Begitu mereka sampai di rumah Ayah, Dewangga langsung menyambut anaknya dan tentu saja juga menantunya.
Waktu siang hampir sore ini, terbilang cukup pas. Tapi, Saka tentu saja sebenarnya tidak ingin terlalu lama disini.Tujuannya hanya makan siang dan pulang. Kalau seperti ini, tamatlah riwayatnya.Ia dan Rani pasti akan diminta untuk menginap semalam."Ayah kok makin kurus sih! Apa Rani harus kirimin makanan juga ke Ayah?"
Dewangga hanya terkekeh. Nada anaknya ini sungguh mirip sekali dengan almarhumah istrinya, Wanda."Boleh juga. Ayah ga tau kalau kamu udah pinter masak sekarang."Pintar memasak? Mbok yang masak kok.Saka hanya bisa diam sambil mengunyah makanannya pelan-pelan.
Rani langsung menyingkap rambutnya ke belakang."Kan Rani harus bisa masak biar suami betah di rumah, Yah."Saka langsung tersedak."Lho, lho. Saka makannya pelan-pelan. Rani tahu kok makanannya enak tapi jangan buru-buru."Saka hanya mengambil minuman yang telah diambilkan oleh Rani dan meneguknya pelan-pelan."Saka seperti ga makan setahun, ya. Padahal kan di rumah juga makan makanan kamu. Kayak takut kehabisan saja."
Dewangga dan kata-katanya yang memiliki ketajaman setajam pisau asah.Rani yang diam kali ini, tepukannya dipunggung Saka pun berkurang.Ia tersadar bahwa bahkan Saka tidak pernah menyentuh makanan di rumah.Ia pun melihat ke arah Saka.Apa Saka malu ya kalau makan sama Rani? Kalau begitu besok-besok Rani bawakan bekal untuk ke kantor aja, ya?Rani langsung terkekeh lagi setelah pikiran-pikiran berlari-lari di otaknya."Kan Ayah sendiri yang bilang Rani sudah pinter masak, makanya Saka selalu ketagihan sama masakan Rani."
Saka langsung menatap Rani.Gila, ya? Saka tidak habis pikir dengan Rani dan ucapannya barusan.Ia saja tidak pernah makan masakan Rani sebelumnya dan perlu ia tegaskan lagi, ini adalah masakan Mbok, kok.Soal rasa, ya enak. Walaupun Rani bantu atau apapun itu, tetap saja resep dan masakan Mbok."Semoga kamu selalu makan masakan istri kamu seperti ini ya. Masakan istri adalah satu-satunya makanan yang dimakan oleh seorang suami. Karena apapun rasanya, bentuknya, dan lauknya tidak mempengaruhi rasa cinta istri saat memasaknya."
Saka hanya bisa diam dan tetap lanjut memakan makanan di depannya ini.Ia tidak berniat membalas ucapan Dewangga atau membanggakan istrinya.Ia hanya ingin pulang secepatnya dari sini.
"Ah ya. Apa kalian menunda kehamilan?"Rasanya, Saka tidak berselera lagi untuk makan.Sudahlah telat makan dan sekarang ia tidak bisa makan.Berapa keburukan yang harus ia dapatkan dalam sehari?"Maksud Ayah?"
Kepolosan Rani bisa membuat Saka mendapatkan masalah.Saka harap gadis ini tidak menjawab yang aneh-aneh."Kapan Ayah punya cucu dari kamu? Anak Ayah cuma kamu. Ayah ga bisa dapat cucu dari yang lain."Rani berpikir sebentar.Ia bahkan belum pernah berbuat apapun. Bagaimana ia bisa memberikan Ayahnya cucu?Tapi, tidak mungkin kan ia berkata seperti itu? Semua ini persoalan keluarga yang ia bangun dengan Saka. Mungkin Saka terlalu segan dan mereka juga masih sangat muda untuk mempunyai anak.Rani pikir Saka pasti mencegah hal itu terjadi daripada mereka belum siap."Kami ga pernah nunda-nunda kok, Yah. Pokoknya Ayah tunggu aja. Ayah ingin cucu laki-laki apa perempuan?"
