Share

Bab 27. Butuh Uang

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2024-11-24 19:16:30

Amira menatap wanita berseragam putih yang ada di depannya. Pagi ini, dia memberanikan diri untuk bertanya di bagian administrasi rumah sakit yang terletak di lantai satu.

“Kira-kira, berapa biaya yang harus saya bayarkan?”

Jantung Amira berdegup kencang. Tak hanya cemas, dia juga penasaran. Sebelumnya, Amira sudah menyebutkan nomor kamar yang dia tempati. Sekarang, Amira sedang menunggu wanita tersebut menjawab.

“Kamar ruangan VIP, ya ….”

Seketika, hati Amira mencelos. Dugaan Amira benar. Kamar yang dia tempati memang istimewa. Ruang rawat Amira lebih mirip seperti kamar hotel daripada rumah sakit.

Ada ranjang yang nyaman, juga televisi besar. Amira menyalakan televisi itu semalaman agar kamarnya tidak terasa sepi. Biasanya Amira tidak takut sendirian, tapi suasana rumah sakit membuat dia tidak nyaman.

“Duh, gue nonton acara premium langganan lagi semalem,” gerutu Amira pelan. “Itu bayar enggak ya?”

Sekarang, Amira mulai menyesali keputusannya. Harusnya semalam dia matikan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 28. Beban Amira

    Raga terduduk di samping kasur Amira. Dia tertegun. Tangannya masih memegang buku catatan Amira bingung. Penasaran, Raga membalik halaman lain. Dia membaca isi catatan itu dengan seksama. “Ini catatan keuangan?” Dengan melihat tabel berisi jumlah uang yang dikeluarkan, beserta tanggal dan jenis keperluan, Raga bisa menebaknya dengan benar. “Bayar kontrakan, beli token listrik, makan di kantin.” Raga menoleh ke arah Alex, penasaran dengan apa yang baru saja dibacanya. “Memangnya sebuah rumah bisa disewa dengan biaya semurah ini? Lima ratus ribu? Untuk sebulan? Bukannya untuk sehari?” Alex menghela napas. Menjelaskan nilai uang kepada seseorang yang tidak pernah mengalami kesulitan finansial seperti Raga adalah tantangan besar. “Tuan Raga, sebenarnya harga itu cukup masuk akal. Meski di kota, rumah ini sangat terpencil. Tempatnya jauh dari jalan utama dan fasilitasnya hampir tidak ada.” Alex menunjuk ke arah pintu kecil yang ada di sudut ruangan. “Saya rasa satu-satunya fasil

    Last Updated : 2024-11-25
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 29. Menemani Amira

    Amira terdiam di atas ranjang di kamar inapnya. Matanya tertuju pada jarum jam dinding yang bergerak perlahan. “Ini udah jam pulang sekolah!” Amira mengomel kesal. “Kenapa itu orang enggak dateng-dateng juga?” Amira sedang membicarakan Raga. Harusnya, Raga sudah datang sejak tadi. Jangan bilang kalau Raga melupakan dia! “Awas aja kalo Raga enggak dateng! Gue penyet dia nanti di sekolah!” Amira melanjutkan omelannya. “Mana dia masukin gue ke rumah sakit yang mahal begini! Gue bayarnya pake apa coba?” Amira memekik frustasi. Kepalanya jadi sakit kalau memikirkan masalah uang. “Ya kali gue berobat bayarnya pake ginjal? Sama aja bego, dong!” Saat Amira sibuk memaki, pintu kamarnya terbuka. Raga berdiri di sana, bersama dengan Alex di belakangnya. “Lama banget!” Gerutu Amira sambil berteriak. Amira merengut menatap Raga. Namun, saat Raga mengangkat handphone milik Amira tinggi-tinggi, gadis itu berhenti mengomel. “Gue ngambil handphone lo! Biar lo enggak bosen!” Amira langsun

    Last Updated : 2024-11-25
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 30. Tawaran yang Menggoda

    Di atas ranjang rumah sakit, di dalam kamar inap Amira yang nyaman, Raga menawarkan pekerjaan. “Maksud lo apa? Gue enggak ngerti,” tanya Amira, kebingungan. Dahi Amira berkerut, kedua alisnya menyatu, menunjukkan kecurigaan yang jelas. “Lo lagi butuh duit, kan?” Amira mendelik tajam, kesal. Raga benar-benar pintar membuatnya merasa insecure. “Kerja sama gue. Gue punya banyak duit.” Raga melanjutkan. Tatapannya tertuju lurus, menunjukkan bahwa dia serius. Amira menghela kasar. Tentu dia tahu kalau Raga itu kaya. Raga hidup dalam kemewahan. Namun, tawaran ini terasa tidak benar. “Kenapa gue?” Tanya Amira langsung. “Kenapa sekarang?” Amira yakin jika Raga memiliki tujuan. Meski dia belum tahu ke mana arahnya. “Karena elo punya ‘itu’.” Raga sengaja mendekat. Dia berbisik tepat di telinga Amira. “Elo bisa tau apa yang akan terjadi. Itu bisa ngebantu gue menjauh dari bahaya.” Raga melirik ke samping. Sudut matanya menangkap Alex yang mendekat ke arah mereka. Tak mau samp

