Claire meliriknya sebentar lalu tersenyum kecil “bagaimana melakukannya? Bukannya kita semua punya otak disini? Ops, aku lupa, kalian para iblis hanya punya otak di dengkul kalian”
Jendral ibis berkepala babi meludah, menatapnya marah “ dasar mahluk rendahan! Beraninya menghina raja kami, kau harus di giling sampai hancur!!” Claire menatap kepala babi sebentar, gigi kuning, tubuh gemuk berkeringat, ugh. Mengingat makanan favoritnya, maka saat ini masuk dalam daftar hitam.
Melangkah maju, pedang hitam Claire menghembuskan aura merah pekat, mengayunkan pedangnya menebas hidung babi, dan detik berikutnya rengekan babi datang. “Mahluk rendah, baraninya kau melaukan ini pelacur! Aku akan mencincangmu!” babi itu berlalri maju menuju Claire, pada langkah terakhir, melihat iblis babi datang mendekat. Claire bersiap menyerang, tetapi tebasan sebuah angin berhembus dan seketika cahaya perak, menebas iblis itu menjadi potongan-potongan kecil.
Darah berceceran disekitar, bahkan usus dan otak sudah menjadi olahan daging tanpa bentuk. Claire menatap daging tak terbentuk dan matanya tersapu melihat raja iblis dengan anggun menutup pedangnya kembali kedalam sarung. Claire memebeku sejenak, bahkan iblis disekitar juga membeku dan diam-diam melangkah mundur. “kau.. apa yang kau lakukan?” Claire masih terdiam bodoh. Ini tidak ada didalam adegan novel, pikir Claire.
Raja iblis tersenyum lebar, melangkah maju dengan suasana hati yang baik. Melihat senyuman menyeramkan itu, Claire diam-diam mundur selangkah demi selangkah. Adegan yang seharusnya terjadi saat ini tampaknya mulai menyimpang. Tetapi, bukannya ini bagus? Dirinya ada disini untuk membuat plot menyimpang suasana hati Claire mulai tenang, tetapi sikap siaga masih terus dipertahankan.
“Apa yang akan kau lakukan? Kembali ke tempatmu dan kita bisa bicara.. kau jangan maju!” Claire terus mundur, melihat raja iblis masih akan maju, pedang Claire bergerak menebas raja iblis, tetapi dengan ayunan tangan, tebasan itu hilang tak tersisa. Claire membulatkan matanya panic dan raja iblis itu tersenyum ekstaksi dan berhenti melangkah. “pedang itu, Zathur? Kau punya pedang yang kuat. Zathur adalah pedang legenda semesta yang kuat, dia memiliki pedang pendamping yang harius terus bersamannya. Pedangmu masih memiliki aura lemah, yang artinya dia harus di satukan dengan pendampingnya yang lain..” raja iblis mengeluarkan pedang peraknya dari udara tipis. “Arthur, si-pendamping Zathur” raja iblis menyeringai dan seketika itu, dia telah berada didepan Claire, menahan tangan yang menggenggam zathur.
Claire tersentak kaget setelah beberapa detik, pria didepannya bergerak dalam sekejap. Claire menarik tangannya tetapi tangan pria itu menahannya dengan kuat. Claire merasa tangannya akan remuk, dan pergelangan tangan mulai perih seperti ada sesuatu yang menusuk dagingnnya. Melirik kebawah, kuku hitam setengah panjang, menusuk kulit tangannya dan darah itu sudah mulai mengalir jatuh, Claire meringis, terus berusaha melepaskan diri sampai sebuah panah perak terbang dari belakang Claire. Melihat ujung panah akan menembus kepalanya, sang raja iblis mundur dan menghindari panah yang kini sudah menusuk kepala iblis yang jauh dibelakangnya.
“Yang mulia!” para iblis berseru kaget.
“Claire” Sven berlari menuju Claire dan membawanya menjauh keposisi aman. Melihat jarak yang lebih jauh, Sven menatap Claire dari puncak kepala sampai kebawah, memeriksa kedaan Claire dan hanya menemukan pergelangan tangannya terluka dan darah masih menetes. “Ada apa dengan tanganmu? masih berdarah” Sven segera memberikan penyembuhan, setelah 3 menit berlalu tetapi darah itu masih menetes.