Saka langsung menoleh ke arah Rani.Gadis ini benar-benar gila. Tingkat halusinasi dan kesadarannya terlalu berbanding kebalik."Oh? Bisa direquest gitu, ya? Ayah maunya laki-laki donk. Biar bisa jadi lawan debat."Lawan debat? Dia pikir ini cucu atau pemerintah? Saka bisa ikut gila kalau di sini terlalu lama."Bisa, ntar pokoknya Rani sama Saka bawa cucu laki-laki khusus buat eyang Dewangga."Dewangga tertawa kecil."Baik, Ayah tunggu kabar baiknya."Rani ikut tersenyum lucu dan mereka pun melanjutkan acara makan-makan mereka.
Tidak lupa setelah itu, Rani menyiapkan sop buah dengan sirup melon yang Ayahnya inginkan.Rani selalu membuat itu untuk pemanis mulut dan hidangan penutup."Kalian menginap ya malam ini. Pakai kamar biasa. Besok pagi baru pulang."
Rani sih senang-senang saja. Pada dasarnya ini rumah lamanya yang lebih megah tiga sampai empat kali dari pada rumahnya ketika menjadi istri Saka.Sedangkan Saka, walaupun ia sudah menginap di sini sekitar enam sampai tujuh kali, tapi ia tetap tidak nyaman di sini.Kalau Dewangga sudah berkata-kata, tidak ada lagi yang bisa ia katakan.Ia hanya akan menuruti dalam diam, memangnya apa lagi yang bisa ia perbuat?"Ayah pasti kangen banget ya sama Rani. Sini Rani peluk dulu."
Rani pun memeluk Ayahnya."Uh, Ayahnya Rani."Dewangga menikmati pelukan dari belakangnya, ia masih duduk tapi Rani memeluk kepalanya saja."Kamu jarang pulang ke sini sih, sesekali main lagi donk. Masa mesti Ayah suruh terus. Lupa ya sama Ayah karena udah punya suami?"Saka langsung melirik kedua manusia yang ada di depannya ini.Saka dari tadi diam, lho. Terus kenapa Saka kena terus?Ia pun lanjut meminum sop buahnya kembali. Pura-pura tidak mendengar."Iya nih, Rani lupa sama Ayah. Abisnya, setiap hari dikasih pemandangan laki-laki seganteng Saka, gimana Rani ga lupa?"
Saka langsung menatap Rani.Kenapa dia dibawa-bawa terus sih dalam percakapan dua orang ini?"Oh gitu? Jadi kamu udah lupa sama Ayah? Gitu?"Rani langsung menempelkan wajahnya ke samping wajah Ayahnya."Mana bisa sih, Yah. Rani emang sayang Saka, tapi Rani juga sayang Ayah. Ayah kan laki-laki pertamanya Rani. Rajanya Rani, lho. Kalo Saka kan pangerannya Rani."Bagaimana bisa Rani memakai istilah seperti itu? Memangnya Rani masih bocah kelas lima SD? Jadi sekarang mereka lagi main kerajaan-kerajaan?Rani putri dari raja Dewangga gitu. Lalu ayahnya Saka adalah penasihat raja sekaligus tangan kanan raja?"Oh, gitu. Pengandaiannya boleh juga. Yasudah, kalian ke atas gih. Bersih-bersih dulu, nanti baru ke bawah lagi."
Rani pun langsung mengangguk-anggukkan kepalanya."Saka duluan gih. Rani siapin yang lain dulu."Tanpa basa-basi Saka hanya menganggukkan kepalanya ke arah Rani dan Dewangga dan naik menuju kamar Rani yang dulu.Kamar yang bernuansa merah muda, Saka tidak pernah lupa akan pajangan boneka setiap sudut kamar itu, dari bentuk hati hingga kelinci.
