Tanpa menjawab pertanyaan Zaneta, pria berwajah dingin dan arogan itu mendekatinya. Menatap wajah Zaneta lekat, dari kepala lalu di bagian bibir Zaneta yang menggoda dengan polesan lipstik berwana pink glosy, lalu turun ke dadanya. Lama dia menatap bagian tubuh Zaneta itu, membuat Zaneta merasa tak nyaman. Dan memundurkan tubuhnya. Dalam pikirannya dia sedang tak berada pada tempat yang tak aman baginya.Zaneta berniat pergi dan keluar dari kamar itu. Sayang, pintu kamar itu terkunci dari luar. Keringat dingin membasahi kening Zaneta. Sedang senyum seringai sang pria di hadapannya sungguh sangat menakutkan baginya.Tangan kekar pria itu meraih lengan Zaneta, dan menyeretnya paksa, membuat lengan Zaneta memerah."Apa yang sedang kau lakukan tuan?!" Zaneta berteriak, membuat pria itu emosi."Huh, ternyata kelinci kecil ini mempunyai suara yang sangat indah. Berteriaklah semau kamu nona Dawson, aku ingin melihat sampai di mana keberanian kamu menantang aku," ucap pria itu kasar dan
Pesawat pribadi itu mendarat di bandar internasional negara Spanyol. Pengaturan perjalanan Alden dari Robert berjalan sesuai rencana. Tanpa banyak bicara, pria arogan itu turun dari pesawat dan langsung dijemput beberapa pengawalnya. Mobil mewah berwarna hitam melaju kencang membelah jalanan pusat kota negara Spanyol. Menuju sebuah Mansion mewah yang terletak di pinggiran kota. Saat mobil berhenti tepat di depan gerbang, mansion mewahnya terlihat sepi.Alden pun turun dari mobil, memasuki ruangan di mana sebuah peti mati berada di tengah-tengah."Tuan," sambut seorang pelayan paruh baya, bertubuh tinggi. Pria arogan itu diam tak menjawab, dan hanya menatap tubuh kaku di dalam peti."Masih cantik, seperti dulu," gumamnya."Urus pemakaman ibu ku dengan baik. Aku ingin pemakaman ini dilakukan tertutup. Jangan sampai media setempat mengetahuinya.""Baik tuan, perintah anda akan saya lakukan."Setelah beberapa tradisi keagamaan diikuti, pemakaman sang ibu dilakukan di halaman belakang
Alden mengeratkan rahangnya menahan amarah. Bagaimana pun ini di luar dugaannya. Bagaimana seorang gadis bisa berani melompat ke laut dengan ketinggian kapal lebih dari 50 meter. Alden mengacak rambutnya frustasi. Sambil berteriak meluapkan emosinya.Robert hanya menatap bingung pria 29 tahun di hadapannya. Tiga hari yang lalu dengan arogannya dia tak memperdulikan gadis itu, apa lagi saat dia meninggalkannya gadis itu dalam keadaan memprihatinkan. "Tuan, meja makan malam anda sudah di siapkan. Apa anda perlu penambahan fasilitas lagi?"Seorang pelayan restoran VIP datang menghamoiri Alden. Karena dia tak ingin sesuatu kesalahan akan terjadi. Jadi, dia ingin memastikan apa yang dia siapkan sudah seperti keinginan sang Tuan."Batalkan semuanya!"Teriak Alden penuh emosi.Tanpa berkata lagi, pelayan itu memundurkan tubuhnya lalu berbalik pergi. Tak ingin mengambil resiko menjadi tujuan pelampiasan emosi sang Tuan."Tenanglah Alden, apa yang kau lakukan? Hanya karena gadis eh, bukan wan
