Share

Bab 26. Senyum Amira

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 19:16:24

“Duh ….”

Amira mengeluh pelan, menekan kepalanya yang terasa berat. Dengan pandangan yang masih kabur, Amira berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang menusuk.

“Gue di mana?”

Amira menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih cerah. Dari satu petunjuk itu saja, Amira yakin kalau dia tidak ada di kamarnya.

Kamar Amira itu memiliki lampu redup. Dia sengaja membeli yang paling murah dengan watt paling kecil. Bahkan cahaya terang menjadi barang mahal untuknya.

“Rumah sakit?”

Amira memandang sekeliling. Ranjang putih, gorden yang berkibar, dan selang infus yang melilit di tangan kanan Amira, semua petunjuk itu jelas menunjukkan kalau dugaannya benar.

“Kok bisa? Siapa yang bawa gue ke sini?”

Otak Amira bekerja. Dia memaksa untuk mengingat meski kepalanya masih berdenyut nyeri. Perlahan, memori tentang pintu yang dibuka, juga bayangan Raga, masuk dalam benaknya.

“Pasti dia.”

Pasti Raga yang membawa Amira ke rumah sakit. Raga adalah orang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 27. Butuh Uang

    Amira menatap wanita berseragam putih yang ada di depannya. Pagi ini, dia memberanikan diri untuk bertanya di bagian administrasi rumah sakit yang terletak di lantai satu. “Kira-kira, berapa biaya yang harus saya bayarkan?” Jantung Amira berdegup kencang. Tak hanya cemas, dia juga penasaran. Sebelumnya, Amira sudah menyebutkan nomor kamar yang dia tempati. Sekarang, Amira sedang menunggu wanita tersebut menjawab. “Kamar ruangan VIP, ya ….” Seketika, hati Amira mencelos. Dugaan Amira benar. Kamar yang dia tempati memang istimewa. Ruang rawat Amira lebih mirip seperti kamar hotel daripada rumah sakit. Ada ranjang yang nyaman, juga televisi besar. Amira menyalakan televisi itu semalaman agar kamarnya tidak terasa sepi. Biasanya Amira tidak takut sendirian, tapi suasana rumah sakit membuat dia tidak nyaman. “Duh, gue nonton acara premium langganan lagi semalem,” gerutu Amira pelan. “Itu bayar enggak ya?” Sekarang, Amira mulai menyesali keputusannya. Harusnya semalam dia matikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 28. Beban Amira

    Raga terduduk di samping kasur Amira. Dia tertegun. Tangannya masih memegang buku catatan Amira bingung. Penasaran, Raga membalik halaman lain. Dia membaca isi catatan itu dengan seksama. “Ini catatan keuangan?” Dengan melihat tabel berisi jumlah uang yang dikeluarkan, beserta tanggal dan jenis keperluan, Raga bisa menebaknya dengan benar. “Bayar kontrakan, beli token listrik, makan di kantin.” Raga menoleh ke arah Alex, penasaran dengan apa yang baru saja dibacanya. “Memangnya sebuah rumah bisa disewa dengan biaya semurah ini? Lima ratus ribu? Untuk sebulan? Bukannya untuk sehari?” Alex menghela napas. Menjelaskan nilai uang kepada seseorang yang tidak pernah mengalami kesulitan finansial seperti Raga adalah tantangan besar. “Tuan Raga, sebenarnya harga itu cukup masuk akal. Meski di kota, rumah ini sangat terpencil. Tempatnya jauh dari jalan utama dan fasilitasnya hampir tidak ada.” Alex menunjuk ke arah pintu kecil yang ada di sudut ruangan. “Saya rasa satu-satunya fasil

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 29. Menemani Amira

    Amira terdiam di atas ranjang di kamar inapnya. Matanya tertuju pada jarum jam dinding yang bergerak perlahan. “Ini udah jam pulang sekolah!” Amira mengomel kesal. “Kenapa itu orang enggak dateng-dateng juga?” Amira sedang membicarakan Raga. Harusnya, Raga sudah datang sejak tadi. Jangan bilang kalau Raga melupakan dia! “Awas aja kalo Raga enggak dateng! Gue penyet dia nanti di sekolah!” Amira melanjutkan omelannya. “Mana dia masukin gue ke rumah sakit yang mahal begini! Gue bayarnya pake apa coba?” Amira memekik frustasi. Kepalanya jadi sakit kalau memikirkan masalah uang. “Ya kali gue berobat bayarnya pake ginjal? Sama aja bego, dong!” Saat Amira sibuk memaki, pintu kamarnya terbuka. Raga berdiri di sana, bersama dengan Alex di belakangnya. “Lama banget!” Gerutu Amira sambil berteriak. Amira merengut menatap Raga. Namun, saat Raga mengangkat handphone milik Amira tinggi-tinggi, gadis itu berhenti mengomel. “Gue ngambil handphone lo! Biar lo enggak bosen!” Amira langsun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 30. Tawaran yang Menggoda

