-Fitnah Kak Lastri Mas Azka hari ini keluar kota karena harus menghadiri rapat di sana. Besok pengajian di rumah Bu Rama, dan artinya aku harus kesana sendirian. Terbersit ragu di hatiku, tapi tak mungkin aku melanggar janjiku pada Bu Rama.Bismillah aja lah, semoga semuanya baik-baik saja.[Sayang, Mas, sudah sampai di Balikpapan. Ayra dah makan belum? Susunya jangan lupa diminum ya, jangan kecapean. Love you]Mas Azka mengabariku bahwa dia sudah sampai di kota tujuannya. Aku tersenyum membaca pesan romantisnya, sepele tapi kata-kata seperti itu cukup membuatku berbunga-bunga. [Iya Mas, hati-hati disana. Jangan lupa makan, cepat pulang, Love you too.]Setelah membalas pesan Mas Azka, aku membaringkan tubuhku sebentar untuk beristirahat. Entah kenapa aku merasa gelisah. ~Ting Bunyi notifikasi Wa kembali mengusik tidurku. [Ra, gimana? Udah ada uangnya? Om Malik ngancem mau laporan ke Ibu. Sumpah aku bingung Ra.]Ya Allah belum selesai juga drama tentang uang pinjaman Kak Lastri,
-POV Lastri "Waktu kamu tinggal satu bulan lagi ya Lastri. Segera lunasi hutang beserta bunganya atau rumah Ibumu terpaksa saya sita." Ini kali keempat Om Malik memperingatkanku. Aku berhutang pada Om Malik sekitar enam bulan yang lalu, satu bulan sebelum Ayra dan Azka memutuskan untuk pindah dari rumah Ibu. Seandainya saja uang gaji Mas Romi ku pakai untuk membayar cicilan hutang pada Om Malik, pasti saat ini tak banyak lagi yang tersisa. Tapi godaan shopping dari teman-temanku tak mampu ku kendalikan. Aku menggila ketika melihat Tas dan Baju model terbaru setiap bulannya, dan baru empat bulan ini aku membayar cicilan Hp baru bermerk Apel digigit. Jadilah akhirnya membuatku semakin tak bisa mencicil hutang pada Om Malik. Sangat gengsi rasanya ketika hanya aku yang memakai Hp merk bertanya. "Kamu dapet uang darimana Dek bisa beli Hp itu? Jangan pernah ngutang ya! Mas gak suka, dan bakal kasih hukuman kamu kalau kamu sampai berhutang" ancam Mas Romi, tentu saja hal itu membuatku ciu
-Kebohongan Lastri terbongkar. Terlihat seorang laki-laki yang saat ini berlari dengan kencang, hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran. ***"Assalamualaikum Nak Azka," Seorang perempuan yang suaranya lembut tapi menandakan kecemasan sedang menghubunginya yang baru saja selesai rapat. "Wa'alaikumussalam, maaf dengan siapa ini," tanya Azka dengan sopan."Ini Bu Rama Nak Azka, Maaf Nak Azka Ibu mau ngabarin kalo Nak Ayra pingsan di rumah Ibu, sekarang sudah kami bawa ke Rumah sakit Kasih Bunda," jawab Bu Rama yang langsung mengatakan tujuannya menelepon. Sesaat Azka terdiam, dia syok. Bagaimana mungkin istrinya yang tadi pagi dia telepon masih baik-baik saja sekarang berada di rumah sakit. Azka dengan cepat segera kembali ke kotanya, dia bahkan tak sempat makan bersama rekan kerjanya. ***"Sayang bangun, Mas sudah disini, Mas sudah pulang" ucap Azka dengan sangat khawatir.Azka duduk di samping ranjang Ayra, terlihat Ayra sangat lemas belum sadarkan diri, wajahnya terlihat pucat. Tang
-Teror di rumah Ayra. Azka pulang dengan hati yang sangat sakit, kali ini tak ada penyesalan atas sikap kurang ajar yang ia lakukan pada Ibunya. Tamparan dari Ibu, pukulan dari Romi tak membuatnya merasakan sakit, dia hanya merasakan sakit pada hatinya. Sakit karena ia merasa menjadi suami yang tak mampu melindungi istrinya sedari dulu. Azka bergegas pulang, saat sampai dirumah Azka melihat Ayra sedang sibuk memasak di dapur. "Sayang, kenapa kerja sih? Ayra itu harus istirahat nggak boleh ngapa-ngapain dulu," ucap Azka cemas, ia mendekati istrinya yang saat ini sedang mengadon sebuah kue. "Ayra lagi pengen makan bolu Mas," jawab Ayra, sengaja ia tak menggubris perkataan suaminya dan masih saja sibuk. "Kan kita bisa beli sayang," ucap Azka tampak gemas dengan istrinya ini. "Tapi dedenya mau Ayra yang bikin." Ayra tersenyum jahil pada suaminya, Azka hanya menggeleng tanda mengalah pada istrinya itu. ***POV AYRA Hatiku sangat sakit mengingat bagaimana Ibu dengan lantangnya menga