Tiga malam sebelumnya.Zanet mendengar suara pria yang sudah menodainya semalam. Namun tubuhnya sangat sulit di gerakkan. Tubuhnya dipenuhi lebam, apalagi wajahnya. "Tuan, bagaimana dengan wanita ini. Apa yang saya harus lakukan untuknya?"Terdengar siara asistrn pribadinya bertanya. "Terserah." Jawaban singkat pria itu mampu mengiris-iris hati Zanet.Lima belas menit kemudian, tak terdengar apa pun lagi setelah bunyi pintu tertutup.Zanet berusaha membuka matanya, namun matanya terasa sangat perih. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya agar bisa berbaring miring. Sekuat tenaga, dia berusaha untuk bangun, namun apa daya kekuatanya selemah itu.Zanet menangis, meratapi nasibnya. Sungguh kelakuan Isabel sangat tak manusiawi. Jika dia merebut Gio darinya, Zanet sudah merelakannya. Siapa sangka perbuatannya saat ini sungguh di luar dugaan.Menjualnya pada pria arogan. Dan berakhir di atas ranjang yang sungguh kemewahan kamar ini sempat membuatnya takjub, tapi tidak lagi. Satu kata yang
ByuurrrrrTubuh Zaneta mendarat dengan sempurna di air laut. "Kau apa yang kamu lakukan di sini," gertak seorang pria pada Sarah."Maaf tuan, aku sudah berusaha untuk mencegahnya, namun dia masih berusaha untuk melompat." Sarah memberi alasan yang masuk akal."Ya sudah, kembalilah bekerja, mungkin gadis itu sudah bosan hidup, dia terjun ke laut."Diamond Cruises telah berlabuh kembali. Sememtara Zanet berusaha berenang ke tepi.Zanet berusaha berenang sebisa mungkin. Berenang memang kesukaannya sejak kecil. Namun berenang dengan tenaga yang masih belum pulih sepenuhnya membuat dia hanya bisa menggerakkan tanganya ke atas dan kebawah. Lama-lama tenaganya semakin lemah dan kemudian berhenti bergerak.****Di sebuah restoran di pinggir pantai seorang wanita paruh baya, berpenampilan cantik dan anggun sedang duduk menikamati kopinya.Dia menyesap capucino miliknya dengan perlahan."Hai mom, apa sudah lama menungguku?"Seorarng pria tampan datang menghampiri wanita paruh baya tadi yang ma
Kini setiap hari Edric semakin sering mengunjungi vila. Membuat nyonya Grasia dan suaminya menggeleng tak mengerti."Ada apa dengan putra kita, Grasia?"Nyonya Grasia menggeleng tak tahu harus menjawab apa pertanyaan suaminya.Ini hari ketiga Edric datang lagi mengunjungi Vila."Bagaimana keadaan gadis itu bu?""Masih sama sayang, dia belum juga sadarkan diri. Sementara ibu sudah menyuruh para suruhan ibu untuk mencari tahu latar belakang gadis itu. Tetap saja sama, tak ada yang mengenalnya sama sekali. Mungkin dia dari tempat yang jauh dari kota ini," ucap nyonya Grasia.Edric mengangguk tanda setuju. Tak ada tanda-tanda gadis itu mau bangun dari tidurnya.Edric masuk ke kamar di mana gadis itu tertidur."Sudah tiga hari, tapi kau masih belum mau bangun. Apa kau begitu lelah hingga matamu masih terus ingin tertidur. Kasihan sekali hidupmu. Seberapa berat hidupmu hingga kau begitu hebat menanggungnya, dan kemudian berakhir di sini?"Edric menatap wajah gadis yang masih terbaring itu. E
Tenaga Zanet masih melemah, sepertinya uncle Bily menyuntikkan sesuatu yang membuat dirinya kembali merasa mengantuk. Matanya perlahan terpejam kembali. Hingga mimpi datang menyapa tidurnya."Kenapa dia tertidur uncle? Sudah satu minggu ini kenapa dia belum juga sadar?""Biarkan dia beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya. Semakin lama beristirahat, akan lebih baik untuk pemulihannya.""Bagaimana keadaan gadis ini, maksudku apa pikirannya masih waras. Mungkin saja gadis ini lari dari rumah sakit jiwa. Kita tak ada yang tahu asal usulnya. Bagaimana bisa kalian dengan mudahnya membawanya masuk ke dalam rumah ini," ucap istri uncle Bily yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dimana Zanet terbaring."Tenanglah Liza, aku yakin gadis ini normal," jawab nyonya Grasia yang tak suka kakak iparnya datang dan berbicara mengada-ada.Nyonya Grasia tak pernah memiliki perasan negatif pada orang lain."Sudahlah, biarkan gadis ini beristirahat." Suami Grasia menenangkan dan meminta semua orang y