    Di atas ranjang rumah sakit, di dalam kamar inap Amira yang nyaman, Raga menawarkan pekerjaan. “Maksud lo apa? Gue enggak ngerti,” tanya Amira, kebingungan. Dahi Amira berkerut, kedua alisnya menyatu, menunjukkan kecurigaan yang jelas. “Lo lagi butuh duit, kan?” Amira mendelik tajam, kesal. Raga benar-benar pintar membuatnya merasa insecure. “Kerja sama gue. Gue punya banyak duit.” Raga melanjutkan. Tatapannya tertuju lurus, menunjukkan bahwa dia serius. Amira menghela kasar. Tentu dia tahu kalau Raga itu kaya. Raga hidup dalam kemewahan. Namun, tawaran ini terasa tidak benar. “Kenapa gue?” Tanya Amira langsung. “Kenapa sekarang?” Amira yakin jika Raga memiliki tujuan. Meski dia belum tahu ke mana arahnya. “Karena elo punya ‘itu’.” Raga sengaja mendekat. Dia berbisik tepat di telinga Amira. “Elo bisa tau apa yang akan terjadi. Itu bisa ngebantu gue menjauh dari bahaya.” Raga melirik ke samping. Sudut matanya menangkap Alex yang mendekat ke arah mereka. Tak mau samp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 31. Kelas Tanpa Amira

    Kelas XI-A tampak sepi. Siswa-siswi yang ada di dalam kelas menulis dengan tenang, sampai akhirnya bel pulang berbunyi. “Pelajaran hari ini cukup sampai di sini.” Raga bersorak senang di kursinya. Dia memang sudah menunggu jam pelajaran berakhir sejak tadi. Wakil ketua kelas pun memimpin salam, dan kelas resmi dibubarkan. “Raga! Tunggu sebentar!” Raga mendengar seseorang memanggilnya lagi. Ini sudah perempuan kelima hari ini, dan kesepuluh jika dihitung dari hari kemarin. Para siswi Laveire terus mengganggunya, dan semakin parah sejak Amira tidak masuk. Beberapa siswi bahkan berani menghampirinya langsung seperti yang satu ini. “Minta nomor elo, dong! Mau gue masukin elo ke grup kelas.” Raga menoleh dari tempatnya duduk. Padahal dia tinggal memasukkan buku terakhir, dan selesai. Namun, siswi di depannya ini mengganggunya. Barusan, apa yang gadis itu bilang? Grup kelas? Cewek ini memangnya siswa kelas XI-A? Kok Raga tidak ingat? “Tinggal elo yang belum masuk grup,” sambung s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 32. Terselip Perhatian

    Raga membuka pintu ruang rawat Amira tanpa mengetuk. Dia sungguh terkejut karena tidak mendapati siapapun di sana. “Amira!” Raga berteriak panik. Matanya mencari-cari. Namun, Amira tidak terlihat dimanapun. Alex mengikuti langkah Raga yang berlari ke luar ruangan. Di lorong rumah sakit, Alex mendapati Raga yang bertanya pada salah satu perawat yang bertugas. “Pasien bernama Amira belum keluar rumah sakit, jadi–” “Trus dia ada di mana?” Raga membentak marah. Dia menghela tidak sabaran, cemas dan khawatir jika Amira sampai hilang. Alex segera bergerak menenangkan Raga, menariknya mundur. Dia kemudian berbicara dengan tenang dan jelas, mewakili tuan mudanya. “Kira-kira, pasien pergi ke mana? Apa ada perawat yang melihatnya?” Alex mencoba mencari informasi. Saat ini, Alex sungguh berharap akan mendapatkan jawaban yang baik. Tuan muda di belakangnya ini, tampak akan meledak jika tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan. Sudut mata Raga mengawasi gerakan perawat yang sedang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 33. Kesabaran Seorang Raga

