Oliver membelai pipi Nicole dan mengecupi lembut bibir istrinya itu. Mata Nicole masih sembab, dan hidung pun memerah. Wajar saja, sepanjang malam Nicole menangis akibat cemburu. Well, Oliver sedikit tak mengira Nicole akan mengamuk jika cemburu. Padahal dirinya sudah menjelaskan bahwa dirinya tak memiliki hubungan special dengan Tera.Namun, meski sempat berdebat, Oliver gemas pada Nicole. Belakangan ini memang sifat Nicole berubah-ubah. Mood naik turun. Entah Oliver tak mengerti akan perubahan mood pada Nicole. Sebelumnya, istrinya itu baik-baik saja. Bahkan sebelum bulan madu, sang istri sangat sehat. Jika sebelum bulan madu, Oliver tahu Nicole kurang sehat, maka pasti dia akan menunda berbulan madu. Pria tampan itu tak mau sampai ada hal buruk yang menimpa istri tercintanya.Sayup-sayup mata Nicole mulai terbuka, perlahan tatapan mata Nicole menatap Oliver yang tengah memeluknya. Senyuman di wajah Nicole terlukis. Wanita itu langsung membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami.
Tubuh Oliver membeku. Manik mata cokelat gelap Oliver menatap terkejut benda pipih yang ada di tangannya. Debar jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya. Perasaannya campur aduk tak menentu. Dia meremas pelan hasil testpack itu. Otaknya berputar keras, mencerna semua ini. Dua garis merah menandakan di mana hasilnya adalah positive hamil. Tapi tunggu, jadi Nicole hamil? Tapi kenapa Nicole tidak cerita padanya? Raut wajah Oliver sangat kacau akibat dilanda kebingungan. Bahagia, kesal, bingung semuanya melebur menjadi satu. Rasanya tak mungkin Nicole menyembunyikan sesuatu darinya. Terlebih ini sangat penting. Beberapa detik, Oliver masih diam memikirkan semua ini. Hingga ketika sesuatu hal muncul di pikirannya, buru-buru dia membuka ponselnya, mencari di internet tentang ciri-ciri wanita hamil.Seketika mata Oliver menajam membaca di internet tentang ciri-ciri wanita hamil. Pria itu meremas kuat ponselnya. Ciri-ciri wanita hamil, persis seperti yang dialami Nicole belakangan ini
Oliver mengusap lembut perut Nicole yang masih rata. Tangan kokoh pria itu seakan tak mau lepas dari perut sang istri. Di kala pagi menyapa, Oliver sudah mengajak Nicole berkeliling hotel sebentar demi agar sang istri berjemur, dan sekarang Oliver bersama dengan Nicole sudah kembali ke kamar hotel mereka.Sejak Oliver tahu Nicole hamil, dia banyak mencari tahu banyak tentang wanita hamil. Seperti contoh wanita hamil bagus untuk berjemur di pagi hari. Tak hanya itu saja, Oliver bahkan meminta hotel menyiapkan chef khusus untuk Nicole. Semua makanan yang masuk di tubuh Nicole haruslah mengandung banyak vitamin.Oliver ingin memberikan yang terbaik untuk sang istri. Terlebih ini adalah kehamilan pertama istri tercintanya itu. Memang berkali-kali Nicole jengah dengan Oliver yang keterlaluan overprotective. Bahkan Nicole sampai kerap berdebat dengan Oliver, akibat pria itu yang sangat amat overprotective.Namun, Nicole tak bisa membatah. Jika Oliver sudah memberikan larangan, maka mau tak
