Asap rokok mengepul di udara, perlahan hilang bersamaan dengan angin. Oliver berdiri di smooking area di hotel di mana dia dan Nicole tempati selama di Bali. Tampak raut wajah Oliver sedikit kesal. Pria itu sama sekali tak mengira akan bertemu dengan Carlos di moment dirinya dan Nicole tengah berbulan madu.Sejak Oliver lulus SMA, Oliver sama sekali tidak lagi berhubungan dengan teman-teman sekolahnya. Pria itu memilih untuk langsung ke Boston melanjutkan pendidikannya. Bagi Oliver, teman-temannya dulu tak layak dikatakan sebagai ‘Teman’. Hal itu yang membuat Oliver memutuskan untuk menjauh.Oliver melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas, lalu di kala dia merasa bahwa sudah terlalu lama berada di luar, dia segera menekan putung rokok ke asbak, mematikan rokok tersebut. Pria tampan itu hendak melangkah masuk ke dalam hotel, dia tak mau terlalu lama meninggalkan Nicole, tetapi di kala baru saja melangkah—dering ponsel Oliver berbunyi. Dia merogoh ponselnya dan me
Oliver membelai pipi Nicole dan mengecupi lembut bibir istrinya itu. Mata Nicole masih sembab, dan hidung pun memerah. Wajar saja, sepanjang malam Nicole menangis akibat cemburu. Well, Oliver sedikit tak mengira Nicole akan mengamuk jika cemburu. Padahal dirinya sudah menjelaskan bahwa dirinya tak memiliki hubungan special dengan Tera.Namun, meski sempat berdebat, Oliver gemas pada Nicole. Belakangan ini memang sifat Nicole berubah-ubah. Mood naik turun. Entah Oliver tak mengerti akan perubahan mood pada Nicole. Sebelumnya, istrinya itu baik-baik saja. Bahkan sebelum bulan madu, sang istri sangat sehat. Jika sebelum bulan madu, Oliver tahu Nicole kurang sehat, maka pasti dia akan menunda berbulan madu. Pria tampan itu tak mau sampai ada hal buruk yang menimpa istri tercintanya.Sayup-sayup mata Nicole mulai terbuka, perlahan tatapan mata Nicole menatap Oliver yang tengah memeluknya. Senyuman di wajah Nicole terlukis. Wanita itu langsung membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami.
Tubuh Oliver membeku. Manik mata cokelat gelap Oliver menatap terkejut benda pipih yang ada di tangannya. Debar jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya. Perasaannya campur aduk tak menentu. Dia meremas pelan hasil testpack itu. Otaknya berputar keras, mencerna semua ini. Dua garis merah menandakan di mana hasilnya adalah positive hamil. Tapi tunggu, jadi Nicole hamil? Tapi kenapa Nicole tidak cerita padanya? Raut wajah Oliver sangat kacau akibat dilanda kebingungan. Bahagia, kesal, bingung semuanya melebur menjadi satu. Rasanya tak mungkin Nicole menyembunyikan sesuatu darinya. Terlebih ini sangat penting. Beberapa detik, Oliver masih diam memikirkan semua ini. Hingga ketika sesuatu hal muncul di pikirannya, buru-buru dia membuka ponselnya, mencari di internet tentang ciri-ciri wanita hamil.Seketika mata Oliver menajam membaca di internet tentang ciri-ciri wanita hamil. Pria itu meremas kuat ponselnya. Ciri-ciri wanita hamil, persis seperti yang dialami Nicole belakangan ini
Oliver mengusap lembut perut Nicole yang masih rata. Tangan kokoh pria itu seakan tak mau lepas dari perut sang istri. Di kala pagi menyapa, Oliver sudah mengajak Nicole berkeliling hotel sebentar demi agar sang istri berjemur, dan sekarang Oliver bersama dengan Nicole sudah kembali ke kamar hotel mereka.Sejak Oliver tahu Nicole hamil, dia banyak mencari tahu banyak tentang wanita hamil. Seperti contoh wanita hamil bagus untuk berjemur di pagi hari. Tak hanya itu saja, Oliver bahkan meminta hotel menyiapkan chef khusus untuk Nicole. Semua makanan yang masuk di tubuh Nicole haruslah mengandung banyak vitamin.Oliver ingin memberikan yang terbaik untuk sang istri. Terlebih ini adalah kehamilan pertama istri tercintanya itu. Memang berkali-kali Nicole jengah dengan Oliver yang keterlaluan overprotective. Bahkan Nicole sampai kerap berdebat dengan Oliver, akibat pria itu yang sangat amat overprotective.Namun, Nicole tak bisa membatah. Jika Oliver sudah memberikan larangan, maka mau tak
