“Apa mereka berdua akan baik-baik saja?”
“Benar, terutama Sir Eglantine yang memiliki banyak luka di beberapa bagian tubuhnya.”
Para ksatria kalajengking hitam yang tak bisa berkata apa-apa lagi setelah melihat Fennel tercebur ke sungai dan hanyut dibawa oleh arus, setelah bertikai hebat dengan Hisahilde, sampai dirinya rela merobek bajunya sendiri, hanya untuk bisa lepas dari cengkeraman tangan si pemuda kupu-kupu itu, … yang dinilai terus-menerus mencegahnya pergi.
Marquess Myles, memandangi aliran air sungai yang kembali jernih, setelah sebelumnya dipenuhi oleh warna merah … selayaknya telah ditumpahi oleh gelontoran seguyur darah.
Semua itu disebabkan oleh betapa keras kepalanya Hisahilde untuk menahan Fennel, sampai-sampai dirinya juga ikut terjatuh dan terbawa ke bawah arus sungai sana. Gelombang Mana Fennel, sempat meledak kembali untuk kedua kalinya.
Dan,
“Pardon me, Your Majesty!”Rombongan kalajengking hitam bawahan Myles bergerombol, mengikuti jejak tuan mereka yang kini menarik perhatian dari sebagian peserta berburu yang telah kembali, dan para perempuan-perempuan yang masih mengikuti pesta minum teh bersama Ratu, juga sang kaisar beserta putrinya, … yang ikut penasaran dan menaruh perhatian banyak, kepada Marquess Myles.“Lord Eiren, Marquess Myles! Berani-beraninya kau meninggikan suaramu padaku, terlebih lagi … ketika sedang ada tamu istimewa bersamaku. Apa kau ingin mati?!” sentak sang Raja Aethelred, Vernon.“Mohon maafkan kelancangan dari Saya sebelumnya, Your Majesty. Akan tetapi, sekarang … bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu. Alasan dari kedatangan Saya yang tengah terburu-buru ini, ingin memberitahukan Anda sesuatu yang sangat penting, kemudian segera meminta bala bantuan.” 
“Your Majesty! Kenapa Anda sama sekali terlihat tidak peduli kepada Lancient, … calon penerus takhta Anda? Dia adalah anak Anda, dan Anda adalah Ayahnya! Kenapa Anda tidak menaruh perhatian terhadapnya, meskipun hanya sedikit?” berondong Ratu Leanne, kepada Raja Vernon.Vernon yang berjalan cepat di lorong istana menuju ke ruangannya itu … langsung menghentikan langkahnya, lalu membalikkan kepalanya ke sang ratu, dengan mata yang melotot.“Aku tidak pernah memberi perhatian kepadanya? Baiklah, aku mengakuinya, kalau aku memang tidak melakukan itu, Ratuku. Akan tetapi, bagaimana denganmu sendiri, huh? Bukankah kau juga orang tuanya? Bukankah kau orang yang melahirkannya, yang seharusnya membesarkannya dengan baik dan penuh kasih sayang, seperti yang kau lakukan sebelumnya kepada Zelvin?”“I-itu,” Leanne tercekat, ia merasa lidahnya kelu untuk mengatakan suatu kalimat
Hangat.Tangan yang membopong tubuhnya dan membawanya menuju kereta kuda itu, terasa sangat hangat. Alesya merasa … kehangatan orang yang tengah memangkunya ini, terasa begitu akrab.Matanya yang sengaja disipitkan untuk membuat pandangannya terbiasa dengan silaunya biasan cahaya, setelah mulai sadarkan diri, … kini menatap fokus ke arah helaian rambut sehitam arang, yang sedang berayun-ayun diterpa angin di atasnya.Anehnya, begitu ia mulai kehilangan keseimbangan lalu jatuh ke pelukan orang ini, Mana sihir milik sang raja yang mencekiknya dengan kuat tadi … secara tiba-tiba, mulai berangsur dan berkurang dengan perlahan.Tidak ada yang sempat menyadarinya, karena kekhawatiran semua ksatria dan juga keluarganya … hanya terfokus padanya. Akan tetapi, Alesya, selaku orang yang paling dekat dengan pria ini, … dapat merasakannya dengan begitu pasti.Untuk sesaat, Alesya m
