"Yah, bajunya ga dipake lagi sama Saka. Padahal Rani udah bangun pagi-pagi supaya Saka bisa kerja pake ini."
Ucap Rani dengan sangat lesu sambil menaruh kemeja Saka di atas wajahnya.Aca yang mendengarnya pun langsung kesal."Lagian ya, gua udah bilang, cerai aja sih sama dia, terus cari cowok lain, kenapa mesti sama saka, dia nyakitin hati lu mulu, Ran."Rani langsung menatap Aca dengan sendu."Tapi kan Rani cintanya sama Saka, Ca. Dari nama aja udah jodoh. Rani. Raysaka."Aca berdecak."Capek gua ngomong sama orang IQ dibawah rata-rata kek lu. Yang demen cuma lu sendiri, yang suka cuma lu sendiri, dia mana suka sih sama lu. Udah cukup dia gituin lu mulu, itu artinya kode."
Rani menggeleng-gelengkan kepalanya."Pasti maksud dia ga gitu, Ca. Rani tahu kok Saka suka sama Rani. Jelas-jelas waktu kecil dia kejar-kejar Rani."Aca pusing, temannya ini bodohnya kelewatan sekali. Kalau saja dia tidak sayang dengan Rani seperti adik sendiri. Ia tidak mungkin masih mau mendengarkan curahan hati seorang istri oleh Rani."Kejar-kejar lu pas main doank kali, Ran. Terus ya, teori bodoh yang lu pake tadi, nama lu aja Maharani, dia Raysaka, ga jodoh. Fix, lu doank yang halu sendirian."
Mata Rani langsung berkaca-kaca."Kok Aca ngomongnya gitu sih, kok Aca jahat sama Rani. Rani ga halu kok, Aca aja yang ga tau dia gimana orangnya. "Rani dan air matanya yang sangat mudah keluar."Okay. Kalau gitu lu ga usah curhat sama gua tentang dia, gua capek setiap kali ada aja tingkah dia yang sengaja bikin lu sakit hati. Gua ga suka temen gua digituin, gua aja ga pernah bikin lu nangis."
Rani langsung menghapus air matanya dan terkekeh."Iya, Rani tahu kok Aca sayang sama Rani. Makanya Aca gini kan. Rani gapapa kok, Rani cuma terlalu sayang saja sama Saka."Aca tersenyum pahit melihat kepolosan Rani.Terkadang ia kasihan melihat Rani yang tidak sadar bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Walaupun Rani suatu saat akan sadar, Aca harap Rani ga akan terlalu sakit hati nantinya.
"Yaudah, kalau gitu sekarang kita jalan-jalan aja yuk."Rani langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Ga bisa, Aca. Rani mau belajar masak dulu sama si mbok. Biar nanti Saka bisa makan di rumah, ga makan di luar lagi."Aca langsung memegang kepalanya,bisa-bisa ia yang stress kalau terlalu lama disini. Tadinya ia hanya ingin mampir, karena dikirimi pesan singkat oleh Rani yang sedang galau."Okay. Terserah deh. Kalau gitu gua yang pergi."Rani mengantarkan Aca sampai luar dan kembali masuk ke dalam rumah.Ia mulai memakai celemek, agar bajunya tidak terkena minyak dan teman-temannya saat memasak.Ini semua bermula, ia yang terlalu mencintai Raysaka.
Raysaka adalah candu bagi Rani.Ia tidak bisa hidup sedetik pun tanpa pria ini.Walaupun usia pernikahan mereka masih terbilang sangat muda, tapi Rani sangat mencintai Raysaka.Sudah dua tahun semenjak janji suci mereka tanamkan dalam diri serta acara megah yang ada, hubungan mereka hanya berjalan di tempat.Tapi Rani terus berusaha agar semuanya dapat berjalan dengan lancar.Rani masih ingat semua kenangan-kenangan indah yang terekam dipikirannya.