“Sayang, mereka lucu sekali.” Nicole terkekeh melirik monyet yang sekarang ada di atas bahunya. Jika biasanya wanita sudah berteriak ketakutan karena didekati monyet, lain halnya dengan Nicole yang malah tekekeh geli di kala monyet naik ke atas bahunya.Monyet-monyet yang ada di Monkey Forest Sangeh itu jinak. Tak akan mungkin melukai pengunjung. Namun, meski jinak sejak tadi Oliver sudah menatap monyet yang ada di atas bahu Nicole dengan tatapan waspada dan tatapan tajam.Bayangkan saja, Oliver menatap monyet seperti menatap musuh bebuyutan. Padahal Nicole saja sama sekali tak takut pada monyet itu. Well, Oliver jelas khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada Nicole. Mungkin saja monyet itu akan mencakar istrinya. Jadi Oliver tetap wajib waspada.“Oliver, ayo ambil foto bersama monyet ini,” kata Nicole begitu riang, mengajak foto bersama. Oliver mengembuskan napas panjang mendengar permintaan konyol sang istri. Entah, Oliver tak mengerti kenapa malah istrinya itu menginginkan bertemu
Tanpa terasa, dua minggu Nicole dan Oliver berada di Bali. Mereka menikmati keindahan kota Bali yang indah memukau. Beberapa tempat-tempat wisata yang kerap dikunjungi para turis selalu Nicole dan Oliver datangi.Bulan madu mereka indah meski kerap diiringi perdebatan-perdebatan konyol seperti keinginan Nicole yang tak masuk akal sehat. Wanita itu kerap meminta hal-hal yang aneh seperti contoh di kala Nicole melihat motor, wanita itu malah ingin naik motor. Entah apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Nicole.Selama berada di Bali, Oliver selalu melatih kesabaran akibat permintaan aneh Nicole. Istrinya itu kerap meminta hal-hal aneh yang membuat Oliver sakit kepala. Jika tak dituruti, biasanya Nicole merajuk atau mogok makan. Hal itu yang membuat Oliver terkadang merasa tersudut, dan tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan istri tercintanya itu.Ngomong-ngomong, sampai detik ini Nicole dan Oliver belum sama sekali memberi tahu keluarga mereka tentang kehamilan Nicole. Me
Nicole duduk di ranjang sambil menikmati mushroom soup yang baru saja diberikan oleh pelayan. Dia ingin makan soup hangat yang segar. Sepulang dari pantai, Nicole bersama dengan sang suami langsung menuju kamar hotel mereka. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Nicole beruntung bisa makan sedikit demi sedikit. Trimester pertama, membuatnya mual luar biasa. Bahkan terkadang, Nicole sampai enggan untuk makan.Saat Nicole sudah tak ingin lagi mushroom soup, dia meletakan mangkuk itu ke atas meja, dan mengambil air putih, lalu meminum perlahan air putih itu. Nicole mengusap perutnya yang masih rata. Benaknya membayangkan perutnya sudah membuncit nanti. Well, Nicole yakin dia pasti akan seperti karung.“Nicole, kau belum minum vitaminmu.” Oliver menghampiri Nicole, mengambil obat di atas meja, dan memberikan pada Nicole.Nicole tersenyum seraya memakan obat itu. “Terima kasih selalu mengingatkanku untuk minum vitamin, Sayang.”Oliver duduk di samping Nicole dan membelai pipi sang istri d
Bern, Swiss. Nicole tersenyum hangat di kala tiba di kota yang sudah sembilan tahun dia tempati. Sebuah kota indah di Swiss yang dulunya Nicole pikir akan selamanya tinggal di sini. Memang, terkadang rencana tak pernah sesuai dengan takdir yang tertulis. Ya, kini Nicole bersama dengan Oliver sudah tiba di Bern. Mereka telah meninggalkan Bali. Well, tentu Nicole dan Oliver menggunakan pesawat pribadi. Permintaan Nicole naik pesawat komersial tak dituruti oleh OliverBukan Oliver tak menyayangi Nicole, malah sebaliknya—Oliver terlalu mencintai Nicole. Menggunakan pesawat kormesial dan juga kelas ekonomi akan membuat sang istri pastinya merasakan kelelahan. Terlebih jika pesawat itu penuh. Oliver tak membayangkan dirinya berada di tengah-tengah banyak orang.Angin berembus kencang menyentuh kulit Nicole. Udara segar di kota Bern membuat Nicole memejamkan mata. Tak menampik bahwa dia sangat merindukan kota ini. Wajar saja, sembilan tahun bukanlah waktu yang sebentar. Pun Nicole memutuska