    Last Updated : 2024-11-26
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 31. Kelas Tanpa Amira

    Kelas XI-A tampak sepi. Siswa-siswi yang ada di dalam kelas menulis dengan tenang, sampai akhirnya bel pulang berbunyi. “Pelajaran hari ini cukup sampai di sini.” Raga bersorak senang di kursinya. Dia memang sudah menunggu jam pelajaran berakhir sejak tadi. Wakil ketua kelas pun memimpin salam, dan kelas resmi dibubarkan. “Raga! Tunggu sebentar!” Raga mendengar seseorang memanggilnya lagi. Ini sudah perempuan kelima hari ini, dan kesepuluh jika dihitung dari hari kemarin. Para siswi Laveire terus mengganggunya, dan semakin parah sejak Amira tidak masuk. Beberapa siswi bahkan berani menghampirinya langsung seperti yang satu ini. “Minta nomor elo, dong! Mau gue masukin elo ke grup kelas.” Raga menoleh dari tempatnya duduk. Padahal dia tinggal memasukkan buku terakhir, dan selesai. Namun, siswi di depannya ini mengganggunya. Barusan, apa yang gadis itu bilang? Grup kelas? Cewek ini memangnya siswa kelas XI-A? Kok Raga tidak ingat? “Tinggal elo yang belum masuk grup,” sambung s

    Last Updated : 2024-11-26
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 32. Terselip Perhatian

    Raga membuka pintu ruang rawat Amira tanpa mengetuk. Dia sungguh terkejut karena tidak mendapati siapapun di sana. “Amira!” Raga berteriak panik. Matanya mencari-cari. Namun, Amira tidak terlihat dimanapun. Alex mengikuti langkah Raga yang berlari ke luar ruangan. Di lorong rumah sakit, Alex mendapati Raga yang bertanya pada salah satu perawat yang bertugas. “Pasien bernama Amira belum keluar rumah sakit, jadi–” “Trus dia ada di mana?” Raga membentak marah. Dia menghela tidak sabaran, cemas dan khawatir jika Amira sampai hilang. Alex segera bergerak menenangkan Raga, menariknya mundur. Dia kemudian berbicara dengan tenang dan jelas, mewakili tuan mudanya. “Kira-kira, pasien pergi ke mana? Apa ada perawat yang melihatnya?” Alex mencoba mencari informasi. Saat ini, Alex sungguh berharap akan mendapatkan jawaban yang baik. Tuan muda di belakangnya ini, tampak akan meledak jika tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan. Sudut mata Raga mengawasi gerakan perawat yang sedang be

    Last Updated : 2024-11-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 33. Kesabaran Seorang Raga

    Kedatangan Raga yang mengganggu ketenangannya, membuat Amira kesal. Amira bangkit dari kursi taman dan melangkah masuk ke dalam rumah sakit, meninggalkan Raga begitu saja. “Heh! Amira! Lo mau ke mana lagi?” Tegur Raga kesal. Namun, Amira tidak menjawab. Dia membiarkan Raga mengikuti sampai mereka naik lift, terus berjalan kembali ke kamar rawat Amira. Di belakang keduanya, Alex dan si perawat senior masih mengikuti. “Ke kamar, lah,” jawab Amira setelah mereka sampai. Raga berdecak kesal. “Gue juga tau!” Amira pun membalas tak mau kalah. “Kalo udah tau kenapa nanya?” Raga mengacak rambutnya kasar. Di sekolah, ada lusinan perempuan yang mendekatinya, yang minta diperhatikan. Namun, seorang Amira yang dia beri perhatian, malah bertingkah menjengkelkan. “Lo ngajak ribut?” Balas Raga dengan nada tinggi. Jangan ajarkan dirinya untuk bersabar. “Enggak!” Ketus Amira. Amira berjalan ke sofa dan duduk di sana, sementara Raga masih betah berdiri karena kesalnya belum padam. “Gue cu

    Last Updated : 2024-11-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 34. Kamarnya Kenapa?

