Sudah beberapa hari berlalu. Seperti biasanya, di pagi hari aku harus berangkat untuk sekolah. Tidak ada yang spesial, bahkan ide tentang Agustusan pun sudah sedikit pudar di dalam kepalaku.
Mungkin aku merasakan perbedaan di pagi ini. Tidak tahu mengapa, jalan yang selalu aku lalui untuk ke sekolah terasa tidak memberatkan. Aku selalu menikmati jalan menuju sekolah, hanya pagi ini terasa berbeda.
Buku yang aku baca terus menerus bergerak karena angin selalu datang, menyejukkan memang, namun menghambatku untuk membacanya.
“Pagi, Raihan.”
“Pagi juga, Shinta.”
Eh?
Aku melihat ke samping kananku.
“Ah, Shinta. Bukankah aku sudah memintamu untuk berhenti melakukan hal itu?”
“Aku menolak, reaksimu sangat unik.”
“Aku bukanlah mainan.”
“Tapi kau merasa senang dijahili oleh Kak Clarrisa.”
“Kau salah sangka. Itu tidak benar?”
&
Seperti yang sudah dijanjikan, saat ini aku berada di Taman Bambu menunggu kedatangan Kak Clarrisa. Aku tidak tahu kenapa dia memilih tempat yang jauh dari tempat seharusnya, tapi aku tidak dapat menolaknya. Alasannya dia tetap ingin untuk bertemu di sini.Waktu menunjukkan jam 10.50, hanya tinggal 10 menit lagi waktu yang dijanjikan datang, tapi aku sama sekali belum melihat tanda-tanda kedatangan dari Kak Clarrisa. Bahkan pesan yang aku kirimkan tidak ia baca, kuharap dia tidak bercanda menungguku di sini.“Selamat pagi, Raihan.”“Selamat pagi juga, Kak Clarrisa.”Aku terkejut saat melihat Kak Clarrisa. Penampilannya benar-benar berbeda.Dia menggunakan Knee Length Dress berwarna hitam dengan pola garis putih yang mengelilingi roknya. Dari sudut pandangku itu menambahkan aura kedewasaannya.Unntung saja aku memilih pakaianku dengan benar, biasanya aku hanya akan menggunakan kaos polos dengan celana jeans pe
“Apakah kalian sudah menentukan pesanannya, Tuan dan Nyonya?” Tanya seorang waiters lengkap menggunakan baju pelayan khas restoran tersebut.“Ya. Kami ingin memesan menu yang direkomendasikan hari ini.”“Baik. Dua set makan malam akan kami sajikan. Apakah ada permintaan khusus, Nyonya?”“Kurasa itu cukup.”“Dimengerti, mohon untuk menunggunya sebentar. Kalau begitu saya permisi.” Dengan mengatakan itu, si pelayan berbalik arah dan meninggalkan meja kami.Terdengar detikan jarum jam yang sangat jelas, karena saat ini keadaan di dalam restoran tidak begitu ramai. Ini semakin menambah kecam suasana.“Ada apa, Raihan? Tampangmu terlihat aneh, apakah kau sedang sakit?”“A-ah, tidak. Bukan itu, hanya saja...”“Ada apa? Keluarkan saja apa yang ada di pikiranmu.”Aku mengangguk.“A-ah... Bukankah tadi itu orang yang kita
Setelah menunggu beberapa saat aku dan Kak Clarissa menunggu, seorang pelayan yang sama kembali lagi ke meja kami, hanya saja kali ini dia membawa makanan yang kami pesan.Dia membawanya dengan trolley yang ia dorong dari arah para pekerja di restoran ini berkumpul.“Maaf telah menunggu.”Saat sudah tepat berada di meja kami, ia kemudian memindahkan makanan yang masih ditutup dari trolley ke meja kami. Mengingat dia adalah pelajar yang sama sepertiku, aku terkagum melihat ia bisa menyajikannya secara cantik.Selain makanan, ia juga memindahkan dua minuman untukku dan Kak Clarissa yang sudah menyatu dengan set menu makan malam hari ini. Sepertinya restoran ini setiap harinya menawarkan menu yang spesial.Sesudah ia meletakan semuanya, dia kemudian membuka tudung saji secara cantik, kemudian secara perlahan terlihat makanan yang ada di dalamnya. Itu adalah steik yang ukurannya tidak terlalu besar yang disajikan dengan saus rahasia dari re
Tapi sekarang sudah benar-benar larut, ini adalah pertama kalinya bagiku masih terjaga lewat tengah malam dan berada di luar.Aku melangkahkan kakiku untuk pergi ke stasiun terdekat lalu pulang.Mungkin karena ada stadion di sini, stasiun tidak begitu jauh, aku mengatakan dekat karena itu adalah arti yang sebenarnya. Tidak perlu berjalan sampai 30 menit kau sudah bisa sampai di stasiun.Seperti yang aku katakan, malam ini sangat dingin sekali. Aku menyesal tidak membawa jaket, atau setidaknya sebuah hoodie. Tapi, ya... Aku sudah bersyukur kalau pakaianku yang dipakai hari ini cocok untuk makan malam dengan Kak Clarissa.Dan yang lebih menguntungkannya lagi, hari ini adalah hari Minggu. Mungkin aku akan sedikit santai hari ini.Aku berjalan mengikuti jalan yang ada...Terus berjalan...Hanya berjalan...Hingga sampai di stasiun menunggu kereta datang di jalur yang sudah dipilih.“Jadi, mengapa kau mengikutiku?&rdquo