Manik mata silver Nicole menatap hangat dan lembut sungai Aare yang ada di kota Bern. Sebuah sungai terpanjang di Swiss dan sungai menjadi ikon dari kota Bern. Nicole tak berenang di sana. Wanita itu hanya duduk bersama dengan Oliver menikmati pemandangan aliran sungai Aare yang begitu tenang dan menyejukan. Air sungai yang sangat jernih hingga membuat semua orang yang melihat selalu mendapatkan ketenangan hati.“Pemandangan alam di Swiss memang sangat indah,” ucap Oliver seraya membelai lengan Nicole dan memberikan kecupan di puncak kepala sang istri.“Itu juga alasan aku tinggal di Swiss,” jawab Nicole pelan dan lembut.Oliver tersenyum samar. “Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”Nicole mendongakkan kepalanya dari dalam pelukan Oliver. “Kau ingin bertanya apa, Sayang?” tanyanya pelan dan lembut.“Di sini pasti banyak yang mendekatimu.” Oliver membelai pipi Nicole lembut. “Kenapa kau tidak mau membuka hatimu untuk pria lain?”Ya, Nicole memiliki paras yang sangat cantik. Oliver yakin
Beberapa bulan berlalu … Wengen, Switzerland. Tiga pengasuh dibuat pusing luar biasa oleh Olivia yang begitu aktif. Balita kecil itu terus berlari-lari sambil bermain bola kecil yang sejak tadi dia lempar-lempar. Tiga pengawal sudah siap siaga melihat setiap gerak Olivia yang sangat cepat. Entah dulu Nicole mengidam apa sampai membuat Olivia selincah ini. Baik pengasuh dan pengawal tidak bisa santai dalam menjaga balita kecil itu. Sedikit saja terabaikan, pasti Olivia sudah berulah.Tindakan Olivia memang kerap membuat Nicole sakit kepala. Apalagi waktu ketika Nicole masih hamil besar. Dia dibuat pusing luar biasa dengan tindakan putri kecilnya yang sangat aktif. Olivia sering susah diberi tahu Nicole. Balita kecil itu paling tunduk pada ayahnya. Hal tersebut yang membuat Nicole terkadang jengkel.“Olivia, pelan-pelan, Nak. Jangan berlari seperti itu,” ucap Nicole berseru dengan nada sedikit keras, tapi sayangnya tak menghentikan balita kecil yang sangat aktif itu. Nicole sampai men
Oliver berlari menelusuri koridor rumah sakit. Raut wajah pria itu tampak sangat panik dan penuh khawatir. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, dia tak henti mengumpati kebodohannya. Harusnya hari ini dia tak pergi ke mana-mana. Jika sampai ada hal buruk yang menimpa istri dan anaknya, maka dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Saat Oliver sudah dekat dengan ruang persalinan, langkah kakinya terhenti melihat Joice mondar-mandir di depan ruangan persalinan. Raut wajah Oliver berubah, menatap lekat dan tegas sepupunya itu.“Joice?” tegur Oliver.Joice yang sejak tadi mondar-mandir tak jelas, terkejut melihat Oliver ada di hadapannya. “Oliver? Astaga, akhirnya kau muncul,” serunya bahagia melihat Oliver sudah datang. Sejak tadi dia sudah panik karena Oliver tak kunjung datang.“Di mana Nicole?” tanya Oliver cepat.Joice menyentuh lengan Oliver sambil berkata cemas, “Nicole ada di dalam. Segera kau masuk. Dari tadi dia terus menjerit kesakitan.” Oliver mengangguk, dan