Saat Raysaka melamarnya, saat Raysaka mengenakan cincin di jari manisnya. Acara tunangan mereka hingga pernikahan mereka."Rani tahu kok kalau Saka sayang sama Rani, ga seperti yang Aca bilang tadi. Rani percaya sama Saka, Rani bakal tungguin Saka sampai Saka ngomong sendiri ke Rani."Ucap Rani kepada dirinya sendiri sambil memasang celemek yang dari tadi tidak terpasang dengan benar hingga mbok ikut membantu Rani.Mbok sudah merawat Rani dari anak gadis ini balita. Mbok tahu betul Rani sudah tidak memiliki ibu, ia hanya memiliki Ayah yang sangat menyayanginya.
Kekayaan yang berlimpah tidak juga membuat hidup Rani menjadi sombong dan hura-hura. Gadis ini lebih suka suasana sederhana dan juga ramah kepada semua orang.Rani anak yang baik, semua orang tahu akan hal itu."Rani yakin mau belajar masak? Ini kan tugasnya mbok, Ran."
Rani langsung memanyunkan bibirnya."Ga bisa, mbok. Udah tugas Rani juga jadi istri harus bisa masak. Selama ini Rani terlalu sibuk kuliah, kan sekarang kuliahnya Rani udah selesai. Jadi, Rani mau belajar masak aja di rumah. Jadi ibu rumah tangga yang baik buat Saka."Belum lama ini, Rani baru saja lulus sarjana, memang terlalu muda untuk menikah dalam seumurannya.Baru saja Rani memegang daun bawang, tiba-tiba ada Saka yang melewati dapur dan ke arah lantai atas untuk ke kamar mereka.
Rani langsung saja melepas celemeknya lagi dan tentu saja meminta bantuan mbok untuk membukanya."Lho, Saka pulang?"Raysaka yang mendengar suara istrinya pun langsung melihat ke arah belakang sebentar dan tetap menaiki tangga."Berkas aku ada yang ketinggalan."Jelas Raysaka dengan singkat."Harusnya Saka ngomong ke Rani, biar Rani aja yang ke kantor. Biar Saka ga ribet-ribet pulang."
Saka hanya diam tidak menjawab Rani, ia langsung ke ruang kerjanya yang bersambung dengan kamar tidur mereka."Berkas Saka yang mana? Biar Rani bantu cari."Seingat Saka ia menaruh semua berkasnya di atas meja. Lalu mengapa mejanya sekarang rapih semua dan tidak ada sedikitpun barang?"Kamu nyentuh barang-barang aku?!"Rani langsung terdiam mendengar intonasi suara Saka yang mulai menaik."Rani liat tadi berantakan banget. Jadi tadi habis setrika baju, Rani beresin..."Saka langsung menghela napas.
"Harus berapa kali aku bilang? Jangan sentuh barang-barang aku. Cukup kemeja aku aja yang setiap hari kamu jadiin mainan. Ini udah kesekian kalinya kamu... Ah!"
Dengan wajah merah padam menahan amarah, Saka keluar dari ruangan dengan menutup pintu dengan kencang membuat Rani kaget sendiri di dalam ruangan itu.Rani menutup telinganya sendiri dan menahan tangis.Ia mengingat-ingat kembali berkas-berkas yang ia rapihkan, semuanya ia hanya taruh di dalam satu tempat. Tidak ada yang berubah.
Ia hanya memindahkan tempatnya saja kok.Rani langsung mengambil berkas-berkas itu dan turun pelan-pelan dari tangga. Ia berharap Saka belum pergi dari rumah, kalau pun begitu ia berharap belum jauh."Saka..."
Teriak Rani yang tidak akan terdengar oleh siapapun, masalahnya suara Rani ini sangat kecil, jadi sebesar apapun, hanya terdengar seperti bicara biasa."Saka..."Sampai di dekat dapur ia melihat Saka yang mengambil air minum dingin dari dalam kulkas.Ia pun tersenyum dan mendekati pria itu."Saka.."Rani hanya berdiri sambil memegang berkas-berkas itu dibelakang Saka saat pria itu menuangkan air dingin ke dalam gelas, hingga saat Saka memutar badannya, tidak disangka ternyata Saka terkejut dan tak sengaja menggoyangkan gelas yang ia isi penuh dengan air.Air itu tumpah ke kemeja Saka dan juga ke tangan Rani yang memegang berkas.Saka mengerang, sungguh ia kesal sekali. Padahal ini belum tengah hari, tapi masalah yang ia alami sudah besar sekali.