Edric mengernyitkan dahinya. Tak percaya seorang Alden menyebut kata gadis di bibirnya. Sungguh Edric merasa ada sesuatu yang terjadi pada Alden. Hingga dia berubah total. Jika biasanya pertemuan Alden dan Edric berbicara seputaran bisnis dunia, kali ini Edric harus merasa penasaran, urusan bisnis berhasil disingkirkan dengan sebutan seorang gadis."Seorang Alden menyebut 'mencari gadis' apa aku tak salah mendengar?" Sindir Edric secara halus.Alden menggeleng, kali ini dia benar-benar kehilangan fokusnya.Tapi melihat ekspresi wajah Alden, dia memang sedang resah memikirkan apa yang ada di dalam pikirannya. Sosok gadis seperti apa yang sanggup membuat Alden menjadi orang lain malam ini. Sifat arogan yang dominan berteriak keras di hadapan wajah orang dengan kasar, membuat Alden seakan membentengi dirinya dengan para gadis yang berusaha menggodanya. Tapi tidak untuk kali ini."Aku semakin penasaran, gadis seperti apa yang sedang kau pikirkan Alden. Tapi sebenarnya aku ragu, apakah gad
Zanet berusaha melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bukan saja pada pribadi sang pemiliknya, bagaimana mobil yang dia buat aman dan nyaman bagi keluarga. Edric membiarkan Zanet bekerja sendiri di ruangannya. Dia memilih tak menganggu Zanet. Sesekali dia mengunjungi Zanet untuk melihat sejauh apa yang sudah dia kerjakan."Bagaimana Zayn?""Aku sangat suka melakukan pekerjaan ini Edric, ini sangat menyenangkan bagiku."Zanet memulai memilih dan membentuk mesin-mesin. Di tangan Zanet yang begitu cekatan melakukannya, walau sudah lama tak memegang mesin lagi.Tapi bagi Zanet, semuanya begitu sangat mudah. Edric tak henti menggelengkan kepala. Bagaimana seorang wanita seperti Zanet lebih menyukai mesin dari pada menyukai barang-barang fashion pada umumnya. Sebuah hal langka.Setiap hari, nyonya Grasia dan tuan Marko bergantian datang melihat perkembangan pekerjaan Zanet. Keduanya sangat takjub, bagaimana Zanet begitu sangat senang dengan pekerjaannya. Beberapa barang juga didatangkan dar
"Tapi kau tak bercanda kan, Zayn?"Edric masih tak percaya dengan pendengarannya barusan."Jika kau tak percaya, kau bisa menghubungi kampusku dahulu. Aku yakin informasi tentangku masih ada di sana.".Tanpa berpikir panjang, Edric mengetikkan nama kampus yang disebut oleh Zanet. Dan meminta seseorang mencari tahu.TringLima belas menit kemudian seseorang mengirimkan informasi data lengkap milik Zanet dari kampusnya dahulu. Semuanya membuat Edric benar-benar tercengang. Tak menyangka jika Zanet memang lulusan terbaik seperti apa yang dikatakan olehnya."Kau benar Zayn, maaf jika aku sempat meragukanmu.""Tak apa-apa Edric, memang seharusnya begitu," jawab Zanet."Bagaimana kalau kau ikut dengan aku memulai sebuah bisnis yang tidak saja akan menyenangkan bagimu, tapi memang karena kau lulusan terbaik dan buktikan dirimu."Zanet terlihat berpikir sebentar, memandang langit malam yang semakin gelap, dan hanya api unggun di depan mereka yang masih menyala sebagai penerangan bagi mereka.