*Nicole, aku pergi sebentar ingin bertemu ayahku. Ada kasus rumit yang sedang aku tangani dan aku membutuhkan pendapat ayahku. Aku tidak akan lama. Aku akan segera pulang. Kau jangan ke mana-mana. Your husband—Oliver.* Nicole mengembuskan napas panjang membaca note dari suaminya itu. Raut wajahnya nampak kesal. Pagi ini, Nicole bangun terlambat sedangkan Oliver bangun lebih awal. Dia yakin Oliver tak membangunkannya, karena tidak mau mengganggunya. Sungguh, itu sangat menyebalkan. Nicole mengikat rambut asal, dan meminum susu hangat yang baru saja diantarkan. Hari ini, Nicole terbebas dari menjaga Olivia, karena putri kecilnya itu sedang diculik keluarganya. Well, Olivia memang kerap menjadi rebutan. Wajar saja, karena Olivia adalah cucu pertama di keluarga Nicole dan juga cucu pertama di keluarga Oliver. Hal tersebut yang menjadikan Olivia kerap sekali diculik sana sini.“Lebih baik aku mandi,” gumam Nicole yang memutuskan ingin mandi. Meskipun kesal masih ada, tapi dia tidak mau k
“Nicole, pakailah gaun ini.” Oliver menunjuk sebuah kotak yang berisikan sebuah gaun indah yang ada di hadapannya. Pria itu sengaja menyiapkan gaun cantik untuk sang istri tercinta.Nicole mengalihkan pandangannya, menatap gaun yang ditunjuk Oliver. “Sayang, kau ingin mengajakku ke mana sampai aku harus memakai gaun seindah itu?” tanyanya lembut. Jika hanya pergi ke tempat-tempat terdekat saja, mana mungkin Oliver memintanya memakai gaun secantik yang ada di hadapannya itu.Oliver mendekat dan memberikan kecupan di kening sang istri. “Aku akan mengajakmu dan Olivia makan malam di luar. Gantilah segera pakaianmu.” “Kau akan mengajakku dan Olivia makan malam di luar?” ulang Nicole begitu antusias bahagia.“Ya, kita akan makan malam di luar. Bersiaplah.” Oliver membelai lembut pipi Nicole.Nicole tersenyum bahagia. Detik selanjutnya, Nicole menggenggam tangan Olivia—mengajak putrinya untuk mengganti pakaian. Gaun yang dibelikan Oliver sangatlah cantik. Bahkan gaun Nicole itu kembaran d
Oliver meminta Nicole untuk tak lagi mengingat tentang masalah Joice dan Marcel. Pria itu tak ingin istrinya sampai terlalu kepikiran dan berdampak pada tumbuh kembang anak mereka. Usia kandungan Nicole sudah besar. Sebentar lagi anak kedua mereka akan lahir ke dunia. Yang Oliver inginkan adalah Nicole hanya fokus pada anak-anak mereka saja. Pun berita tentang Marcel sudah Oliver bungkam. Media dilarang lagi untuk memberitakan tentang salah satu anggota keluarganya.Pagi menyapa Nicole sudah bersiap-siap. Hari ini dia dan Oliver akan periksa kandungan. Wanita itu tampil sangat cantik dengan balutan dress khusus ibu hamil berwarna navy. Rambut panjang Nicole tergerai sempurna. Riasan tipis membuatnya semakin cantik. Meski hanya memakai lip balm tapi bibir penuh Nicole tampak sangat seksi.Nicole dianugerahi paras yang luar biasa cantik. Dia tak perlu memakai riasan tebal, karena wanita itu sudah sangat cantik. Hamil membuatnya bahkan bertambah cantik meskipun bentuk tubuhnya sudah mela
Nicole merasakan kebebasan di kala Selena dan Samuel menculik Olivia. Well, Olivia menjadi cucu pertama di keluarga Maxton—membuat Olivia benar-benar seperti anak emas. Selena dan Samuel kerap sekali membawa Olivia ke rumah mereka untuk menginap. Mengingat tiga adik kandung Oliver yang lain berada di luar negeri—membuat kehadiran Olivia menjadi warna yang baru di keluarga Maxton.“Ah, perutku kenyang sekali.” Nicole mengusap-usap perut buncitnya di kala baru saja selesai menikmati tiramisu cake yang diantarkan oleh sang pelayan.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tak banyak aktivitas Nicole selain bersantai. Pekerjaannya sudah ditangani oleh asistennya. Sejak di mana dia hamil lagi, Oliver meminta Nicole menyerahkan pekerjaannya pada sang asisten.Jarak kehamilan pertama dan kehamilan kedua tidak jauh. Bisa dikatakan kehamilan kedua ini memang tak Nicole sangka. Nicole pikir dia tidak akan langsung hamil, karena baru saja melahirkan. Jadi setiap berhubungan badan dengan sang suami—