"Kamu,"Saka kehilangan kata-kata dan langsung menaruh gelas itu, bahkan ia tidak sempat minum.Saka membuka kemeja yang ia pakai, Rani langsung menghadap belakang, walaupun pernikahan mereka sudah dua tahun, tapi Rani tidak pernah melihat Saka tanpa busana.Mereka hanya tidur di kasur yang sama dan menjalani aktivitas mereka masing-masing.Saka juga selalu tidur membelakangi Rani. Tapi, Rani suka kok pemandangan punggung Saka.
Pria ini mempunyai punggung yang lebar, Rani kadang ingin sekali memeluk saka dari belakang.Teringat akan berkas yang ia pegang, untung saja ada folder di atasnya, jadi airnya tidak masuk ke dalam. Paling hanya pinggir-pinggir kertas saja yang kena sedikit."Saka.."Panggil Rani memastikan Saka masih dibelakangnya atau tidak."Apa?"Rani pun memutar tubuhnya sedikit sambil menjulurkan tangannya setelah mendengar jawaban ketus dari suaminya."Ini berkas-berkas yang tadi Saka cari, coba Saka liat dulu."
Saka pun mengambil dengan kasar yang membuat Rani kaget serta malah mundur ke belakang.Kini, tubuh belakang Rani menempel dengan tubuh Saka yang tidak mengenakan baju.Rani terkejut, apalagi ia dapat merasakan otot-otot tubuh suaminya.Kalau kalian membayangkan selera Rani seperti cowok-cowok korea, kalian salah.Selera Rani ya seperti Saka.Warna kulit Saka tidak putih, tapi juga tidak hitam.Menurut Rani, pria seperti Saka lah yang sangat pas untuk ukuran pria.Warna kulit sedikit merah kecoklatan, wajah dengan rahang yang tegas, lengan kekar dan juga badan yang sangat proporsional.Seperti atlet tapi buka atlet.Banyak yang bilang kalau Saka seperti atlet perenang.Rani sangat bangga dengan Saka, apalagi sekarang saka adalah miliknya, jadi ia bisa berbangga ketika orang membanggakan Saka.
Tersadar akan posisi yang sangat tidak nyaman, Rani langsung menjauhkan tubuhnya. Ia berputar ke arah Saka sambil menutup matanya dengan kedua tangan."Saka pake baju ih! Ga malu apa kayak gitu."Saka hanya memandangi Rani tanpa ekspresi. Setelah itu, ia malah membuka berkas-berkas, dan menemukan berkas yang ia butuhkan sambil berjalan menaiki tangga."Saka.."
Memanggil untuk memastikan apakah Saka masih di depannya lagi atau tidak, ia pun membuka matanya."Ih! Ngomong-ngomong kek kalo pergi."
Rani pun ikut ke atas menaiki tangga. Ia ingin Saka memakai kemeja yang ia setrika. Tapi Saka selalu saja memakai kemeja yang lainnya.Padahal Rani selalu menyiapkan setiap pagi.
Sudah tiga bulan semenjak mereka selesai kuliah, dan benar-benar menjalani dunia suami-istri.
Tidak satu pun yang bergerak lancar.
Walaupun Rani juga sudah berusaha lebih jauh bahkan lebih dari tiga bulan.
Tapi Rani tetap optimis."Saka..."Ia pun masuk ke kamar dan melihat Saka sedang memakai kemeja lain lagi."Saka kenapa ga pake kemeja yang Rani setrika sih. Rani ga mainin kemejanya. Rani nyetrika lho. Nyetrika Saka."Saka hanya melirik dingin tanpa bersuara.Rani pun mendekat sambil menggigit bibirnya.Pelan-pelan ia yang mengambil alih kemeja saja. Ia yang mengancingkan dan kali ini Saka membiarkannya melakukan itu.Rani pun mengelus bahu Saka dengan pelan."Udah. Sakanya udah ganteng, udah rapih."
Ucap Rani dengan terkekeh manja.Saka memalingkan wajahnya dan memiringkan bahunya sedikit agar bisa lewat dari jalan yang dihadang oleh Rani.Ia pun memakai jasnya kembali dan langsung ke arah mobil."Saka..."