Rani memang penggemar boneka kelinci.Rani pernah bercerita sendiri yang entah kenapa Saka masih mengingatnya bahwa ia menganggap kelinci adalah binatang kesukaannya, dan dirinya sendiri pun mirip dengan kelinci.Teori yang entah dari mana entah Rani mendapatkannya."Saka selalu diam seperti itu sama kamu?"
Rani bingung, kenapa Ayahnya bertanya seperti itu?"Engga kok, Saka banyak ngomong kalo sama Rani. Pas sama Ayah aja tuh jadi malu."Dewangga menyipitkan matanya."Kok Ayah?"Rani pun menaikkan bahunya."Ah udah ah, Rani mau ke atas dulu siapin bajunya Saka. Ayah mandi juga gih, bau asem.""Sembarangan."Rani langsung lari sambil cekikikan.Hanya dengan Rani lah sikap tegas, kasar dan wibawa Dewangga hilang.Hanya tergantikan Ayah yang menyayangi anaknya.Tidak ada salahnya, bukan?
Rani adalah satu-satunya harta yang yang ia punya di dunia ini.Begitu Rani sampai kamarnya, ia langsung mengeluarkan dua pakaian tidur yang memang sengaja dipersiapkan disini khusus Saka, kalau soal barangnya sih jangan ditanya. Barang-barangnya masih banyak di sini. Hanya sebagian saja yang ia bawa ke rumahnya.Karena jika ada yang kurang toh tinggal balik kesini sebentar dan mengambilnya atau bahkan tinggal beli lagi.Hanya saja Rani sedikit rempong saat memilih-milih barang-barangnya. Jadi, hanya barang favorite dan yang sering ia pakai saja yang ia bawa ke rumahnya itu.Bayangkan saja, Rani bertapa seminggu di depan lemarinya untuk apa saja yang harus ia bawa, sampai si Mbok yang menyarankan saran yang di atas.
"Bawa seperlunya aja, Ran. Toh, nanti tinggal balik kesini kalau ada apa-apa."Untung saja Rani punya Mbok. Kalau tidak ada Mbok, mau jadi apa Rani nanti? Bisa-bisa ia tidak jadi pindah.Pokoknya, Mbok itu termasuk titisan yang dikirim Tuhan untuk menerangi jalan pikiran Rani yang tidak ada jalannya.
Rani sayang Mbok.Pokoknya, Rani sayang sama semua orang yang ada di sekeliling Rani.Begitu semuanya sudah selesai, Saka selesai mandi, dan Rani pun juga.
Mereka kembali nonton bersama sekitar satu jam lebih dan balik ke kamar mereka masing-masing.Melihat Saka yang langsung menuju ke tempat tidur. Rani pun langsung mematikan lampu dan bersiap-siap untuk tidur juga.Tapi sudah sepuluh menit ia berpindah-pindah posisi, ia tetap tidak bisa tidur.
Ia menatap Saka yang di sampingnya.Tentu saja punggung Saka.Untung saja Saka tidur menghadap kanan.Rani pernah membaca kalau tidur menghadap itu baik, mengurangi beban jantung.Ia pun mengambil posisi telentang."Saka...Saka udah tidur belum?"
Dalam hati Saka ingin mengumpat.Bagaimana bisa ia tidur kalau Rani sangat lasak seperti ini.Namun, Saka tidak menjawab.Entah mengapa Rani merasa Saka masih terjaga, walaupun ternyata Saka sudah tertidur, ia hanya ingin bercerita dengan pria yang berbaring di sebelahnya ini."Kata-kata Ayah tentang cucu tadi..."Saka langsung membuka matanya kembali dengan posisi yang sama.Ia hanya sedikit terkejut ketika Rani ternyata ingin membahas soal itu."Kita kan ga buru-buru, mungkin Saka masih pengin habisin waktu berdua sama Rani tanpa anak-anak dulu, kan? Rani bisa ngerti kok, Saka."Rani mendekatkan kepalanya ke dekat punggung Saka.
