"Kamu engga perlu berbuat apapun, cukup jalani kuliah kamu dengan benar itu sudah cukup untuk jadi istri yang baik bagi aku."
Perkataan itu masih selalu Rani ingat.Tidak hanya itu, bahkan seluruh perkataan yang Saka katakan pun ia ingat.Memang tidak banyak percakapan antara Saka dan dirinya yang telah dilalui.Tapi, itu sangat meresap di ingatan Rani.Sangat manis, membuat Rani lupa bahwa hal itu kini hanya tinggal di kenangannya saja.Rani pikir ia sudah melakukan suatu hal yang salah sehingga Saka mendiamkannya dari hari begitu mereka mengucapkan janji hingga hari ini.
Tapi mendengar ucapan Saka, entah itu adalah pujian, komentar atau kritik sekalipun. Kata 'cantik' itu memiliki konotasi yang positif.Apakah Sakanya kembali seperti dulu lagi?"Bener, Ca. Saka ngomong begitu tadi malam. Rani ga ngada-ngada kok."
Rani membela dirinya sendiri setelah berulang kali Aca mengatakan bahwa dirinya sedang berhalusDemi segala dewa-dewi yang ada, dia, Raysaka Wahyu Mahendra. Tidak pernah terpikir ia akan berada dan duduk di tempat yang bernama salon ini, dan menemani Maharani Aqila Dewi, orang yang diperistri oleh dirinya sendiri.Yang benar saja, apa yang sudah ia pikirkan hingga ia malah terbawa arus dan menjawab pesan dengan kata "iya" ke gadis didepannya ini?Ia duduk di belakang Rani yang rambutnya sedang diurus oleh penata rambut. Wajah senyum Rani yang bodoh itu terus mengembang, bola matanya juga terus mengarah kepada Saka.Ia tidak bisa menghentikan tatapannya sendiri kepada laki-laki yang sudah lama menjadi suaminya itu. Dua tahun sudah cukup lama bukan? Ini pertama kalinya Saka menemaninya potong rambut. Biasanya, ia akan pergi dengan Aca. Atau bahkan ia akan pergi sendiri, dulu sekali ia akan pergi dengan Mbok kalau Aca juga tidak bisa."Potong rambut atau gimana, kak?"Pertanyaan ini yang ditunggu-tunggu oleh Rani. Ia pun meny
Baru saja beberapa hari yang lalu bertemu dengan Farah, kini di hadapan Rani dan Saka sudah terdapat anggota dengan lengkap.Mereka bahkan berada di meja makan yang sama kecuali Ghandi.Karena pria itulah yang sedang menikah di atas panggung sana.Lucunya, Airlangga duduk di sebelah Rani, Rani di sebelah Saka, dan di sebelah Saka ada Farah.Lengkap sudah.Airlangga yang menyukai Rani, Rani yang menyukai Saka, Farah yang juga menyukai Saka, dan Saka yang sekarang sudah menjadi suami dari Rani.Anggraini yang duduk bersama mereka, sudah merasakan hawa-hawa buruk, firasatnya bahkan juga merasa tidak enak, pikirannya sudah menyuruhnya untuk bergerak mundur teratur atau kalau bisa pindah tempat duduk. "Ah, cantik sekali ya istri Ghandi."Basa-basi yang dikeluarkan Anggraini agar memecahkan suara ini pun ditanggapi oleh satu-satunya yang tidak nyambung di dalam kumpulan mereka."Iya ya, cantik banget. Jadi ingat pas kita dulu ya, Saka."