Saka pun berhenti melangkah tanpa menoleh."Hati-hati ya. Jangan pulang malam-malam, Rani nungguin Saka, lho."Lalu Saka langsung lanjut melangkah dan masuk ke dalam mobilnya.Rani sudah gila, ia bahkan masih bisa riang dengan keadaan yang suram seperti itu.
Saka tidak habis pikir lagi apa yang gadis itu pikirkan.Tadinya Rani juga berpikir seperti itu. Ia pikir Saka harus memakai apa yang ia pilihkan, dan yang ia setrika.Tapi jika Saka membiarkan ia mengancingkan kemeja itu saja sudah bahagia.Kenapa tidak?Rani tersenyum sendiri memikirkan hal itu.Kalau Raysaka bisa memilih, dia pasti tidak mau menikah dengan Rani.Gadis itu, hanya teman bermainnya saat kecil.Ia tidak pernah berharap bisa berakhir dengan gadis itu.Apalagi semenjak ia tahu siapa gadis itu.Maharani Aqila Dewi, walaupun namanya Maharani, tapi dia bukan ditakdirkan untuk menjadi permaisurinya Saka.Saka tidak pernah menginginkan atau bermimpi menjadi suami dari Rani.Sampai suatu saat, ia sadar, bahwa ayahnya hanyalah bawahan dari ayah Rani.Ayah Rani, Dewangga meminta Saka untuk menjadi suami anaknya.Saka tentu saja awalnya menolak, ia hanya pernah sekedar bermain dan hanya menganggap Rani adalah temannya. Tidak lebih dari itu."Rani kelihatannya suka sama kamu, lebih dari perasaan yang kamu miliki. Saya ingin kamu melamar dia, agar kamu bisa selalu menjaganya."Cih! Saka tahu pikiran Dewangga. Pria itu hanya ingin anaknya mendapatkan apa yang anaknya suka. Saka benci Rani! Anak manja itu hany
Rani mondar-mandir dari pukul enam sore. Ia sudah siapkan baju untuk Saka tidur, makan malamnya Saka, dan juga siap menanti Saka pulang.Namun sampai pukul sepuluh malam, Saka tak kunjung sampai.Rani takut saja ada apa-apa sama Saka.Rani kan istri yang baik, jadi ia tidak bisa tidur jika suaminya belum pulang. Padahal jam tidur Rani itu pukul sepuluh tepat.Hanya saja, Rani tidak bisa tenang kalau tidur tidak ada Saka di sebelahnya.Walaupun saat tidur mereka tidak... Belum pernah berpelukan, dan belum berbuat apapun di ranjang.Rani merasa ada yang kurang kalau tidur di ranjang yang kosong.Efek sudah terbiasa dengan keadaan Saka."Rani bobok aja, udah malam lho ini."Rani menggeleng-gelengkan kepalanya."Kalau mbok mau bobok duluan, gapapa, mbok. Rani mau tungguin Saka."Mbok pun tak enak meninggalkan Rani untuk kesekian kalinya.Ini bukan pertama kalinya Saka pulang malam.Untung saja Rani sudah makan du
Begitu mereka sampai di rumah Ayah, Dewangga langsung menyambut anaknya dan tentu saja juga menantunya.Waktu siang hampir sore ini, terbilang cukup pas. Tapi, Saka tentu saja sebenarnya tidak ingin terlalu lama disini.Tujuannya hanya makan siang dan pulang. Kalau seperti ini, tamatlah riwayatnya.Ia dan Rani pasti akan diminta untuk menginap semalam."Ayah kok makin kurus sih! Apa Rani harus kirimin makanan juga ke Ayah?"Dewangga hanya terkekeh. Nada anaknya ini sungguh mirip sekali dengan almarhumah istrinya, Wanda."Boleh juga. Ayah ga tau kalau kamu udah pinter masak sekarang."Pintar memasak? Mbok yang masak kok.Saka hanya bisa diam sambil mengunyah makanannya pelan-pelan.Rani langsung menyingkap rambutnya ke belakang."Kan Rani harus bisa masak biar suami betah di rumah, Yah."Saka langsung tersedak."Lho, lho. Saka makannya pelan-pelan. Rani tahu kok makanannya enak tapi jangan buru-buru."