    Amira duduk di ranjang ruang rawatnya dengan wajah sumringah. Dia merasa lega saat perawat melepas jarum infus yang menempel di lengannya. Setelah meyakinkan dokter, akhirnya Amira bisa pulang. Kebetulan sekali, kondisi fisik Amira sudah memungkinkan. Beruntungnya lagi, Raga sudah membayar semua tagihannya. “Ini obatnya, harus diminum sesuai jadwal. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit besok lusa,” Ujar dokter, mengingatkan. Amira mengangguk. Dia mengucapkan terima kasih dan berpamitan. Kaki Amira melangkah senang menuruni lift, terus menuju ke pintu keluar. Begitu keluar dari rumah sakit, Amira melihat deretan taksi. Namun, dia tidak memilih satupun dari taksi itu. Sebagai gantinya, Amira melanjutkan langkah menuju halte bus, mencari ojek yang mangkal di sana. “Pak, antar!” Amira menepuk satu pengemudi ojeg yang tampak berumur. Dia lebih memilih pria yang jauh lebih tua. Amira menyebutkan alamat, lalu motor pun mulai berjalan mengantarnya. Di atas kendaraan roda dua yang mel

    Last Updated : 2024-11-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 35. Masalah Baru

    Amira termenung di dalam kamar kontrakannya sendiri. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ini adalah kamarnya, tapi ada barang-barang asing yang bukan miliknya. Dengan hati-hati, Amira mendekat. Tangannya meraba kulkas satu pintu yang berwarna biru gelap di depannya. Amira menyentuh kulkas itu ragu. Namun, rasa penasaran berhasil menguasai Amira. Tangannya bergerak membuka kulkas yang tidak dia kenali itu. “Ada isinya!” Sekarang Amira sibuk mengeluarkan isi kulkas itu satu-persatu. Ternyata, kulkas itu penuh dengan makanan. “Gue enggak pernah beli ini! Ini siapa yang beli? Ini punya siapa? Bukan punya gue!” Amira pun berbalik. Sekarang dia menatap sebuah meja asing yang lengkap dengan kompor di atasnya. “Ini juga bukan punya gue, tolong.” Namun, lagi-lagi karena penasaran, tangan Amira memutar knop kompor. Pendar api berwarna biru yang menyala membuat dia terperangah. “Kompornya nyala lagi!” Amira menunjuk menuduh. “Ini pasti kompor baru.” Setel

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 191. Tiba-tiba Kampanye

    "Akhirnya kalian datang juga!” Michelle berseru sambil melambai pada Amira dan Raga yang baru masuk ke dalam kelas. “Ada apa?” Amira mendapati suasana kelas yang tampak berbeda. Beberapa siswa sibuk mengobrol. Amira mendengar sebagian topiknya, pemilihan.“Kita diminta buat kampanye.” Ucapan Evan membuat Amira memandang cowok itu bingung. Amira sampai harus terdiam sebentar untuk mencernanya. Evan tadi bilang apa?"Kampanye?" Amira mengerutkan kening. Rasanya Amira dan Raga baru pergi sebentar. Dalam waktu sesingkat itu, mereka tiba-tiba saja diminta untuk kampanye. “Kampanye apa?” Amira masih tidak mengerti. Pemilihan apa yang akan dilakukan oleh Laveire? Ding!Nada untuk pengumuman terdengar lewat speaker di dalam kelas. Suara Reynald bergema setelahnya. “Kepada siswa kelas XI bernama Evan, Amira, Raga, dan Michelle, segera datang ke ruang kepala sekolah. Sekarang.”Raga yang pertama berdecak keras. Padahal baru hari pertama, tapi Laveire sudah merepotkan begini. “Yuk!” Evan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 190. Tidak Ada yang Bisa Sendirian

    Setelah acara makan mereka selesai, Amira membereskan sisa makanan. Michelle dan Febby pun ikut membantu. Belum juga meja di depan mereka bersih, Raga sudah menarik tangan Amira. “Ikut gue,” ujar Raga, dengan nada memerintah. Evan berdiri, hendak menyela. Namun, Amira mencegahnya. Raga berdiri tepat di depan Evan. “Jangan ganggu.” Dia memberikan peringatan. “Gue pingin pacaran.”Amira bisa mendengar decak kesal dari Evan. Meski begitu, Evan tidak mengejar sama sekali. “Kita cari tempat yang lebih tenang,” sambung Raga. “Biar bisa ngomong, tanpa gangguan.”Amira mengangguk pelan, meskipun matanya tampak ragu. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah yang sepi, langkah kaki keduanya bergema di sepanjang jalan. Beberapa siswa lain sudah kembali ke kelas, membuat lorong menjadi lebih lengang.Raga berhenti di sebuah lorong yang jarang dilalui, jauh dari ruang kelas dan sudut sekolah yang biasanya ramai. “Di sini aja.” Raga memilih sudut lorong. “Gak bakal ada yang lewat.”Amir