Merasakan tepukan di wajahnya, Rani pun terbangun pelan-pelan. Lalu mengelus matanya sendiri.Mengerjapkan matanya pelan-pelan,"Saka..."Kata pertama yang ia ucapkan begitu bangun, lalu melihat wajah Saka yang baginya selalu bercahaya walaupun berada di dalam gelap. Ketika kita mencintai seseorang, apapun yang kita lihat pada orang itu menjadi bercahaya, seakan-akan ada aura berwarna putih terang yang ada di samping-sampingnya. Apalagi Matanya. Sungguh, untuk mencintai orang lain pun rasanya tidak mampu, bagaimana bisa kita melihat orang lain ketika mata kita hanya tertuju padanya?"Bangun,"Satu ucapan Saka yang membuat Rani tersadar, keadaan sekitar masih malam, dan mereka bukan berada di depan rumah."Ini dimana, Saka?"Tanyanya yang langsung dijawab oleh Saka,"Turun dulu."Bukannya takut nanti akan ditinggalkan atau dibiarkan begitu saja. Hanya saja, ini diluar dari rencana mereka, kan?Akhirnya Saka menghela nafasnya dan men
Demi menjadi istri dan calon ibu rumah tangga yang baik, bukan hanya bisa memasak saja, Rani jadi terbayang, bagaimana kalau nanti anaknya ulang tahun, dan ia ingin merayakannya secara kekeluargaan terlebih dahulu baru acara besar.Itu artinya ia juga harus bisa membuat kue ulang tahun.Agar anak-anaknya kelak akan merasakan arti dari kasih sayang ibu yang sesungguhnya.Sedang tersenyum sendiri dengan rencananya hari ini, saat memasukkan kemeja-kemeja Saka ke dalam lemari, ia bisa melihat pria itu sedang memakai pakaian yang lagi-lagi bukan ia setrika dan urus sendiri.Sejujurnya, semua pakaian Saka memang ada sebagian yang sudah diurus terlebih dahulu, dan sebagian ada yang Rani urus secara khusus, ia ingin mencuci, menyetrika dan melipat pakaian-pakaian itu dengan tangannya sendiri sebagaimana apa yang dilakukan oleh istri kepada suami.Namun saat kancing ke empat dari kemeja Saka yang ingin dipasangkan, pria itu tiba-tiba mengeluh, ternyata kancin
Setelah kemarin Saka terang-terangan makan malam bersama saat ada Airlangga, hari ini Saka sudah kembali seperti semula, pulang malam dan membiarkan Rani memakan masakannya berdua dengan Mbok.Padahal, kemarin pria itu seakan-akan bertujuan tidak akan meninggalkan Rani makan sendiri lagi.Rani seperti sedang dibawa terbang ke awan lalu dijatuhkan begitu saja.Pandai sekali pria itu memainkan perasaannya.Rasa-rasanya ia tidak melakukan kesalahan dan membuat Saka malu kemarin malam, lantas kenapa pria itu tidak ingin makan malam bersamanya lagi malam ini?Apakah sesibuk itu?Dipikir-pikir Saka juga pulang sangat cepat dari yang biasanya kemarin.Apakah karena itu ia menjadi sangat sibuk sekarang?Pertanyaan itu terus menghiasi pikiran Rani. Sampai rasa-rasanya ia ingin mempertanyakan langsung ke Saka. Namun, ia juga terlalu takut, ia takut mendengar apa yang akan dikatakan Saka nanti.Bia
Menurut kalian, bagaimana cara membunuh paus?Pakai senapan harpoon? Terlalu biasa, cukup membuang sampah ke laut setiap harinya dan lama-lama mereka akan mati karena tidak bisa mencerna semua sampah itu.Kalimat-kalimat itu sejujurnya sedikit sulit dicerna. Apa maksudnya?Sama juga dengan pertanyaan, bagaimana cara membunuh manusia? Ditusuk atau ditembak pun terlalu biasa. Cukup abaikan saja semua cinta yang mereka beri, mereka juga akan mati rasa kemudian.Tapi mau bagaimana lagi? Kita ibaratkan besi dan orang yang kita cintai itu adalah magnet. Tidak dapat dicegah, kita terus mengejar mereka.Sama juga seperti yang Rani rasakan, setiap pagi berharap suatu saat akan ada yang berubah, setidaknya dari hal kecil saja. Ia yakin, semuanya akan kembali seperti dulu kan?Semalaman berpegangan tangan, walaupun begini, ini bukan pertama kalinya ada hujan dan Saka memperlakukannya begini. Setidaknya, walaupun ia ketakutan, tapi kini ia malah ber