"Jadi, kita bisa jalanin hubungan ini dengan pelan-pelan."Tidak ada suara lagi setelah perkataan itu. Saka yakin kalau Rani sudah terlelap.Pelan-pelan?Saka malah ingin semua drama ini selesai. Ia tidak ingin dijadikan mainan lagi.Sudah dua hari semenjak dari rumah Dewangga.Kalau kemarin Rani tidak bisa memasak untuk membawakan Saka bekal, hari ini ia sudah bangun pukul empat pagi dan memasak bari Mbok.Padahal ia biasanya bangun satu jam sebelum Saka bangun. Namun sekarang ia bangun tiga jam sebelumnya. Ia sudah memperhitungkan semuanya, dua jam lebih untuk memasak, setengah jam untuk mandi agar selalu wangi lalu ia akan mempersiapkan pakaian Saka.Ia merasa darah-darah menjadi istri sejati sudah mengalir di tubuhnya.Sejak kapan Rani seperti ini?Ia sudah berubah total semenjak menjadi istri Saka dalam waktu dua tahun.Ia akan membuat bento yang sangat enak untuk Saka.Setelah mencari tahu, bekal yang paling enak adalah bekal ala jepang yaitu bento.Tempura, telur, daging panggang yang berada di samping nasi, lalu Rani masih ingat Saka yang membeli onigiri, maka ia juga membuat beberapa sushi ala dirinya.Soal rasa makanan
Barang Saka ya barang Saka, barang Rani ya barang Rani. Saling menjaga privasi masing-masing adalah prinsip yang seharusnya dijaga.Tapi, Rani tidak suka. Maksudnya, ia lebih suka kalau barang Saka ya barang Rani dan barang Rani ya barang Saka.Kenapa sih harus dipisah?Mereka sudah suami-istri juga, kan?Ponsel Saka jarang sekali berbunyi, Rani sendiri tidak tahu apa kata sandinya, apalagi ponsel Saka begitu redup hingga tidak keliatan.Kaca pelapisnya pun juga gelap.Memang beberapa kali Saka sering meninggalkan ponsel itu begitu saja selagi mandi.Namun entah kenapa saat Rani ingin keluar sebentar, tiba-tiba barang itu bergetar sehingga menarik perhatian Rani.Rani pun mendekat, sisi ingin tahu dirinya sangat kuat terhadap Saka.Hingga ia menunduk dekat ke ponsel Saka, ia tidak akan menyentuhnya karena Rani tahu kalau Saka sangat teliti, barangnya berubah sedikit saja dia sadar.Terbaca dengan sedikit buram.
"Kamu tuh ya, kapan sih dengerin ibu ngomong? Mau sampai kapan begini, Saka?"Ini masih pagi tapi Saka sudah harus mendengarkan celotehan ibunya."Sudah dua tahun kamu belum bisa terima dia juga? Mau jadi apa, Sak.Walaupun kamu ga mau sama dia. Walaupun kamu ga pernah minta maharani seperti dia dan ga mau punya maharani seperti dia. Ya, tapi kamu ditakdirkan untuk jadi mahendranya dia, Sak. Mahendranya dia."Saka sudah terlatih mendengarkan ini, ia akan menutup rapat bibirnya dan mendengarkan ibunya sampai ibunya lelah sendiri."Ibu kasih nama kamu Mahendra tuh ya biar jadi raja yang sabar, yang bisa diandalkan, lapang dadanya seperti gunung. Jangan bisanya lancipnya doank, lho. Tajam benar kalau ngomong sama orang lain."Saka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya."Heh! Ibu ngomong ini, lho. Dijawab. Punya mulut, kan?""Iya, Bu. Iya."Sekar sudah mulai emosi."Jangan iya-iya aja tapi ga dijalani. Itu namanya podo wae