"Lelucon apa yang kalian buat? Sepertinya mommy sangat cemburu pada kalian," ucap Zanet berpura-pura memicingkan matanya."Ini urusan pria, mommy dilarang masuk."Axel tertawa bersama Edric. Keduanya sangat menikmati permainan yang mereka lakukan setengah jam yang lalu..Zanet sudah menyiapkan teh untuk Edric, dan segelas susu coklat untuk putranya. Ditambah biskuit kacang, buatan nyonya Grasia. Mereka menikmati senja di balkon vila . Dia tersenyum melihat ke dia pria di hadapannya. Rasanya sudah sempurna kebahagian yang dia rasakan."Bagaimana akhir pekan besok kita berkemah?" Usul Edric membuat Axel langsung antusias."Berkemah daddy? Aku suka. Kapan kita akan berangkat."Axel adalah anak laki-laki yang penuh kreatif. Dia suka jika di akhir pekan Edric mengajaknya dan Zanet untuk ke hutan yang tak jauh dari vila mereka. Di sana Axel bisa mengenal beberapa tumbuhan liar, dan jika beruntung mereka bisa melihat dengan jarak yang sangat dekat hewan hewan liar berkeliaran.Zanet menggele
Setiap bulan rutinitas Edric kini ada perubahan. Mengantar Zanet ke praktek dokter Gina. Menemaninya berjalan-jalan. Dan juga selalu mengawasi Zanet. Khawatir traumanya akan kambuh lagi, sesekali Edric membawa Zanet ke tempat Katy. Awalnya Zanet merasa canggung. Sesekali sikapnya berubah-ubah. Kadang dia menjadi Zanet yang penurut dan lembut. Tapi tiba-tiba akan berubah menjadi ganas dan mengamuk, lalu ketakutan sendiri. Edric sudah terbiasa dengan semua yang dilalui oleh Zanet. Dengan sabar dia menemani Zanet. Khawatir jika terjadi sesuatu pada kandungan Zanet.Dan kini kandungan Zanet masuk minggu yang ke 37. Kesehatannya stabil, dan semuanya berkat mommy Grasia yang selalu mengawasi perkembangan kandungannya. Jika dia tak bisa ikut memeriksakan kandungan Zanet, Dia akan bertanya pada Edric bahkan tak jarang menelpon dokter Gina. Apa yang harus dimakan dan yang tidak harus dimakan oleh Zanet. Hingga sedetail itu, mommy Grasia tak ingin kandungan Zanet bermasalah.Jadi Zanet tak me
"Alden?""Apa ada yang bisa aku bantu?"Alden mendekati kamar itu dan melihat ke dalam. Entah kenapa Alden sangat tertarik terus memperhatikan kamar itu. Seperti daya tarik seseorang yang tanpa sengaja dilihatnya saat itu sangat mengganggu pikirannya."Apa ada orang yang menempati kamar ini?"Alden menyusuri semua sudut di ruangan kamar ini. Tak ada apa-apa, apa yang dia inginkan dari kamar ini, dia juga tak mengerti."Ayo kita makan, perutku sudah sangat lapar," ajak Edric mengalihkan pembicaraan agar Alden tak berusaha masuk ke dalam kamar itu. Di dalam hati Edric merasa ingin sekali melindungi wanita di dalam kamar itu dari orang luar. Mengingat dia mulai trauma dengan keberadaan pria di hadapannya."Tidak Edric, aku hanya ingin mengatakan padamu, jadwal penerbangan sudah disiapkan oleh Robert untukku, satu jam lagi aku akan kembali pulang."Edric mengernyitkan dahinya."Secepat ini, apa kau sadar kita belum menyelesaikan urusan bisnis kita.""Aku memiliki urusan lain saat ini Ed
"Zanet sayang, jangan takut. Katy adalah sahabat mommy," ucap nyonya Grasia yang melihat kekhawatiran di mata Zanet."Mari kita mulai," ajak Katy mulai mendekati Zanet.Nyonya Grasia memilih mundur dan duduk agak jauh dari mereka."Mommy," lirih Zanet."Tak apa-apa sayang, percayalah Katy tak akan menyakitimu."Walau pun Zanet duduk tenang, tapi dalam hatinya dia sangat ketakutan. Tapi karena nyonya Grasia selalu tersenyum ke arahnya, Zanet mencoba lebih tenang lagi.Katy memulai mendekati Zanet, dan mengajaknya berbicara. Sebisa mungkin, Katy berusaha untuk membuat Zanet merasa rileks. Tapi tak semudah itu, berulang kali Zanet menolak. Apa pun yang Katy katakan, tak bisa dimengerti oleh Zanet. Hampir saja Katy sudah mulai putus asa. Seorang psikolog handal seperti Katy selalu memilik banyak cara untuk memenangkan hati pasiennya.Melihat wajah nyonya Grasia yang mengiba, Katy tak sampai hati. Dia kemudian berusaha kembali memberi ketenangan pada Zaneta. Mencoba mengajaknya berbicara p