Semenjak kedatangan dua makhluk kecil itu. Rani jadi semakin halu.Contohnya? Tenang, Saka sudah ada semua bukti-bukti tindakan gadis itu."Oreo, Pocky. Kalian salam dulu nak sama Ayah, tuh... Ayah Saka lagi liatin kalian."Sinting, kan? Kucing disuruh salam itu bagaimana ceritanya, sih?Belum lagi kucing-kucing itu seakan-akan mengerti bahasa manusia dan mengeong.Oh ya, foto profil Rani juga sudah ganti. Jadi foto Oreo yang ceritanya menjadi raja dan Pocky menjadi ratu, bahkan keduanya memakai mahkota.Bukannya tidak senang. Saka malah setuju foto yang dulu itu diganti, daripada ia kasihan kepada Rani, dengan pose foto yang ada di gambar, tapi kenapa malah jadi foto kucing? Foto dirinya sendiri kan bisa.Lalu, gadis itu jadi sering lupa menyambutnya dan mengurusnya.Seminggu ini cukup membuktikan bahwa anak kecil seperti Rani tidak bisa diberikan peliharaan.Bagaimana Rani bisa memelihara ketika dirinya sendiri saja
"Eh, kaki kenapa kaki?"Kedatangan Aca pada hari ini tentu saja karena Rani."Ini, Rani kurang hati-hati waktu ngejar Saka."Sambil mengelus-elus kakinya sendiri seperti nenek-nenek tua, Rani menunjukkan hanya sedikit sekali rasa sedihnya. Ia tidak ingin membuat Aca khawatir atau mengomel lagi."Tu orang berulah lagi? Duh, udahan deh ya jadi orang baiknya, gua capek liat drama lu.Pleasedeh, Ran. Hidup tuh engga segampang sinetron."Rani mengerutkan dahinya."Ini kan emang bukan sinetron, Ca."Aca langsung melotot."Lu pikir dengan lu hangatkan dia terus-menerus lalu dia bakal mencair? Engga. Terus kalaupun dia ga berubah, dia juga ga dapet karma. Saka tetap Saka. Manusia kaku, dingin danpsycho."Rani langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Engga ya, Saka bukan psikopat. Enak aja."Lalu Rani pun teringat sesuatu."Oh ya, waktu itu kenapa buru-buru langsung pergi? Tumben mau ketemunya
"Hadapin aja. Lu harus berterus terang. Dan lagi, om Yudis ga mungkin ga tahu persoalan ini. Dia pasti tahu anaknya nikah atas suruhan atasannya."Rani memegang kepalanya, mengapa rumit sekali."Ran, Rani. Lu denger gua. Omongan Saka ada benarnya. Pernikahan kalian ini memang ada ya walaupun atas omongan Om, tapi keluarga kalian sudah menyatu. Lu ga mungkin cuma pikirin perasaan lu sendiri dan yang lu tahu cuma tentang ayah lu sendiri. Itu egois."Aca memang benar-benar penasihat bagi kehidupan Rani, kurang apa lagi Aca menjadi sahabat dari seorang Rani?"Seenggaknya, lu harus selesain baik-baik sama tante Sekar. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sosok keluarga yang baik. Lu juga harus mentingin perasaan mereka."Ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya, ini juga yang Rani takuti dari sejak Saka mengajak dirinya menghadap orang tuanya.Masalahnya, Sekar memang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Sosok ibu yang ada di dalam hidupny
Setiap kali Saka ke rumah sakit untuk mengunjungi Rani, pasti ada Airlangga, aca dan juga Irsyad di sana.Ada apa sih? Mengapa mereka selalu bersama?Sudah begitu, tak ada satu pun dari mereka yang keluar untuk membiarkan Saka dan Rani berbicara hanya berdua.Sebenarnya, mereka ini punya masalah apa?Ataukah terbalik, Saka yang punya masalah apa?Ah, entahlah.Situasi semakin sulit untuk mereka berkomunikasi. Saka sesekali melihat hanya dari luar.Terkadang ia melihat Aca yang tertidur sambil menjaga Rani atau Airlangga yang menyuapi potongan jeruk kepada Rani yang notabenenya masih menjadi istrinya.Rani hanya sekitar tiga hari di rumah sakit, hari ini mereka akan berberes untuk pulang.Seperti biasa, mereka berkelompok.Saka pun memberanikan diri untuk masuk dan hadir di tengah-tengah mereka membawa keheningan dan seakan-akan dirinya adalah ancaman bagi mereka. Padahal, mereka menatap Saka dengan kecaman."Ngapain ka