Sudah dua hari semenjak dari rumah Dewangga.Kalau kemarin Rani tidak bisa memasak untuk membawakan Saka bekal, hari ini ia sudah bangun pukul empat pagi dan memasak bari Mbok.Padahal ia biasanya bangun satu jam sebelum Saka bangun. Namun sekarang ia bangun tiga jam sebelumnya. Ia sudah memperhitungkan semuanya, dua jam lebih untuk memasak, setengah jam untuk mandi agar selalu wangi lalu ia akan mempersiapkan pakaian Saka.Ia merasa darah-darah menjadi istri sejati sudah mengalir di tubuhnya.Sejak kapan Rani seperti ini?Ia sudah berubah total semenjak menjadi istri Saka dalam waktu dua tahun.Ia akan membuat bento yang sangat enak untuk Saka.Setelah mencari tahu, bekal yang paling enak adalah bekal ala jepang yaitu bento.Tempura, telur, daging panggang yang berada di samping nasi, lalu Rani masih ingat Saka yang membeli onigiri, maka ia juga membuat beberapa sushi ala dirinya.Soal rasa makanan
Barang Saka ya barang Saka, barang Rani ya barang Rani. Saling menjaga privasi masing-masing adalah prinsip yang seharusnya dijaga.Tapi, Rani tidak suka. Maksudnya, ia lebih suka kalau barang Saka ya barang Rani dan barang Rani ya barang Saka.Kenapa sih harus dipisah?Mereka sudah suami-istri juga, kan?Ponsel Saka jarang sekali berbunyi, Rani sendiri tidak tahu apa kata sandinya, apalagi ponsel Saka begitu redup hingga tidak keliatan.Kaca pelapisnya pun juga gelap.Memang beberapa kali Saka sering meninggalkan ponsel itu begitu saja selagi mandi.Namun entah kenapa saat Rani ingin keluar sebentar, tiba-tiba barang itu bergetar sehingga menarik perhatian Rani.Rani pun mendekat, sisi ingin tahu dirinya sangat kuat terhadap Saka.Hingga ia menunduk dekat ke ponsel Saka, ia tidak akan menyentuhnya karena Rani tahu kalau Saka sangat teliti, barangnya berubah sedikit saja dia sadar.Terbaca dengan sedikit buram.
"Kamu tuh ya, kapan sih dengerin ibu ngomong? Mau sampai kapan begini, Saka?"Ini masih pagi tapi Saka sudah harus mendengarkan celotehan ibunya."Sudah dua tahun kamu belum bisa terima dia juga? Mau jadi apa, Sak.Walaupun kamu ga mau sama dia. Walaupun kamu ga pernah minta maharani seperti dia dan ga mau punya maharani seperti dia. Ya, tapi kamu ditakdirkan untuk jadi mahendranya dia, Sak. Mahendranya dia."Saka sudah terlatih mendengarkan ini, ia akan menutup rapat bibirnya dan mendengarkan ibunya sampai ibunya lelah sendiri."Ibu kasih nama kamu Mahendra tuh ya biar jadi raja yang sabar, yang bisa diandalkan, lapang dadanya seperti gunung. Jangan bisanya lancipnya doank, lho. Tajam benar kalau ngomong sama orang lain."Saka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya."Heh! Ibu ngomong ini, lho. Dijawab. Punya mulut, kan?""Iya, Bu. Iya."Sekar sudah mulai emosi."Jangan iya-iya aja tapi ga dijalani. Itu namanya podo wae
"Kamu engga perlu berbuat apapun, cukup jalani kuliah kamu dengan benar itu sudah cukup untuk jadi istri yang baik bagi aku."Perkataan itu masih selalu Rani ingat.Tidak hanya itu, bahkan seluruh perkataan yang Saka katakan pun ia ingat.Memang tidak banyak percakapan antara Saka dan dirinya yang telah dilalui.Tapi, itu sangat meresap di ingatan Rani.Sangat manis, membuat Rani lupa bahwa hal itu kini hanya tinggal di kenangannya saja.Rani pikir ia sudah melakukan suatu hal yang salah sehingga Saka mendiamkannya dari hari begitu mereka mengucapkan janji hingga hari ini.Tapi mendengar ucapan Saka, entah itu adalah pujian, komentar atau kritik sekalipun. Kata 'cantik' itu memiliki konotasi yang positif.Apakah Sakanya kembali seperti dulu lagi?"Bener, Ca. Saka ngomong begitu tadi malam. Rani ga ngada-ngada kok."Rani membela dirinya sendiri setelah berulang kali Aca mengatakan bahwa dirinya sedang berhalus