Tak ada tanda-tanda ada seseorang yang menempati ruangan itu. Alden menyusuri setiap sudut ruangan dengan tatapan tajam. Berharap apa yang ada di dalam pikirannya adalah kenyataan. Yah, walaupun hanya menghabiskan satu malam dengan gadis Dawson itu, Alden benar-benar seperti sudah sangat mengenalnya lama. Bahkan jika dia hanya melihat bayangan hitam gadis itu."Apa yang sedang kau cari, Alden? Apa kau sudah melakukan kesalahan, sebab aku tak melihat di matamu kau sedang mencari seseorang. Namun hanya ada rasa bersalah di dalam pikiranmu."Alden mendengus kesal, lalu membanting pintu kamar dan berlalu pergi. Keluar dari area vila itu secepatnya. Edric hanya menggelengkan kepalanya. Dia sangat mengenal sifat sahabatnya itu. Tapi dalam hatinya dia juga penasaran. Kenapa kamar tamu menjadi kosong. Apa Zanet sudah pergi meninggalkan vila ini.Edric memilih untuk mengikuti Alden dahulu. Setelah itu baru dia akan bertanya pada mommy Grasia kemana gadis itu pergi. Dalam hati Edric sangat meras
"Zanet, bangun sayang. Apa kau baik-baik saja?" Suara lembut nyonya Grasia di telinganya membuat perlahan Zanet membuka matanya.Dikeliling ranjangnya keluarga Dixton menunggu Zanet sadar sudah lebih dari tiga puluh menit."Grasia, bisakah kau mengikuti aku sebentar?"Nyonya Grasia menatap penuh tanya pada uncle Bily.Di ruang kerja milik Marko uncle Bily duduk dan meminta nyonya Grasia mendengarkannya."Sepertinya, nona Zanet sedang mengandung. Namun dia belum menyadarinya. Aku membutuhkan seorang dokter kandungan agar bisa memeriksa kehamilannya."Mata nyonya Grasia membola. Rasa iba dan kasihan menjalar di dalam hatinya. Tak menyangka jika Zanet akan mengalami hal seberat ini. Usianya masih sangat muda. Tapi dia sudah merasakan kepahitan yang luar biasa."Saat ini Zanet membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya. Kondisinya saat ini sedang tak baik-baik saja, ada tanda tanda dia mengalami trauma berat. Jika tak segera ditangani, bisa saja dia akan depresi dan berakhir di rumah sa
Edric mengernyitkan dahinya. Tak percaya seorang Alden menyebut kata gadis di bibirnya. Sungguh Edric merasa ada sesuatu yang terjadi pada Alden. Hingga dia berubah total. Jika biasanya pertemuan Alden dan Edric berbicara seputaran bisnis dunia, kali ini Edric harus merasa penasaran, urusan bisnis berhasil disingkirkan dengan sebutan seorang gadis."Seorang Alden menyebut 'mencari gadis' apa aku tak salah mendengar?" Sindir Edric secara halus.Alden menggeleng, kali ini dia benar-benar kehilangan fokusnya.Tapi melihat ekspresi wajah Alden, dia memang sedang resah memikirkan apa yang ada di dalam pikirannya. Sosok gadis seperti apa yang sanggup membuat Alden menjadi orang lain malam ini. Sifat arogan yang dominan berteriak keras di hadapan wajah orang dengan kasar, membuat Alden seakan membentengi dirinya dengan para gadis yang berusaha menggodanya. Tapi tidak untuk kali ini."Aku semakin penasaran, gadis seperti apa yang sedang kau pikirkan Alden. Tapi sebenarnya aku ragu, apakah gad