“Silver”
Gumaman rendah itu pelan tetapi menarik pendengaran mahluk terdekat. Claire membulatkan matanya, gemetar ketakutan. Dia lupa, darahnya adalah yang dicari. Sven memeperhatikan tubuh Claire bergetar, dia memegang erat Claire. “Aku hanya kedinginan, Sven kapan pasukan kita datang?” Claire menenangkan dirinya, plot telah menyimpang, bagaimanapun juga raja iblis tidak bisa bergerak sewenang-wenangnya.
****
Penulis mempunyai sesuatu untuk dikatakan..
hahahha maafakan untuk keterlambatnnya, para malaikat kecil silahkan menikmati bab selanjutnya :)
“Sebentar lag- mereka datang” cahaya teleportasi satu persatu menyala dan orang-orang seraphim datang dengan jumlah yang banyak.Melihat keadaan berbalik, para iblis semakin mengencangkan senjata mereka, bersiap melakukan penyerangan dibawah perintah sang raja.“Daren kau datang tanpa sapaan, bukankah itu sedikit kasar? Aku ingat cangkir tehku tidak cukup digunakan memenuhi mulut orang-orangmu” implikasinya kedatangan mereka sangat tidak disambut.Raja iblis, tersenyum senang, menatap obsesif kearah Claire, iris emasnya hanya terus tertuju pada gadis itu, melihat mata itu. Ketua seraphim mengerutkan kening, dan berdiri menghalangi padangan Daren. Melihat padangannya terhalang Daren mengerut kesal.“Kau menghalang Ruth”“Dia adalah hal pertama yang tidak bisa kau sentuh, mundur atau aku tidak akan menahan diri”Daren mengumpat rendah, tetapi menyeringai selanjutnya. Dia menggigit jarinya, setete
Claire menatap langit-langit rumah sakit dengan helaan nafas yang panjang. “Apakah ini terlalu melenceng dari plot? Bukankah dia hanya umpan meriam? Lalu darimana si iblis itu mencicipi darahku? Tidakkah dia ingin membunuhku kenapa malah terikat padaku. Iblis sampah! Lihat saja kalu aku bertemu dengannya lagi, aku akan menginjak lehernya, menjambak rambutnya dan meludahinya! Cihh!” Claire menghentakkan kakinya kesal, melipat tangannya di dada. Pagi ini dia baru saja bangun dalam setengah bodoh, mengingat apa yang terjadi padanya lalu menyadari apa yang terjadi.Awalnya Claire ingin menciptakan efek kupu-kupu pada plot untuk menyelamatnya, sedikit saja, tetapi apa yang diabayangkannya malah efek ini sudah terbang jauh. Claire memikirkan apa saja yang harus dialakukan dimasa depan, kemungkinan besar apa yang sudah ia baca tidak akan sama dengan sekarang.Pentu terbuka pelan dirinya dengan ketukan. “Yo~, Kau tampak lebih baik” Dave masuk dengan sen
Langit perlahan berubah menjadi gelap. Sejak kedatangan Dave, ruangan Claire dipenuhi dengan canda tawa. Mengingat kodisi Claire masih kurang baik, Dave mengundurkan diri dan berjanji ia akan datang besok bersama Sven. Sekarang dirinya sendiri, didunia ini tidak ada ponsel, tv apalagi computer. Ini membosankan, sebagai manusia diabad-21 dia terbiasa dengan teknologi,tetapi dunia ini tidak mempunyai itu, jadi membuatnya terbiasa cukup sulit. Claire mulai menutup mata dan menghitung domba, lebih baik tidur dari pada berdiam diri seperti orang bodoh. Tetapi saat domba akan mengenai angka 100, gorden bangsalnya berkibar, Claire membuka mata dan melirik malas ke arah gorden. “Aku penasaran, waktu luangmu cukup banyak atau kau hanya orang malas yang cukup membuang waktu. Jadi urusan apa yang membuat raja iblis datang tanpa pengawalan?” Claire bangkit untuk duduk, dan iris emas yang mengintip memiliki lekukan senyum. “Tentu saja bertemu dengan istriku” bayangan hita
Di dunia itu, dimanapun itu, ada hukum yang tak terkatakan, yaitu hukum sebab akibat. Claire menempati tubuh ini dan dia harus memberikan penghormatan padanya, adanya sebab akibat ini untuk memberikan ketentraman untuk jiwanya. Kuburan ibu Claire berada di pemakaman umum yang cukup jauh. Sebenarnya di setiap keluarga yang terbilang terkenal, seperti keluarga pemilik aslinya mempunyai kuburan sendiri, terletak di mension tua disetiap keluarga. Tetapi ibu pemilik asli tidak dikuburkan disana karna keinginan Claire.Claire yang menganggap setiap tanah keluarga Carl adalah najis dan kotor yang tidak pantas bagi ibunya yang suci. Satu jam perjalanan, akhirnya ia menemukan kuburan ibu pemilik asli, dibawah pohon besar yang rindang, kuburan itu tampak teduh dengan sinar matahari yang menyinarinya. Claire mengusap batu nisan itu dengan lembut, lalu meletakkan bunga di depan batu nisan.“Halo Nyonya Violet, namaku Claire, bukan Claire yang kau tahu, tapi Claire yang lain.