Demi segala dewa-dewi yang ada, dia, Raysaka Wahyu Mahendra. Tidak pernah terpikir ia akan berada dan duduk di tempat yang bernama salon ini, dan menemani Maharani Aqila Dewi, orang yang diperistri oleh dirinya sendiri.Yang benar saja, apa yang sudah ia pikirkan hingga ia malah terbawa arus dan menjawab pesan dengan kata "iya" ke gadis didepannya ini?Ia duduk di belakang Rani yang rambutnya sedang diurus oleh penata rambut. Wajah senyum Rani yang bodoh itu terus mengembang, bola matanya juga terus mengarah kepada Saka.Ia tidak bisa menghentikan tatapannya sendiri kepada laki-laki yang sudah lama menjadi suaminya itu. Dua tahun sudah cukup lama bukan? Ini pertama kalinya Saka menemaninya potong rambut. Biasanya, ia akan pergi dengan Aca. Atau bahkan ia akan pergi sendiri, dulu sekali ia akan pergi dengan Mbok kalau Aca juga tidak bisa."Potong rambut atau gimana, kak?"Pertanyaan ini yang ditunggu-tunggu oleh Rani. Ia pun meny
"Hadapin aja. Lu harus berterus terang. Dan lagi, om Yudis ga mungkin ga tahu persoalan ini. Dia pasti tahu anaknya nikah atas suruhan atasannya."Rani memegang kepalanya, mengapa rumit sekali."Ran, Rani. Lu denger gua. Omongan Saka ada benarnya. Pernikahan kalian ini memang ada ya walaupun atas omongan Om, tapi keluarga kalian sudah menyatu. Lu ga mungkin cuma pikirin perasaan lu sendiri dan yang lu tahu cuma tentang ayah lu sendiri. Itu egois."Aca memang benar-benar penasihat bagi kehidupan Rani, kurang apa lagi Aca menjadi sahabat dari seorang Rani?"Seenggaknya, lu harus selesain baik-baik sama tante Sekar. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sosok keluarga yang baik. Lu juga harus mentingin perasaan mereka."Ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya, ini juga yang Rani takuti dari sejak Saka mengajak dirinya menghadap orang tuanya.Masalahnya, Sekar memang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Sosok ibu yang ada di dalam hidupny
Setiap kali Saka ke rumah sakit untuk mengunjungi Rani, pasti ada Airlangga, aca dan juga Irsyad di sana.Ada apa sih? Mengapa mereka selalu bersama?Sudah begitu, tak ada satu pun dari mereka yang keluar untuk membiarkan Saka dan Rani berbicara hanya berdua.Sebenarnya, mereka ini punya masalah apa?Ataukah terbalik, Saka yang punya masalah apa?Ah, entahlah.Situasi semakin sulit untuk mereka berkomunikasi. Saka sesekali melihat hanya dari luar.Terkadang ia melihat Aca yang tertidur sambil menjaga Rani atau Airlangga yang menyuapi potongan jeruk kepada Rani yang notabenenya masih menjadi istrinya.Rani hanya sekitar tiga hari di rumah sakit, hari ini mereka akan berberes untuk pulang.Seperti biasa, mereka berkelompok.Saka pun memberanikan diri untuk masuk dan hadir di tengah-tengah mereka membawa keheningan dan seakan-akan dirinya adalah ancaman bagi mereka. Padahal, mereka menatap Saka dengan kecaman."Ngapain ka