Satu tahun berlalu … “Olivia, jangan naik-naik ke atas meja, Nak.”Nicole mendesah panjang dengan raut wajah yang begitu kelelahan. Olivia—putri pertamanya yang baru bisa berjalan itu amat sangat aktif. Baru saja Oliva berusia satu tahun—dan harapan Nicole adalah Olivia menjadi anak yang tenang dan lembut seperti anak-anak perempuan lain.Sayangnya harapan Nicole tinggal harapan. Semakin hari Olivia semakin aktif. Dua pengasuh saja harus menjaga Olivia dengan baik. Pasalnya, jika tak diawasi, Olivia selalu saja berusaha memanjat posisi tempat yang tinggi. Hal itu yang membuat Nicole khawatir luar biasa. Ucapan Nicole tak didengar oleh Olivia. Balita kecil itu terus memanjat meja. Dengan penuh waspada, dua pengasuh sudah siaga merentangkan tangan—berjaga jika sampai Olivia terjatuh, maka dua pengasuh itu berhasil menangkap tubuh Olivia.Nicole memijat keningnya di kala rasa pusing menyerangnya. Menjaga Olivia harus extra hati-hati. Beberapa minggu lalu saja, Olivia hampir tercebur ke
Oliver mondar-mandir panik di dalam ruang bersalin. Suara jeritan menggema membuat Oliver tidak bisa tenang. Dua jam lalu, dokter mengatakan masih belum waktunya, karena kepala bayi belum terlihat. Teriakan sakit Nicole disebabkan oleh kontraksi. Masih butuh beberapa waktu sampai waktunya siap untuk Nicole melahirkan.Oliver nyaris gila akibat kepanikan dan ketakutannya. Berkali-kali dia meminta dokter untuk memberikan obat agar istrinya tidak kesakitan, tapi sang dokter mengatakan bahwa kontraksi adalah hal normal dirasakan ibu hamil.Otak Oliver seakan blank tidak mampu berpikir jernih. Pria itu tidak tahu harus melakukan apa selain mondar-mandir tidak jelas. Setiap kali sang istri menjerit kesakitan, membuat seluruh tubuh Oliver seakan mati rasa.Dulu, di kala ibunya melahirkan adiknya, dia tidak ikut di dalam ruang bersalin. Hal itu menyebabkan Oliver tak tahu perjuangan seorang wanita hamil. Yang Oliver lihat sekarang—sang istri seperti berada di ambang kematian.“Ahg!” jerit Nic
“Iya, Mom. Aku sudah meminta pelayan menyiapkan makan malam untuk kita. Kau tidak usah membawa makanan apa pun. Makanan yang sudah disiapkan sangat banyak.”“Hm, tadinya Mommy ingin membuat cake.” “Tidak usah, Mom. Dessert juga sudah disiapkan. Kau tidak usah repot-repot. Kau dan Dad cukup datang saja. Semua menu makanan sudah disiapkan.”“Baiklah, Sayang. Sampai nanti malam.” “Iya, Mom. Sampai nanti malam.”Panggilan tertutup. Nicole meletakan ponselnya ke tempat semula. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis begitu hangat. Hari ini adalah hari di mana Nicole akan makan malam bersama dengan keluarganya. Pun tentu ibu tiri dan saudara tirinya juga akan datang.Nicole sekarang sudah tidak lagi memanggil Esther dengan sebutan ‘Bibi’. Sekarang, dia sudah memanggil Esther dengan sebutan ‘Mommy’. Jika dulu, Nicole tidak pernah dekat dengan ibu tirinya, kali ini dia sangat dekat dengan ibu tirinya yang baru.Sosok Esther bukanlah sosok ibu tiri yang kejam. Malah yang ada Esther sela