"Kamu engga perlu berbuat apapun, cukup jalani kuliah kamu dengan benar itu sudah cukup untuk jadi istri yang baik bagi aku."Perkataan itu masih selalu Rani ingat.Tidak hanya itu, bahkan seluruh perkataan yang Saka katakan pun ia ingat.Memang tidak banyak percakapan antara Saka dan dirinya yang telah dilalui.Tapi, itu sangat meresap di ingatan Rani.Sangat manis, membuat Rani lupa bahwa hal itu kini hanya tinggal di kenangannya saja.Rani pikir ia sudah melakukan suatu hal yang salah sehingga Saka mendiamkannya dari hari begitu mereka mengucapkan janji hingga hari ini.Tapi mendengar ucapan Saka, entah itu adalah pujian, komentar atau kritik sekalipun. Kata 'cantik' itu memiliki konotasi yang positif.Apakah Sakanya kembali seperti dulu lagi?"Bener, Ca. Saka ngomong begitu tadi malam. Rani ga ngada-ngada kok."Rani membela dirinya sendiri setelah berulang kali Aca mengatakan bahwa dirinya sedang berhalus
Demi segala dewa-dewi yang ada, dia, Raysaka Wahyu Mahendra. Tidak pernah terpikir ia akan berada dan duduk di tempat yang bernama salon ini, dan menemani Maharani Aqila Dewi, orang yang diperistri oleh dirinya sendiri.Yang benar saja, apa yang sudah ia pikirkan hingga ia malah terbawa arus dan menjawab pesan dengan kata "iya" ke gadis didepannya ini?Ia duduk di belakang Rani yang rambutnya sedang diurus oleh penata rambut. Wajah senyum Rani yang bodoh itu terus mengembang, bola matanya juga terus mengarah kepada Saka.Ia tidak bisa menghentikan tatapannya sendiri kepada laki-laki yang sudah lama menjadi suaminya itu. Dua tahun sudah cukup lama bukan? Ini pertama kalinya Saka menemaninya potong rambut. Biasanya, ia akan pergi dengan Aca. Atau bahkan ia akan pergi sendiri, dulu sekali ia akan pergi dengan Mbok kalau Aca juga tidak bisa."Potong rambut atau gimana, kak?"Pertanyaan ini yang ditunggu-tunggu oleh Rani. Ia pun meny
Baru saja beberapa hari yang lalu bertemu dengan Farah, kini di hadapan Rani dan Saka sudah terdapat anggota dengan lengkap.Mereka bahkan berada di meja makan yang sama kecuali Ghandi.Karena pria itulah yang sedang menikah di atas panggung sana.Lucunya, Airlangga duduk di sebelah Rani, Rani di sebelah Saka, dan di sebelah Saka ada Farah.Lengkap sudah.Airlangga yang menyukai Rani, Rani yang menyukai Saka, Farah yang juga menyukai Saka, dan Saka yang sekarang sudah menjadi suami dari Rani.Anggraini yang duduk bersama mereka, sudah merasakan hawa-hawa buruk, firasatnya bahkan juga merasa tidak enak, pikirannya sudah menyuruhnya untuk bergerak mundur teratur atau kalau bisa pindah tempat duduk. "Ah, cantik sekali ya istri Ghandi."Basa-basi yang dikeluarkan Anggraini agar memecahkan suara ini pun ditanggapi oleh satu-satunya yang tidak nyambung di dalam kumpulan mereka."Iya ya, cantik banget. Jadi ingat pas kita dulu ya, Saka."