Rani mengecek ke dokter kandungan persoalan anaknya, ia takut karena sempat tidak makan, bagaimana jika anaknya ini menjadi sangat lemah?Tidak lebih tidak kurang, pemeriksaan USG pun diberitahu kurang lebih sama seperti perawat kemarin oleh dokter khusus kandungan tentunya pada hari ini.Perawat kemarin memang banyak membantu dokter kandungan.Dokter itu juga menunjukkan di manajanin itu berada dan menjelaskan apa yang harus ia lakukan. Seperti hidup sehat, tidak stress dan disarankan ikut senam kehamilan.Begitu setelah selesai ke dokter kandungan, tentunya masih di rumah sakit yang sama, ia pun bersama-sama dengan Aca menukarkan resep vitamin yang diberikan dokter. Kurang lebih ada tiga atau empat vitamin yang diberikan.Rani akan berjuang menelan semua vitamin itu demi anak yang mungkin hanya satu-satunya akan dia punya.Sungguh, ia sudah tidak berniat untuk berbuat apapun selain membesarkan dan merawat anaknya.Ia akan mencintai anakny
Disaat aku tidak perlu dicintai denganmu lagi, itulah saat dimana kau mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat.Baru saja beberapa menut yang lalu Rani sadar dan ia tidak mau sama sekali mengarah dan melihat Saka.Lalu mereka pun didatangi dokter beserta perawat di sampingnya.Rani yakin betul bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya, setelah ini mungkin ia akan pergi seperti biasa. Toh, tiket bukan hal yang sulit dibeli baginya.Tapi semuanya berbeda saat ia mendengarkan perkataan dokter yang berada di depannya ini."Selamat ya Bu, Pak. Ibu Maharani sesang mengandung empat minggu. Sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu nih, delapan bulan lagi bukan waktu yang lama, kok."Ucap dokter yang langsung memberi selamat kepada keduanya.Riang sekali dokter itu, bahkan langsung menyalami Saka yang tegak begitu dokter itu ke bilik kamar mereka.Pria itu munafik sekali, bukan?Seakan-akan tampa
Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar s
Disinilah Saka berdiri.Ia menatap rumah? Rumah yang seperti istana itu tepat di depannya.Mau tidak mau, suka tidak suka.Ia sudah mempersiapkan segalanya.Ia memang harus menemui calon mantan mertuanya atau apapun itu nantinya, semua tergantung padanya.Ah, entahlah, yang jelas ia sudah siap bertemu pada hari ini.Ia sudah memikirkan cukup lama dan matang untuk hal yang akan ia perbuat setelah ini.Ia pun masuk, kali ini ia tidak membuat janji atau apapun itu dengan Dewangga.Karena, ia datang sebagai menantu, ya memang masih menantu untuk saat ini.Begitu ia masuk pun ia langsung di arahkan ke ruang kerja Dewangga,Pria tua itu sudah menanti kedatangan Saka sejak beberapa minggu yang lalu.Raysaka pun tunduk hormat saat melihat Dewangga berada di pandangannya.Ayah dari gadis manja itu pun memberikan kode untuk duduk kepadanya.Bahkan mere
Sederhananya, kau adalah apa yang aku tulis, dan aku hanyalah apa yang tak pernah kau baca.Semakin dibayangkan semakin miris rasanya.Setelah tiga hari berturut-turut Rani pergi sepagi mungkin tanpa bertemu Saka dan pulang tanpa menyapa pria itu.Sempat sekali ia pulang terlebih dahulu dan pria itu tampak memberitahu keberadaannya."Aku pulang."Masih ingat betul Rani dengan ucapan pria itu.Dulu mana pernah pria itu mengucapkan kata yang bersikap memberitahu dan menganggap keberadaan Rani.Ia lah yang harus bersemangat sendirian, menerima kedatangan dengan rasa hangat di hati dan melayani dengan rasa cinta.Rani menghela napasnya untuk kesekian kalinya.Jika memang benar satu helaan napas bisa mengurangi umur manusia tiga detik, mungkin umurnya sudah tak lama lagi.Pada hari ini, akan menjadi puncak dari semuanya.Ia pun menyuruh Mbok memasak dan memberi tahu bahwa ia akan pulang sebelum makan malam.I
Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri
Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se