“E … ehh?! A-apa yang kau lakukan?!” pekik Hisahilde histeris, langsung mendorong Fennel untuk menjauh.Namun, alih-alih yang didorong itu semakin menjauh, justru, … orang yang mendorongnya lah, … yang malah tersorong akibat dorongannya sendiri yang balik memantulkan tenaganya, … sehingga menjadikannya jatuh terjungkal ke belakang, dan membuat bokongnya menyepak dataran tanah sungai yang berpermukaan kasar.Fennel menggaruk tulang pipinya canggung, tatkala mendapatkan reaksi yang mengejutkan dari Hisahilde … setelah ia baru saja menolongnya dari dihantam oleh sesuatu, yang mengarah kepadanya barusan … dengan kecepatan bermanuver yang begitu luar biasa.“Saya hanya mencoba membantu Anda menghindari itu,” tunjuk Fennel ke sebuah semak-semak yang menimbulkan bunyi kusuk, bersamaan dengan ranting yang patah dan daun pohon yang berguguran.“Jika Sa
“Bisa-bisanya kau, dengan mudahnya mengatakan hal semacam itu?! Kau tidak akan pernah memahaminya, karena kau bukan orang yang mengalaminya!” geram Lancient seraya menunjuk-nunjuk Ruffin menggunakan jari telunjuk, yang umumnya dinilai sebagai tindakan yang kurang sopan, … bersamaan dengan urat-urat nadi yang mengerubut di dahi, dan menegang di leher.Ruffin lekas melompatkan dirinya dari atas batu yang ia duduki, kemudian berjalan dengan kaki yang mengentak-entak menghampiri Lancient … yang sekarang tengah memasang posisi kuda-kuda untuk berjaga-jaga, diiringi dengan raut muka penuh kemarahan … yang sudah tak dapat dibendung lagi.“Kau benar! Kau memang benar!” sarkasme Ruffin sambil mendorong bahu Lancient, sampai membuat si pemuda berambut pirang itu mundur beberapa langkah, “Soalnya, itu semua tidak berlaku untukku!” sambung Ruffin, bersiap mengucapkan kata demi kata untuk membuat L
“Your Highness!”Fennel lekas berlari ke tempat di mana Lancient berada, setelah sebelumnya menyerahkan burung rajawali yang terluka di pangkuannya itu, kepada Hisahilde.Oleh Fennel, ditariknya Lancient dari atas geletakkan tubuh sang gadis bermata indah, kemudian langsung memeluknya dengan erat … seolah-olah tidak ingin kehilangannya lagi.Bahkan, Fennel pun langsung memeriksa Lancient dengan cara membolak-balikkan badannya, dan memperhatikan semuanya dengan ketelitian, … untuk memastikan, bagian tubuh mana saja yang kemungkinan dapat mengalami luka.“Oh, Your Highness! Bahu kiri Anda! ….” panik Fennel begitu khawatir, yang seterusnya langsung menyuruh Lancient untuk duduk segera, agar dirinya bisa dengan mudah melihat seberapa dalamnya luka itu, untuk kemudian mengobatinya.Sembari berjalan menghampiri seseorang, yang diyakini sebagai pembuat Mana
“Jadi, apakah Anda akan pergi ke kerajaan Aethelred bersama kami di esok hari, Your Royal Highness?”Ujar Fennel bertanya, setelah ia dan Hisahilde sepenuhnya mendengarkan apa yang telah terjadi di antara Lancient dan Ruffin, … dari awal bertemu, sampai mereka berdua bertengkar, tanpa memperbesar permasalahan tadi … sampai menjadi sebuah pertikaian.Sungguh dewasa memang, untuk Fennel yang lebih memilih mengalah dan diam, daripada mencerocos tidak terima dengan sindiran halus dari Hisahilde. Akan tetapi, tetap saja, di dalam lubuk hatinya … masih ada sedikitnya rasa kesal. Karena sejujurnya, dirinya sendiri juga … adalah seorang manusia biasa.“Hm,” balas Ruffin menggumam, sambil sibuk melihat-lihat luka pada sayap Garu, berniat untuk mengobatinya dengan daun obat merah yang digunakan oleh Fennel tuk merawat luka Lancient tadi, “Ada Ayah dan Adikku di kerajaanmu. Selain i
KNOCK! KNOCK! KNOCK!“Siapa?”“Your Excellency. Ini Saya, … Zeind. Saya telah kembali. Bolehkah Saya masuk untuk kepentingan melaporkan keadaan Marquess Eiren, yang Saya temui tadi petang?”“Masuklah!”Pintu ruangan kerja Marquess Myles Na Eiren terbuka, memampangkan sesosok ksatria berambut hitam yang sekelam arang, dan bermata biru kedalaman laut yang dalam.Ksatria itu segera masuk, lalu memberi hormat kepada Marchioness Gloriella, istri dari atasan regu militer mereka.“Jadi, bagaimana keadaannya?” tanya Gloriella dengan cepat, terburu-buru ingin segera mendapatkan kabar terbaru dari suaminya.“Sejauh ini, beliau hanya ditahan saja di penjara bawah tanah. Tidak dikekang oleh pasung, ataupun menerima hukuman fisik berupa hukum cambuk.”Gloriella menarik nafasnya
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.