    Kedatangan Raga yang mengganggu ketenangannya, membuat Amira kesal. Amira bangkit dari kursi taman dan melangkah masuk ke dalam rumah sakit, meninggalkan Raga begitu saja. “Heh! Amira! Lo mau ke mana lagi?” Tegur Raga kesal. Namun, Amira tidak menjawab. Dia membiarkan Raga mengikuti sampai mereka naik lift, terus berjalan kembali ke kamar rawat Amira. Di belakang keduanya, Alex dan si perawat senior masih mengikuti. “Ke kamar, lah,” jawab Amira setelah mereka sampai. Raga berdecak kesal. “Gue juga tau!” Amira pun membalas tak mau kalah. “Kalo udah tau kenapa nanya?” Raga mengacak rambutnya kasar. Di sekolah, ada lusinan perempuan yang mendekatinya, yang minta diperhatikan. Namun, seorang Amira yang dia beri perhatian, malah bertingkah menjengkelkan. “Lo ngajak ribut?” Balas Raga dengan nada tinggi. Jangan ajarkan dirinya untuk bersabar. “Enggak!” Ketus Amira. Amira berjalan ke sofa dan duduk di sana, sementara Raga masih betah berdiri karena kesalnya belum padam. “Gue cu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 34. Kamarnya Kenapa?

    Amira duduk di ranjang ruang rawatnya dengan wajah sumringah. Dia merasa lega saat perawat melepas jarum infus yang menempel di lengannya. Setelah meyakinkan dokter, akhirnya Amira bisa pulang. Kebetulan sekali, kondisi fisik Amira sudah memungkinkan. Beruntungnya lagi, Raga sudah membayar semua tagihannya. “Ini obatnya, harus diminum sesuai jadwal. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit besok lusa,” Ujar dokter, mengingatkan. Amira mengangguk. Dia mengucapkan terima kasih dan berpamitan. Kaki Amira melangkah senang menuruni lift, terus menuju ke pintu keluar. Begitu keluar dari rumah sakit, Amira melihat deretan taksi. Namun, dia tidak memilih satupun dari taksi itu. Sebagai gantinya, Amira melanjutkan langkah menuju halte bus, mencari ojek yang mangkal di sana. “Pak, antar!” Amira menepuk satu pengemudi ojeg yang tampak berumur. Dia lebih memilih pria yang jauh lebih tua. Amira menyebutkan alamat, lalu motor pun mulai berjalan mengantarnya. Di atas kendaraan roda dua yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 166. Hubungan Dua Cowok

    Di mobil, Raga duduk di samping Amira seperti biasa. Leon fokus menyetir karena memang mereka sudah terlambat dari jadwal seharusnya. “Oh, iya.” Raga mengulurkan tangan mengambil tas Amira yang sebelumnya dia simpan di kursi mobil. “Ini tas lo.” Amira tersenyum senang. Dia bersyukur tasnya bisa kembali. “Makasih udah dicariin.” Tangan Amira langsung membuka tas, memeriksa isi di dalamnya. Amira menghela lega saat melihat dompet miliknya aman di sana. Semua barang-barangnya yang lain juga ada. “Eh?” Tangan Amira mendapati satu benda asing di dalam tasnya. “Power bank? Punya siapa?” Dahi Amira berkerut. Tatapannya langsung tertuju pada Raga. “Ya dari gue, lah.” Raga memberikan senyum lebar. Raga pun ikut meraih tas yang dia bawa. Tangannya mengeluarkan satu power bank yang sama persis seperti milik Amira. “Gue beli couple,” ucap Raga bangga. Raga mendekatkan power bank miliknya dengan milik Amira. Sama persis. Hanya saja milik Amira berwarna putih, sedangkan punya Raga

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 165. Investigasi Dadakan

    Teriakan Raga membuat Leon mengetuk pintu rumah Amira dari luar. Raga menggerutu. Harusnya dia tidak berteriak sekeras itu. "Tuan Raga? Apa terjadi sesuatu?" Amira dan Raga saling memandang. Mereka sekarang bingung karena mendapatkan ketukan dari luar. Sepertinya, Leon curiga dengan teriakan Raga. “Tuan? Apa Tuan Raga baik-baik saja?” Leon berteriak lagi dari luar. Dia tampak tidak sabar. “Tuan! Saya buka pintunya sekarang!” Merasa tak ada waktu yang tersisa, Raga langsung membuka pintu. Dia terpaksa harus melakukannya, jika tak ingin pintu rumah Amira dijebol paksa oleh Leon. “Gue enggak apa-apa,” jawab Raga singkat. Raga memalingkan wajahnya cepat. Tak ada yang bisa Raga lakukan selain menghindar dari tatapan Leon. Dia tak mau membuat Leon curiga dengan ekspresi wajah yang belum bisa dia kendalikan saat ini. “Sorry.” Amira berinisiatif untuk mengalihkan perhatian. “Gue enggak sengaja nginjek kaki Raga,” ucap Amira pada Leon. Amira menambahkan sedikit bumbu agar Leon