Rani mengecek ke dokter kandungan persoalan anaknya, ia takut karena sempat tidak makan, bagaimana jika anaknya ini menjadi sangat lemah?Tidak lebih tidak kurang, pemeriksaan USG pun diberitahu kurang lebih sama seperti perawat kemarin oleh dokter khusus kandungan tentunya pada hari ini.Perawat kemarin memang banyak membantu dokter kandungan.Dokter itu juga menunjukkan di manajanin itu berada dan menjelaskan apa yang harus ia lakukan. Seperti hidup sehat, tidak stress dan disarankan ikut senam kehamilan.Begitu setelah selesai ke dokter kandungan, tentunya masih di rumah sakit yang sama, ia pun bersama-sama dengan Aca menukarkan resep vitamin yang diberikan dokter. Kurang lebih ada tiga atau empat vitamin yang diberikan.Rani akan berjuang menelan semua vitamin itu demi anak yang mungkin hanya satu-satunya akan dia punya.Sungguh, ia sudah tidak berniat untuk berbuat apapun selain membesarkan dan merawat anaknya.Ia akan mencintai anakny
Disaat aku tidak perlu dicintai denganmu lagi, itulah saat dimana kau mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat.Baru saja beberapa menut yang lalu Rani sadar dan ia tidak mau sama sekali mengarah dan melihat Saka.Lalu mereka pun didatangi dokter beserta perawat di sampingnya.Rani yakin betul bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya, setelah ini mungkin ia akan pergi seperti biasa. Toh, tiket bukan hal yang sulit dibeli baginya.Tapi semuanya berbeda saat ia mendengarkan perkataan dokter yang berada di depannya ini."Selamat ya Bu, Pak. Ibu Maharani sesang mengandung empat minggu. Sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu nih, delapan bulan lagi bukan waktu yang lama, kok."Ucap dokter yang langsung memberi selamat kepada keduanya.Riang sekali dokter itu, bahkan langsung menyalami Saka yang tegak begitu dokter itu ke bilik kamar mereka.Pria itu munafik sekali, bukan?Seakan-akan tampa
Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar s
Disinilah Saka berdiri.Ia menatap rumah? Rumah yang seperti istana itu tepat di depannya.Mau tidak mau, suka tidak suka.Ia sudah mempersiapkan segalanya.Ia memang harus menemui calon mantan mertuanya atau apapun itu nantinya, semua tergantung padanya.Ah, entahlah, yang jelas ia sudah siap bertemu pada hari ini.Ia sudah memikirkan cukup lama dan matang untuk hal yang akan ia perbuat setelah ini.Ia pun masuk, kali ini ia tidak membuat janji atau apapun itu dengan Dewangga.Karena, ia datang sebagai menantu, ya memang masih menantu untuk saat ini.Begitu ia masuk pun ia langsung di arahkan ke ruang kerja Dewangga,Pria tua itu sudah menanti kedatangan Saka sejak beberapa minggu yang lalu.Raysaka pun tunduk hormat saat melihat Dewangga berada di pandangannya.Ayah dari gadis manja itu pun memberikan kode untuk duduk kepadanya.Bahkan mere
Sederhananya, kau adalah apa yang aku tulis, dan aku hanyalah apa yang tak pernah kau baca.Semakin dibayangkan semakin miris rasanya.Setelah tiga hari berturut-turut Rani pergi sepagi mungkin tanpa bertemu Saka dan pulang tanpa menyapa pria itu.Sempat sekali ia pulang terlebih dahulu dan pria itu tampak memberitahu keberadaannya."Aku pulang."Masih ingat betul Rani dengan ucapan pria itu.Dulu mana pernah pria itu mengucapkan kata yang bersikap memberitahu dan menganggap keberadaan Rani.Ia lah yang harus bersemangat sendirian, menerima kedatangan dengan rasa hangat di hati dan melayani dengan rasa cinta.Rani menghela napasnya untuk kesekian kalinya.Jika memang benar satu helaan napas bisa mengurangi umur manusia tiga detik, mungkin umurnya sudah tak lama lagi.Pada hari ini, akan menjadi puncak dari semuanya.Ia pun menyuruh Mbok memasak dan memberi tahu bahwa ia akan pulang sebelum makan malam.I
Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri
Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se