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 189. Teman Sejati

    “Kak Dina enggak begitu!” Dika akhirnya membuka suara. Dia tidak bisa terus melihat kakaknya disudutkan. Dika melihat sendiri bagaimana Dina berusaha. Dina secara teratur membersihkan makam keluarga Amira. Dia tidak pernah absen. Bahkan, untuk bisa sekolah di Laveire, Dina sampai membantah kedua orang tua mereka. Dina bersikeras ingin pergi meski ayah dan ibu mereka tak mengizinkan. Bahkan, Dina sampai nekat untuk masuk ke Laveire meski hanya berbekal beasiswa. “Kalian enggak tau apa yang Kak Dina lakukan biar bisa ketemu sama Kak Amira!”Evan mendelik. Dia melipat kedua tangannya sambil memicing tak percaya. “Coba bilang, apa aja yang udah dia lakuin.”Evan, Michelle, dan Febby sudah siap menyimak. Mereka mengharapkan jawaban yang memuaskan. Namun, belum juga Dika menjawab, Dina sudah menghentikannya. “Aku akan buktikan.” Dina tak ingin kedatangannya sia-sia. Dia sudah sejauh ini. “Coba aja,” jawab Evan, menantang. “Buktiin kalau lo bisa lebih baik dari kita sebagai teman Amira!

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 188. Arti Sebuah Maaf

    “Lo … mau apa?” Hidup Amira sudah nyaman di sini. Dia tidak peduli lagi dengan masa lalu. Apa pun yang terjadi pada kampung halaman atau orang-orang di sana, Amira tak ingin tahu. “Apa tujuan lo? Kenapa ganggu gue?”Dina hanya tersenyum mendengar pertanyaan Amira. Perangainya tenang, bibirnya terbuka pelan, memberikan alasan. “Karena aku menyesal,” jawab Dina. “Aku menyesal karena belum sempat meminta maaf ke kamu.”Amira menatap tak percaya. Dia menilik wajah Dina, mencoba mencari setitik saja kebohongan yang nyatanya tidak bisa dia temukan. “Aku minta maaf buat semua tuduhan yang dulu tertuju ke kamu.” Dina menjelaskan apa yang terjadi setelah Amira pergi. Pencuri uang sudah ditemukan. Begitu juga dengan Anto, pria yang dahulu menuduh Amira sebagai perayu. Sudah terbukti, Anto sendiri yang adalah seorang hidung belang. “Aku harusnya percaya sama kamu. Kamu selama ini enggak pernah sekali pun bohong sama kita.” Dina memandang Amira penuh penyesalan. “Aku tidak sempat minta ma

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 187. Keinginan Sudut Hati

    “Pelan-pelan,” keluh Michelle saat Amira menarik tangannya kencang. “Emang udah laper banget?” Amira baru melepaskan Michelle saat mereka sampai di kantin. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ayo cari tempat duduk,” ujar Amira, dengan senyum terpaksa di wajah. Mereka berkeliling kantin sebelum akhirnya menemukan tempat yang cocok. Ada satu meja besar–yang cukup untuk mereka semua, tepat di sudut kantin Laveire. “Kak Amira, seneng bisa ketemu Kakak lagi!” Dika tak mau membuang kesempatan untuk berbincang dengan Amira. Dia langsung menyapa di detik pertama mereka duduk. Terlihat jelas jika Raga memberikan tatapan sinis pada sapaan Dika. Dia merasa terancam. Tangan Raga bergerak meraih tangan Amira mendekat, menunjukkan kepemilikannya. “Iya,” sahut Amira. “Gue juga enggak nyangka kalian pindah ke sekolah ini.”Lebih tepatnya, Amira tidak mengerti. Apa tujuan Dika dan Dina pindah ke Laveire? “Iya, Kak Dina yang ajak!” Seru Dika jujur. Dia berucap riang d