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 164. Seorang 'W'

    Semalam, Amira terlalu sibuk meladeni mulut manis Raga sampai dia tertidur. Amira benar-benar mengalami apa yang disebut sleep call untuk pertama kalinya. “Yah, baterainya habis,” ucap Amira sambil menatap handphone miliknya yang mati total saat dia terbangun di pagi hari. Entah sampai kapan handphone itu menyala. Amira tidak bisa mengingatnya. Apakah Raga yang memutuskan panggilan mereka atau handphone Amira yang terlanjur tewas. “Cas dulu.” Amira beranjak dari tempat tidur. Dia menghubungkan ponsel pintarnya dengan pengisi daya. Saat itu, tangannya tak sengaja menyenggol handphone yang lain. “Ah, gue lupa. Semalam enggak balas pesan yang di sini.” Amira mengecek ponsel lipat itu. Layarnya menyala menampilkan pesan di kotak masuk. [Nama keluarga gue Wijaya. W itu bukannya kakek gue? Nama kakek gue Heri Wijaya.] [Bisa aja Leon lagi ngabarin ke kakek.] Amira mendengus. Tentu saja dia sudah memikirkan kemungkinan itu. Masalahnya adalah, isi pesan itu tidak seperti

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 163. Sleep Call

    Meski hari sudah larut, rasa kantuk Amira hilang seketika. Sekarang dia sibuk berbalas pesan dengan Raga, sambil menelepon. “Udah ngantuk banget?” Tanya Raga dari seberang. Amira menggeleng. “Enggak. Udah enggak ngantuk lagi.” Amira mengucapkan jawaban jujur, tapi Raga malah terkekeh. “Udah enggak ngantuk … berarti sebelumnya ngantuk, dong.” Amira tidak mau mengakui. Dia diam saja. Tangannya masih sibuk mengetik balasan di handphone kecilnya. Mereka memang sedang melakukan pembicaraan dua jalur. Satu jalur panggilan lewat smartphone, sementara satu jalur yang lain lewat pesan singkat di handphone lipat baru milik Amira. [Udah cari tau tentang asisten baru lo?] Amira menunggu sebentar sebelum ada balasan lain yang masuk dalam handphone lipat kecil miliknya. [Udah. Enggak ada yang aneh. Leon udah kerja lama sama kakek. Emang lo liat apa?] Amira memang belum mengatakan apa yang dia lihat. Kecurigaan Amira membuat dia tidak mau bicara terlalu banyak di depan Leon. [Asiste

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 162. Pesan Cinta

    Amira menatap handphone kecil di tangan miliknya. Itu handphone yang diberikan oleh Raga diam-diam saat di mobil tadi. “Kenapa coba dia kasih ini?” Amira menyempatkan diri untuk melihat ke kanan kiri. Dia bahkan mengunci pintu rumahnya sebelum memeriksa handphone itu. “Nyalain dulu aja,” ucap Amira sambil berusaha menahan rasa penasarannya. Ponsel lipat yang memang berukuran lebih kecil dari tangan Amira, kini terbuka. Amira memperhatikan layarnya yang berpendar. “Ini handphone baru?”Amira hendak mencari tahu lebih banyak saat pintu rumahnya diketuk. “Pesanan atas nama Amira!”Amira pun membuka pintu. Dia mendapatkan sebuah paper bag besar dari sang kurir. “Makasih,” ucap Amira seraya menutup pintu kembali. Paper bag itu masih di tangan Amira ketika handphone miliknya berbunyi nyaring. Tangan Amira meraih handphone tersebut. Dia mendapati nama Raga tertera di layar. “Udah sampai makanannya?” Tanya Raga di nada sambung pertama.“Udah, kenapa?” Sambil menjawab, Amira membawa p