Akhirnya setelah beberapa hari terlewat, acara 17-an di SMA Fortuna Negara di mulai.Acara ini berlangsung selama dua hari dari tanggal 17-18 Agustus, yaitu hari Kamis dan acara ini akan digelar.Di hari pertama tentu saja diawali dengan acara yang formal; kata pengantar dari pihak sekolah dan beberapa acara peresmian lainnya. Setelah itu, semuanya bebas ingin melakukan apa saja.Hanya karena terdapat banyak lomba itu saja sudah membuat banyak murid yang ikut. OSIS tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk itu, mungkin saja mereka ingin menunjukkan kelas mereka adalah kelas yang terbaik.Para senior yang ingin memamerkan pesonanya, serta para junior yang baru bergabung ingin menunjukkan kekuatannya, membuat suasana semakin meriah.Bisa dibilang aku baru menemui sesuatu yang seperti ini.Ada alasannya, biasanya jika ada acara besar, kebanyakan mereka hanya menutup absen dan pergi dari lingkungan sekolah. Mereka akan kembali jika mereka mem
Hari ini hari ke-2 pelaksanaan acara kemerdekaan di SMA Fortuna Negara. Aku menunggu Kak Riyanti di tempat yang telah dijanjikan. Semenjak pertama kali kita bertemu di malam itu, hubungan kita berdua menjadi teman dekat saat ini. Meskipun Kak Riyanti berbeda satu tahun denganku, dia tidak mempermasalahkan kalau aku terlihat 'sok dekat' dengannya. Kak Riyanti beralasan bahwa dia tidak menyukai formalitas seperti kakak dan adik kelas. Bagaimanapun dia adalah orang yang baik. Semenjak malam itu pula saat kita bertukar nomor, kami sering bertukar pesan juga saat itu. Seperti itu aku bisa dekat dengannya meski hanya kurang lebih satu minggu semenjak pertemuan pertama kita. Dari hal itu juga kami berdua bisa lebih mengenal satu sama lain. Bagaimana ia menjelaskan lebih detail mengapa dia yang harus merawat adiknya sendirian, kenapa dia memilih bekerja di sana, sampai masalah kecil seperti kelakuan adiknya di rumah yang membuat ia kerepotan. Karena h
Di ruang rapat OSIS, seluruh anggota dan anggota relawan sedang berkumpul merayakan keberhasilan dari penyelenggaraan acara kemerdekaan.Meskipun disebut merayakan, yang kami lakukan hanya minum dan mendengarkan ucapan terima kasih dari OSIS inti.Yang melakukannya pun bukanlah Kak Clarissa, tetapi Kak Vania.Terlebih, aku sama sekali tidak tahu di mana Kak Clarissa sekarang berada.“Terima kasih banyak atas kerja kerasnya Kak Vania Kak Nirmala. Jika kalian tidak ada, mungkin saja acara ini tidak akan berhasil seperti sekarang.” Kataku menghampiri mereka berdua.“Fu fu fu~... Terima kasih banyak juga atas kerja kerasnya juga, Raihan. Pasti merepotkan bertugas di belakang dan depan layar, sampai harus turun ke lapangan seperti itu.”“Benar, tugas kami tidaklah seberat tugas yang kau lakukan. Kami hanya melakukan sedikit hal saja.”“Ah tidak-tidak. Kalianlah yang bekerja lebih keras dar
Sudah beberapa minggu semenjak acara kemerdekaan selesai dan sekarang aku bisa kembali bertemu dengan teman sekelasku.Karena terlalu sibuk dengan kegiatan OSIS waktu itu, aku sama sekali tidak datang membantu persiapan dan sebagainya di kelas. Jujur itu membuatku gelisah saat memikirkan berbagai pendapat negatif yang akan datang kepadaku waktu itu.Saat aku memasuki kelas tidak ada udara yang menekan atau aneh. Fachri masih menyapaku dengan biasa sedangkan aku sedang panik dengan pikiranku sendiri tentang hal itu.Tapi itu sudah berlalu, aku kembali berbaur dengan kelas walau yang sering aku temui hanya Fachri dan Ketua Kelas.Saat ini sudah ingin memasuki pertengahan bulan September. Kegiatan OSIS sementara dihentikan dari awal bulan ini. Karena tidak ingin mengganggu waktu belajar untuk UTS nanti, Kak Clarissa memutuskan untuk menyelesaikan segala urusan di bulan kemarin.Sebagai hasilnya, bulan ini—hanya sampai selesai UTS—segala be