Merasakan tepukan di wajahnya, Rani pun terbangun pelan-pelan. Lalu mengelus matanya sendiri.Mengerjapkan matanya pelan-pelan,"Saka..."Kata pertama yang ia ucapkan begitu bangun, lalu melihat wajah Saka yang baginya selalu bercahaya walaupun berada di dalam gelap. Ketika kita mencintai seseorang, apapun yang kita lihat pada orang itu menjadi bercahaya, seakan-akan ada aura berwarna putih terang yang ada di samping-sampingnya. Apalagi Matanya. Sungguh, untuk mencintai orang lain pun rasanya tidak mampu, bagaimana bisa kita melihat orang lain ketika mata kita hanya tertuju padanya?"Bangun,"Satu ucapan Saka yang membuat Rani tersadar, keadaan sekitar masih malam, dan mereka bukan berada di depan rumah."Ini dimana, Saka?"Tanyanya yang langsung dijawab oleh Saka,"Turun dulu."Bukannya takut nanti akan ditinggalkan atau dibiarkan begitu saja. Hanya saja, ini diluar dari rencana mereka, kan?Akhirnya Saka menghela nafasnya dan men
Demi menjadi istri dan calon ibu rumah tangga yang baik, bukan hanya bisa memasak saja, Rani jadi terbayang, bagaimana kalau nanti anaknya ulang tahun, dan ia ingin merayakannya secara kekeluargaan terlebih dahulu baru acara besar.Itu artinya ia juga harus bisa membuat kue ulang tahun.Agar anak-anaknya kelak akan merasakan arti dari kasih sayang ibu yang sesungguhnya.Sedang tersenyum sendiri dengan rencananya hari ini, saat memasukkan kemeja-kemeja Saka ke dalam lemari, ia bisa melihat pria itu sedang memakai pakaian yang lagi-lagi bukan ia setrika dan urus sendiri.Sejujurnya, semua pakaian Saka memang ada sebagian yang sudah diurus terlebih dahulu, dan sebagian ada yang Rani urus secara khusus, ia ingin mencuci, menyetrika dan melipat pakaian-pakaian itu dengan tangannya sendiri sebagaimana apa yang dilakukan oleh istri kepada suami.Namun saat kancing ke empat dari kemeja Saka yang ingin dipasangkan, pria itu tiba-tiba mengeluh, ternyata kancin
"Hadapin aja. Lu harus berterus terang. Dan lagi, om Yudis ga mungkin ga tahu persoalan ini. Dia pasti tahu anaknya nikah atas suruhan atasannya."Rani memegang kepalanya, mengapa rumit sekali."Ran, Rani. Lu denger gua. Omongan Saka ada benarnya. Pernikahan kalian ini memang ada ya walaupun atas omongan Om, tapi keluarga kalian sudah menyatu. Lu ga mungkin cuma pikirin perasaan lu sendiri dan yang lu tahu cuma tentang ayah lu sendiri. Itu egois."Aca memang benar-benar penasihat bagi kehidupan Rani, kurang apa lagi Aca menjadi sahabat dari seorang Rani?"Seenggaknya, lu harus selesain baik-baik sama tante Sekar. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sosok keluarga yang baik. Lu juga harus mentingin perasaan mereka."Ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya, ini juga yang Rani takuti dari sejak Saka mengajak dirinya menghadap orang tuanya.Masalahnya, Sekar memang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Sosok ibu yang ada di dalam hidupny
Setiap kali Saka ke rumah sakit untuk mengunjungi Rani, pasti ada Airlangga, aca dan juga Irsyad di sana.Ada apa sih? Mengapa mereka selalu bersama?Sudah begitu, tak ada satu pun dari mereka yang keluar untuk membiarkan Saka dan Rani berbicara hanya berdua.Sebenarnya, mereka ini punya masalah apa?Ataukah terbalik, Saka yang punya masalah apa?Ah, entahlah.Situasi semakin sulit untuk mereka berkomunikasi. Saka sesekali melihat hanya dari luar.Terkadang ia melihat Aca yang tertidur sambil menjaga Rani atau Airlangga yang menyuapi potongan jeruk kepada Rani yang notabenenya masih menjadi istrinya.Rani hanya sekitar tiga hari di rumah sakit, hari ini mereka akan berberes untuk pulang.Seperti biasa, mereka berkelompok.Saka pun memberanikan diri untuk masuk dan hadir di tengah-tengah mereka membawa keheningan dan seakan-akan dirinya adalah ancaman bagi mereka. Padahal, mereka menatap Saka dengan kecaman."Ngapain ka