-Ayra terancam. Setelah semalaman dikunci di dalam gudang, akhirnya Ajeng menyuruh Ayu membukakan pintu untuk Lastri. Tubuh Lastri penuh dengan luka lebam karena amukan Ajeng, Ajeng masih enggan menemuinya, ia masih dipenuhi amarah sekaligus rasa bersalah pada putri sulungnya itu. "BR*****K kamu Ayu,aku ini kakakmu tapi kamu berani melakukan ini padaku," ucap Lastri menyumpah pada Ayu, ia sangat marah mengingat apa yang dilakukan Ayu padanya kemarin. "Terus aku harus bilang WOOOW gitu ke kamu?" Ayu malah mengejek Lastri sebelum meninggalkannya, Lastri menatap marah ke arah punggung Adiknya itu, tubuhnya belum kuat berkelahi untuk saat ini. Lastri menuju kamarnya dengan tergopoh-gopoh karena sakit yang ia rasakan, ketika dia membuka pintu terlihat Romi sedang menelpon seseorang dengan sangat akrab, dia tertawa bahkan memanggilnya dengan sebutan sayang. Emosi Lastri tiba-tiba kembali meluap, bagaimana mungkin suaminya bisa berselingkuh disaat dia sedang disiksa dan dikurung dalam gu
-Kedatangan Om Malik. Aku memesan taksi untuk pulang, namun saat aku membuka layar Hp Ku begitu banyak Telepon dan pesan masuk, beberapa dari Mas Azka. Bahkan dia menelponku lebih dari dua puluh kali. Tak biasanya Mas Azka seperti ini, aku menggumam dalam hati. Setelah memesan taksi aku berniat menelpon balik Mas Azka tapi Hpku malah mati total, batraiku habis dan aku lupa menchargenya tadi. Kedatangan Mas Romi yang tiba-tiba membuat jantungku berdebar sangat kuat, aku benar-benar tak tau apa yang membuat mereka sekeluarga ingin melukaiku. Bukankah masalah bersumber dari Kak Lastri? lalu kenapa aku dan Mas Azka yang menjadi sasaran mereka, lalu jendela kaca yang pecah apakah semua itu juga ulah salah satu dari keluarga Mas Azka? Aku memikirkan banyak hal sampai tak sadar bahwa taksi yang ku tumpangi sudah sampai di depan rumahku, aku segera membayar dan turun dengan menenteng belanjaanku. Pandanganku teralihkan pada seorang lelaki tua yang saat ini berada di kursi teras rumah, aku
-Rafi datang. Lastri baru akan keluar mencari Romi yang tak pulang semalaman, namun jantungnya berhenti sesaat ketika melihat orang yang dicarinya sedang terbaring tak sadarkan di depan rumahnya. "MAS ROMI, KENAPA BEGINI? MAS BANGUN!" Lastri berteriak dengan kuat sambil menggoyangkan tubuh suaminya, namun Romi tak kunjung sadar. Ayu dan Ajeng yang sedang berada di kamar mereka masing-masing segera keluar menghampiri Lastri yang saat ini sedang menangis di depan tubuh Romi. "Ayo kita angkat dia ke dalam dulu," ucap Ajeng memberi perintah pada Ayu dan Lastri, mereka pun mulai mengangkat Romi bersama-sama."Ini pasti ulah Azka dan Ayra, aku yakin!" Lastri mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, namun Ajeng hanya tersenyum memperhatikan Lastri. Belum hilang syok mereka, pintu diketuk. Ayu yang membukakan pintu rumah terlihat sangat terkejut. "Selamat pagi, apa benar ini rumah Pak Romi?" Salah satu anggota Polisi bertanya pada Ayu yang menjawabnya dengan gelagapan. "Benar Pak, Rom
-Lastri kena batunya. "Dasar tak berguna bagaimana mungkin kamu kalah dari anak pungut itu." Tampak seorang laki-laki sedang dipukul oleh seorang wanita separuh baya namun terlihat masih sangat sehat dan kuat. Budi namanya adalah Budi, seorang laki-laki yang telah lama jatuh cinta pada Ajeng. Dia bahkan siap melakukan apa saja asal bisa memiliki Ajeng, termasuk saat Ajeng memintanya menyeret Ayra untuk meminta maaf pada wanita yang dicintainya itu. "Maafkan aku Jeng, aku sudah berusaha namun mereka berdua memergokiku, aku kalah jumlah," ucap Budi merasa bersalah pada wanitanya, namun Ajeng tak sama sekali iba. "Pergi kamu dari sini, kamu membuatku jengah," ucap Ajeng, ia mengusir Budi, namun Budi menarik Ajeng kedalam pelukannya. "Aku sudah dipukuli seperti ini, bagaimana mungkin kamu mengabaikanku." Budi mulai menciumi Ajeng dengan penuh nafsu. "Lepaskan aku BR*****K." Ajeng mendorong Budi kuat, membuatnya terlepas dari cengkeraman lelaki tua yang sedang mabuk cinta itu. "Oke,