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 161. Hadiah

    Amira melepaskan pelukan Raga. Di dalam mobil, dia bergeser sedikit. Amira mencoba memasukkan handphone yang baru saja Raga berikan ke dalam saku celananya. “Gue maafin, tapi jangan kirim hadiah lagi.”Amira bersikap seolah tak ada yang terjadi. Dia harus mengatakan sesuatu untuk menutupi apa yang baru saja mereka lakukan. Pembahasan tentang hadiah adalah satu-satunya hal yang terlintas dalam otak Amira. “Pemborosan. Makanan yang lo kirim semalam juga enggak habis,” sambung Amira kemudian. Makanan yang Raga kirim memang sangat banyak, melebihi porsi Amira. Amira sampai menyimpannya di kulkas, lalu menghangatkannya lagi sebagian untuk sarapan pagi ini. “Harusnya lo habisin,” sahut Raga. “Nanti malam juga gue kirimin lagi.”Amira mendelik. Dia merasa pacarnya ini bebal. Padahal baru saja Amira menolak, tapi Raga malah abai. “Jangan nolak,” ucap Raga, mengingatkan. “Gue kan udah bilang mau tanggung jawab.”Raga memberikan senyum miring, dan Amira tidak suka itu. Dia merasa Raga mere

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 160. Kelanjutan Strategi

    Amira baru selesai mengganti baju saat seseorang mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Sedikit curiga, Amira tidak langsung membuka pintu. Apalagi hari sudah malam dan semua teman-temannya sudah pulang. Amira sendirian.“Siapa?” Tanya Amira tanpa membuka pintu. “Kurir pengantaran pesanan atas nama Amira,” sahut suara dari seberang.Amira mendelik. Dia menggeleng curiga. “Gue enggak pesen apa-apa!” Balas Amira, berteriak. Amira hendak menjauh dari pintu, sebelum ketukan kembali terdengar.“Nama pengirimnya Raga!”Seruan itu membuat Amira berhenti. Dia gegas mengambil handphone miliknya sendiri. Amira berniat memastikan. Dia langsung menghubungi nomor Raga. “Iya, itu dari gue,” sahut Raga dari seberang.Belum juga Amira mengucapkan apa pun, Raga sudah tahu apa yang hendak Amira tanyakan. Amira memasang senyum sekilas. Dia meledek Raga. “Mau nyogok ceritanya?” Pasti karena Amira bilang kalau dia kesal pada Raga. Pacarnya itu sedang bersikap manis padanya. “Iya, dong. Isinya makan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 159. Kolaborasi Pasangan Kekasih

    Evan mendelik pada Amira. Dia yang harusnya bertanya kenapa. Amira malah melamun tak bergerak. Dipanggil pun tidak menoleh. “Lo yang kenapa. Kenapa diem?”Raga yang sebelumnya masih mengucek mata, mengumpulkan nyawa, seketika terduduk. “Kenapa?” Raga bertanya dengan suara yang masih serak. Cowok itu bersandar pada dinding di sebelah Leon. “Enggak apa-apa.” Amira menjawab singkat. “Cuma mau nyuruh lo pulang. Bentar lagi malem.”Amira menepuk lengan Raga lagi, meminta pacarnya itu cepat bangun. “Iya,” ucap Raga sambil menutup mulutnya yang masih menguap. Saat Raga hendak berdiri, Leon mendahului. Mana mungkin dia membiarkan tuan mudanya lebih sigap daripada dirinya sendiri. “Gue numpang ke kamar mandi dulu, boleh enggak?” Tanya Raga. Dia menunjuk pintu imut yang menuju ke kamar mandi Amira. Raga perlu mencuci wajahnya. Dia tidak mau terlihat mengerikan lebih lama di depan Amira. Setidaknya dia mau memastikan wajahnya layak diperlihatkan di depan sang pacar. “Ya udah sana!” Ami

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 158. Kembali Melihat Bayangan

    Amira memandang Evan dan Michelle bergantian. Dia sudah ikut duduk bersama keduanya di teras warung.“Udah istirahatnya belum?” Tanya Amira. “Jalan lagi, yuk. Bentar lagi sampe.”Rumah Amira memang tidak jauh lagi, dan Amira merasa jika lebih baik mereka istirahat di rumahnya saja. “Sebentar lagi?” Wajah Michelle berubah cerah. Dia gegas berdiri menyusul Amira yang sudah bangkit. “Ayo cepet ke rumah lo. Di luar panas!”Amira terkekeh mendengar keluhan Michelle. Dia menggeleng kasihan pada sang teman.“Tapi di rumah gue juga enggak ada AC loh, tetep panas.”Michelle cemberut, tapi menggeleng kemudian. Dia tetap menggandeng tangan Amira, mengajak temannya itu lanjut berjalan. “Enggak apa-apa. Yang penting kepala gue enggak kebakar.”Mereka pun terus berjalan sampai ke rumah kecil yang ada di pojok. Amira meminta kedua temannya menunggu. Dia berniat meminjam kunci cadangan ke pemilik kontrakan sebentar.“Nah, ayo masuk,” ucap Amira sambil membuka pintu. Amira mendahului kedua temannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status