Rani mengecek ke dokter kandungan persoalan anaknya, ia takut karena sempat tidak makan, bagaimana jika anaknya ini menjadi sangat lemah?Tidak lebih tidak kurang, pemeriksaan USG pun diberitahu kurang lebih sama seperti perawat kemarin oleh dokter khusus kandungan tentunya pada hari ini.Perawat kemarin memang banyak membantu dokter kandungan.Dokter itu juga menunjukkan di manajanin itu berada dan menjelaskan apa yang harus ia lakukan. Seperti hidup sehat, tidak stress dan disarankan ikut senam kehamilan.Begitu setelah selesai ke dokter kandungan, tentunya masih di rumah sakit yang sama, ia pun bersama-sama dengan Aca menukarkan resep vitamin yang diberikan dokter. Kurang lebih ada tiga atau empat vitamin yang diberikan.Rani akan berjuang menelan semua vitamin itu demi anak yang mungkin hanya satu-satunya akan dia punya.Sungguh, ia sudah tidak berniat untuk berbuat apapun selain membesarkan dan merawat anaknya.Ia akan mencintai anakny
Disaat aku tidak perlu dicintai denganmu lagi, itulah saat dimana kau mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat.Baru saja beberapa menut yang lalu Rani sadar dan ia tidak mau sama sekali mengarah dan melihat Saka.Lalu mereka pun didatangi dokter beserta perawat di sampingnya.Rani yakin betul bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya, setelah ini mungkin ia akan pergi seperti biasa. Toh, tiket bukan hal yang sulit dibeli baginya.Tapi semuanya berbeda saat ia mendengarkan perkataan dokter yang berada di depannya ini."Selamat ya Bu, Pak. Ibu Maharani sesang mengandung empat minggu. Sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu nih, delapan bulan lagi bukan waktu yang lama, kok."Ucap dokter yang langsung memberi selamat kepada keduanya.Riang sekali dokter itu, bahkan langsung menyalami Saka yang tegak begitu dokter itu ke bilik kamar mereka.Pria itu munafik sekali, bukan?Seakan-akan tampa
Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar s
Disinilah Saka berdiri.Ia menatap rumah? Rumah yang seperti istana itu tepat di depannya.Mau tidak mau, suka tidak suka.Ia sudah mempersiapkan segalanya.Ia memang harus menemui calon mantan mertuanya atau apapun itu nantinya, semua tergantung padanya.Ah, entahlah, yang jelas ia sudah siap bertemu pada hari ini.Ia sudah memikirkan cukup lama dan matang untuk hal yang akan ia perbuat setelah ini.Ia pun masuk, kali ini ia tidak membuat janji atau apapun itu dengan Dewangga.Karena, ia datang sebagai menantu, ya memang masih menantu untuk saat ini.Begitu ia masuk pun ia langsung di arahkan ke ruang kerja Dewangga,Pria tua itu sudah menanti kedatangan Saka sejak beberapa minggu yang lalu.Raysaka pun tunduk hormat saat melihat Dewangga berada di pandangannya.Ayah dari gadis manja itu pun memberikan kode untuk duduk kepadanya.Bahkan mere
Sederhananya, kau adalah apa yang aku tulis, dan aku hanyalah apa yang tak pernah kau baca.Semakin dibayangkan semakin miris rasanya.Setelah tiga hari berturut-turut Rani pergi sepagi mungkin tanpa bertemu Saka dan pulang tanpa menyapa pria itu.Sempat sekali ia pulang terlebih dahulu dan pria itu tampak memberitahu keberadaannya."Aku pulang."Masih ingat betul Rani dengan ucapan pria itu.Dulu mana pernah pria itu mengucapkan kata yang bersikap memberitahu dan menganggap keberadaan Rani.Ia lah yang harus bersemangat sendirian, menerima kedatangan dengan rasa hangat di hati dan melayani dengan rasa cinta.Rani menghela napasnya untuk kesekian kalinya.Jika memang benar satu helaan napas bisa mengurangi umur manusia tiga detik, mungkin umurnya sudah tak lama lagi.Pada hari ini, akan menjadi puncak dari semuanya.Ia pun menyuruh Mbok memasak dan memberi tahu bahwa ia akan pulang sebelum makan malam.I
Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri
Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se