batu nisan itu dengan lembut, lalu meletakkan bunga di depan batu nisan.“Halo Nyonya Violet, namaku Claire, bukan Claire yang kau tahu, tapi Claire yang lain.
Hari telah menjelang malam, kota-kota di London mulai gelap, lampu-lampu kota sudah menunjukkan kesombongan cahanya, suara-suara ramai terus mengusik pendengaran. Mahluk malam yang nyata berlalu lalang didunia bawah, tak sedikit dari mereka akan menuju ke kota untuk mendapatkan santapan malam dari manusia-manusia tolol. Seperti saat ini, sepasang iblis berkuku tajam tersenyum penuh melihat seorang gadis yang berada di dalam sel mereka. Baru 15 menit tadi mereka medapatkan gadis kumuh ini di pinggir jalam werlands, salah satu tempat kumuh yang paling terkenal di London.“Hari ini kita akan makan enak Leli.” Si laki-laki terkikik puas, sedangkan si perempan –leli- tak kalah puas. Sejumput perasaan takut memenuhi benak gadis itu, ia merapatkan genggamannya disalah satu ujung bajunya, gemetar ketakutan, sesak dan penuh kepanikan. Jeruji itu terbuka, wajah menyeramkan dengan mulut yang penuh gerigi tajam yang panjang, mulai mendekat, tangan hitam yang pe
Mata mereka masih saling menatap, dan Claire bersumpah, pria itu menyeringai dan mulai menjalankan mobilnya. “Kau melihatnya?” Sven dan Dave saling menatap.“Melihat apa?”Claire menatap keduanya. “Seseorang bisa melihat kereta kita.”“Jika bangsa immortal tentu saja bisa, kecuali manusia. lalu apanya yang aneh?”Calire memutar matanya kesal. Sven menatap Clire. “Yang berarti bukan keduanya. Kau tidak salah kan?”“Aku tidak mencium bau apapun darinya.”“Hidung mu beringus, itu pasti” Dave merapikan rambutnya, tak memperdulikan tatapan menusuk.“Dave.” Sven memberikan peringatan. Pria itu menghela nafas. Dave menatap keduanya.“Ada dua kemungkinan. Pertama, kau masih belum peka Claire, kau baru mengetahui dirimu sebulan yang lalu dan bergabung dengan kami 3 hari kemudian, yang berarti kau masih harus berlatih anak baru. Yang ked
Claire menghabiskan waktu paginya dengan melihat pemandangan sekitar. Sekilas dirinya benar-benar berda di layar CGI fantasi ala film holywood. Gunung tinggi, penuh pohon tinggi, bunga-bunga indah, dan jangan lupakan air terjun, -ah dan mahluk-mahluk kecil yang berterbangan, persisi seperti film-fim fantasi. Claire tak berhenti bergumam, tangannya berderak dan mengepal. “Ini terlalu indah!”Salahkan dunia yang pernah ia hidupi, penuh polusi, bangunan tinggi dimana-mana minim pepohonan. Claire merasa penyesalan kedatangannya diringankan. “Claire, apa yang kau lakukan? Tidak melakukan piket?”Claire berbalik menatap Sven, piket? Apakah ada? Claire panic, ia dtang dengan memori yang kurang baik, jangan katakan tentang piket, ia bahkan tidak tau piket apa yang akan dia lakukan. Yang pastinya piket ini berbeda dengan piket yang ada diduaniannya, dirinya harus melakukan sesuatu agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka.“Apakah ha
Claire meliriknya sebentar lalu tersenyum kecil “bagaimana melakukannya? Bukannya kita semua punya otak disini? Ops, aku lupa, kalian para iblis hanya punya otak di dengkul kalian”Jendral ibis berkepala babi meludah, menatapnya marah “ dasar mahluk rendahan! Beraninya menghina raja kami, kau harus di giling sampai hancur!!” Claire menatap kepala babi sebentar, gigi kuning, tubuh gemuk berkeringat, ugh. Mengingat makanan favoritnya, maka saat ini masuk dalam daftar hitam.Melangkah maju, pedang hitam Claire menghembuskan aura merah pekat, mengayunkan pedangnya menebas hidung babi, dan detik berikutnya rengekan babi datang. “Mahluk rendah, baraninya kau melaukan ini pelacur! Aku akan mencincangmu!” babi itu berlalri maju menuju Claire, pada langkah terakhir, melihat iblis babi datang mendekat. Claire bersiap menyerang, tetapi tebasan sebuah angin berhembus dan seketika cahaya perak, menebas iblis itu menjadi potongan-potongan ke