“Sayang, mereka lucu sekali.” Nicole terkekeh melirik monyet yang sekarang ada di atas bahunya. Jika biasanya wanita sudah berteriak ketakutan karena didekati monyet, lain halnya dengan Nicole yang malah tekekeh geli di kala monyet naik ke atas bahunya.Monyet-monyet yang ada di Monkey Forest Sangeh itu jinak. Tak akan mungkin melukai pengunjung. Namun, meski jinak sejak tadi Oliver sudah menatap monyet yang ada di atas bahu Nicole dengan tatapan waspada dan tatapan tajam.Bayangkan saja, Oliver menatap monyet seperti menatap musuh bebuyutan. Padahal Nicole saja sama sekali tak takut pada monyet itu. Well, Oliver jelas khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada Nicole. Mungkin saja monyet itu akan mencakar istrinya. Jadi Oliver tetap wajib waspada.“Oliver, ayo ambil foto bersama monyet ini,” kata Nicole begitu riang, mengajak foto bersama. Oliver mengembuskan napas panjang mendengar permintaan konyol sang istri. Entah, Oliver tak mengerti kenapa malah istrinya itu menginginkan bertemu
Tanpa terasa, dua minggu Nicole dan Oliver berada di Bali. Mereka menikmati keindahan kota Bali yang indah memukau. Beberapa tempat-tempat wisata yang kerap dikunjungi para turis selalu Nicole dan Oliver datangi.Bulan madu mereka indah meski kerap diiringi perdebatan-perdebatan konyol seperti keinginan Nicole yang tak masuk akal sehat. Wanita itu kerap meminta hal-hal yang aneh seperti contoh di kala Nicole melihat motor, wanita itu malah ingin naik motor. Entah apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Nicole.Selama berada di Bali, Oliver selalu melatih kesabaran akibat permintaan aneh Nicole. Istrinya itu kerap meminta hal-hal aneh yang membuat Oliver sakit kepala. Jika tak dituruti, biasanya Nicole merajuk atau mogok makan. Hal itu yang membuat Oliver terkadang merasa tersudut, dan tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan istri tercintanya itu.Ngomong-ngomong, sampai detik ini Nicole dan Oliver belum sama sekali memberi tahu keluarga mereka tentang kehamilan Nicole. Me
Nicole duduk di ranjang sambil menikmati mushroom soup yang baru saja diberikan oleh pelayan. Dia ingin makan soup hangat yang segar. Sepulang dari pantai, Nicole bersama dengan sang suami langsung menuju kamar hotel mereka. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Nicole beruntung bisa makan sedikit demi sedikit. Trimester pertama, membuatnya mual luar biasa. Bahkan terkadang, Nicole sampai enggan untuk makan.Saat Nicole sudah tak ingin lagi mushroom soup, dia meletakan mangkuk itu ke atas meja, dan mengambil air putih, lalu meminum perlahan air putih itu. Nicole mengusap perutnya yang masih rata. Benaknya membayangkan perutnya sudah membuncit nanti. Well, Nicole yakin dia pasti akan seperti karung.“Nicole, kau belum minum vitaminmu.” Oliver menghampiri Nicole, mengambil obat di atas meja, dan memberikan pada Nicole.Nicole tersenyum seraya memakan obat itu. “Terima kasih selalu mengingatkanku untuk minum vitamin, Sayang.”Oliver duduk di samping Nicole dan membelai pipi sang istri d
Bern, Swiss. Nicole tersenyum hangat di kala tiba di kota yang sudah sembilan tahun dia tempati. Sebuah kota indah di Swiss yang dulunya Nicole pikir akan selamanya tinggal di sini. Memang, terkadang rencana tak pernah sesuai dengan takdir yang tertulis. Ya, kini Nicole bersama dengan Oliver sudah tiba di Bern. Mereka telah meninggalkan Bali. Well, tentu Nicole dan Oliver menggunakan pesawat pribadi. Permintaan Nicole naik pesawat komersial tak dituruti oleh OliverBukan Oliver tak menyayangi Nicole, malah sebaliknya—Oliver terlalu mencintai Nicole. Menggunakan pesawat kormesial dan juga kelas ekonomi akan membuat sang istri pastinya merasakan kelelahan. Terlebih jika pesawat itu penuh. Oliver tak membayangkan dirinya berada di tengah-tengah banyak orang.Angin berembus kencang menyentuh kulit Nicole. Udara segar di kota Bern membuat Nicole memejamkan mata. Tak menampik bahwa dia sangat merindukan kota ini. Wajar saja, sembilan tahun bukanlah waktu yang sebentar. Pun Nicole memutuska