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 186. Dua Saudara

    “Hai,” ucap Amira dengan senyum di wajah. Amira berusaha untuk menepikan sementara rasa tidak suka yang dia miliki. Untuk sementara saja, karena Sonya dan Reynald menatapnya sekarang. “Silakan lanjutkan pelajarannya,” ucap Reynald seraya berpamitan. Sonya mengangguk sopan. Dia mengantar Reynald sampai ke pintu kelas sebelum kembali pada murid-muridnya. “Sampai di mana tadi?” Sonya mencoba mengingat materi yang tengah dia berikan. “Ah ya, soal.”Tangan Sonya meraih kembali spidol di tangan. Kali ini, dia benar-benar menuliskan soal. Saat Sonya sudah sibuk, Raga menyenggol lengan Amira pelan. Tangan Raga menyodorkan buku tulisnya sendiri. Buku yang sudah dia tulis dengan sebuah kalimat untuk Amira. [Lagi kesel?]Amira hanya melengos. Dia tidak membalas, hanya mendorong kembali buku Raga kepada sang pemilik. Raga tidak menyerah. Dia menulis kalimat lain di atas bukunya, lalu mendorong buku itu kembali pada Amira. [Kesel sama cewek itu? Dia siapa? Beneran temen?]Raga ingin menuli

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 185. Kejutan untuk Amira

    “Anak-anak, duduk di tempat kalian!” Sapaan dari Sonya, membuat siswa kelas XI duduk.Amira menoleh sekilas ke belakang. Dia memastikan teman-teman sekelasnya sudah duduk, sebelum memimpin salam. “Terima kasih, Amira,” ucap Sonya kemudian. “Ibu sebelumnya bingung memilih ketua kelas untuk kelas gabungan baru ini,” aku Sonya, jujur. “Tapi sekarang Ibu bisa lega. Sepertinya Amira yang akan menjadi ketua kelas.”Tatapan Sonya tertuju ke seluruh siswa yang duduk di depannya, memastikan. “Apa ada yang keberatan jika Amira yang menjadi ketua kelas?”Terdengar hening. Tidak ada suara sama sekali. Sepuluh orang yang ada di dalam kelas tidak mengeluarkan suara. Sonya mengangguk kemudian. Dia juga sama tidak keberatannya seperti siswa yang ada di dalam kelas. Sonya sangat setuju. Amira bertanggung jawab dan mampu memimpin kelas dengan baik seperti yang sudah-sudah. “Baiklah. Ibu anggap kalian setuju. Untuk selanjutnya, Amira yang akan menjadi ketua kelas. Lalu ….” Sonya mengangkat daftar ab

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 184. Kelas Baru

    “Akhirnya!” Michelle berseru senang. Tangannya menyenggol Amira, sambil menunjuk ke arah panggung yang ada di depan mereka. “Kita masuk sekolah lagi!” Seru Michelle senang. Entah sudah berapa kali gadis itu mengatakannya. Amira bahkan sudah tidak menghitung. Sejak pertama Amira masuk ke wilayah Laveire, dia sudah melihat Michelle, menunggunya di lorong.Michelle langsung mengambil alih Amira yang memang datang ke sekolah bersama Raga. Dia memonopoli Amira sampai mereka duduk di aula. “Ini emang lama begini?” Raga yang sedari tadi sudah menahan diri, akhirnya mengomel juga. “Mau kasih pengumuman apa sih?” Tanya Raga, tidak sabar. Mereka diminta berkumpul di aula sejak tadi, tapi tidak ada yang terjadi. “Enggak tau,” jawab Michelle sambil mengangkat bahu. “Tadi Evan bilang dia juga lagi sibuk siapin pengumuman.”Akhirnya, Raga hanya bisa mengeluh. Apa yang dia lakukan, tak jauh berbeda dengan murid lain yang duduk di aula. Memang tidak ada banyak murid yang kembali masuk ke Lavei

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 183. Foto dan Kebersamaan

    “Kita belum pernah foto bareng!” Amira tertawa. Dia mengikuti langkah Raga, masuk ke dalam kotak photobox bersama. “Padahal kita ketemu hampir setiap hari. Kenapa ya?” Tanya Amira sambil berkedip tak percaya. Raga menyambut dengan senyum lebar. Dia menghampiri mesin photobox dan mulai menekan beberapa tombol. Amira, yang memang tidak pernah menggunakan mesin seperti itu, membiarkan Raga yang mengambil alih. “Di sini,” ucap Raga setelah dia selesai dengan mesinnya. Raga meminta Amira mendekat padanya. Jarinya menunjuk ke arah layar besar di depan mereka. “Liat ke kamera.”Tampilan wajah Amira dan Raga terlihat jelas di depan keduanya. Sekarang, Amira jadi malu sendiri melihat wajah mereka. “Senyum, dong.” Raga menoleh ke arah Amira yang tegang. Raga menggerakkan tangannya, mencubit pipi Amira gemas. “Lo lebih cantik kalau senyum.”Amira sedikit terkejut saat tangan Raga merangkulnya. Dia sampai menoleh, menatap dengan tatapan protes. Timer di mesin menyala. Hitungan mundur dimu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status