Hari telah menjelang malam, kota-kota di London mulai gelap, lampu-lampu kota sudah menunjukkan kesombongan cahanya, suara-suara ramai terus mengusik pendengaran. Mahluk malam yang nyata berlalu lalang didunia bawah, tak sedikit dari mereka akan menuju ke kota untuk mendapatkan santapan malam dari manusia-manusia tolol. Seperti saat ini, sepasang iblis berkuku tajam tersenyum penuh melihat seorang gadis yang berada di dalam sel mereka. Baru 15 menit tadi mereka medapatkan gadis kumuh ini di pinggir jalam werlands, salah satu tempat kumuh yang paling terkenal di London.“Hari ini kita akan makan enak Leli.” Si laki-laki terkikik puas, sedangkan si perempan –leli- tak kalah puas. Sejumput perasaan takut memenuhi benak gadis itu, ia merapatkan genggamannya disalah satu ujung bajunya, gemetar ketakutan, sesak dan penuh kepanikan. Jeruji itu terbuka, wajah menyeramkan dengan mulut yang penuh gerigi tajam yang panjang, mulai mendekat, tangan hitam yang pe
Mata mereka masih saling menatap, dan Claire bersumpah, pria itu menyeringai dan mulai menjalankan mobilnya. “Kau melihatnya?” Sven dan Dave saling menatap.“Melihat apa?”Claire menatap keduanya. “Seseorang bisa melihat kereta kita.”“Jika bangsa immortal tentu saja bisa, kecuali manusia. lalu apanya yang aneh?”Calire memutar matanya kesal. Sven menatap Clire. “Yang berarti bukan keduanya. Kau tidak salah kan?”“Aku tidak mencium bau apapun darinya.”“Hidung mu beringus, itu pasti” Dave merapikan rambutnya, tak memperdulikan tatapan menusuk.“Dave.” Sven memberikan peringatan. Pria itu menghela nafas. Dave menatap keduanya.“Ada dua kemungkinan. Pertama, kau masih belum peka Claire, kau baru mengetahui dirimu sebulan yang lalu dan bergabung dengan kami 3 hari kemudian, yang berarti kau masih harus berlatih anak baru. Yang ked
Claire menghabiskan waktu paginya dengan melihat pemandangan sekitar. Sekilas dirinya benar-benar berda di layar CGI fantasi ala film holywood. Gunung tinggi, penuh pohon tinggi, bunga-bunga indah, dan jangan lupakan air terjun, -ah dan mahluk-mahluk kecil yang berterbangan, persisi seperti film-fim fantasi. Claire tak berhenti bergumam, tangannya berderak dan mengepal. “Ini terlalu indah!”Salahkan dunia yang pernah ia hidupi, penuh polusi, bangunan tinggi dimana-mana minim pepohonan. Claire merasa penyesalan kedatangannya diringankan. “Claire, apa yang kau lakukan? Tidak melakukan piket?”Claire berbalik menatap Sven, piket? Apakah ada? Claire panic, ia dtang dengan memori yang kurang baik, jangan katakan tentang piket, ia bahkan tidak tau piket apa yang akan dia lakukan. Yang pastinya piket ini berbeda dengan piket yang ada diduaniannya, dirinya harus melakukan sesuatu agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka.“Apakah ha