Share

Salah paham

Penulis: Mom Aish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 23:52:56

Melati turun dari tangga. Sampai di bawah Andi sudah menunggunya dan mengantarnya ke meja makan di belakang. Di sana ada empat orang yang berdiri menatap Melati dengan tatapan aneh.

"Kamu Susternya Bu Sri?" tanya seorang wania paruh baya dengan kebaya dan rambut yang di sanggul ala kadarnya.

Melati hanya mengangguk lirih. Dia tidak berani mengucapkan yang sebenarnya pada barisan orang di hadapannya.

Andi menuntun Melati untuk duduk di kursi. Di hadapannya sudah ada berbagai kudapan makan malam.

Teman-temannya juga duduk. Mereka memperkenalkan diri masing-masing dan menceritakan kesan selama bekerja disini.

Tidak ada pengalaman buruk sedikitpun mereka rasakan disini. Bahkan keluarga mereka juga ikut merasakan kebaikan Bu Sri dan Pak Anjas.

Ingatan Melati kembali sepuluh menit yang lalu. Dia menebak kalau pernikahan ini juga bukan Pak Anjas yang mau. Dilihat dari betapa Pak Anjas mencintai istrinya tadi.

"Bu Sri sudah sehat belom?" tanya Mbok Darmi wanita berusia sekitar lima puluh tahun dengan baju kebaya kuno.

"Dereng, Bu Sri masih di tempat tidur, wajahnya pucat. Kalau boleh tau Bu Sri gerah nopo nggih?" tanya Melati lirih.

"Nggak tau pasti, katanya di santet orang," timpal Mbok Darmi.

"Hust, Mbok. ngawur ae!" Andi membentak si mbok.

Andi memberi kode agar tidak sembarangan mengatakan hal yang belum pasti. Meskipun bukan rahasia umum lagi kalau banyak orang yang iri akan keberhasilan Pak Anjas,

Selain Mbok Darmi dan Andi. Juga ada Pak Tejo dan Mbak Sarah. pak Tejo adalah supir pribadi sedangkan Mbak Sarah bertugas bersih-bersih rumah.

Selesai makan malam sekaligus berkenalan dengan teman-temannya. Mbak Sarah mengantarkan Melati ke kamarnya yang hanya bersebelahan dengan kamar Sarah.

Jam menunjukkan pukul sembilan. Rumah sudah sepi dan sebagian orang sudah terlelap. Namun tidak dengan Melati, matanya masih terjaga dan tidak mampu terpejam.

Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika rahasianya terbongkar. Calon istri muda Pak Anjas, bagaimana tanggapan teman-teman barnya nanti.

Memikirkan nasibnya esok hari membuat perutnya mendadak mules. Melati mengetuk kepalanya sendri, dia lupa tidak bertanya kamar mandi sebelumnya.

Melati membuka pintu. Kepalanya celingukan, mencari seseorang yang masih terjaga. Tidak ada sama sekali, bahkan setiap sudut ruangan hanya di terangi lampu redup.

Melati memberanikan diri untuk mengayunkan langkahnya. gadis itu menuju dapur dan mulai membuka tiap ruangan. Tapi tidak menemukan kamar mandi di sana.

Gadis itu malah menuju sebuah taman kecil yang berada di belakang dapur. Teringat di kampung halaman dengan ciri khas kamar mandi di luar, membuat Melati masuk ke taman itu dan mencari kamar mandi.

Melati terkejut, tiba-tiba mulutnya di bekap dari belakang dan tangannya di cengkram kuat. Orang itu membalikkan tubuh Melati.

"Arep maling yo!?" Seorang Pria melotot ke wajah Melati.

Melati meronta, mencoba melepaskan diri. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Suasana semakin riuh saat Pria itu berteriak kencang.

Satu persatu penghuni rumah keluar dari kamar masing-masing. Termasuk itu Pak Anjas. Mereka segera berlari menuju taman belakang.

Andi dan teman-temannya juga berlari tergopoh-gopoh menuju asal suara. Di sana mereka melihat Melati di dekap oleh putra pak Anjas yang bernama Agung.

Mata Melati sudah mengeluarkan air mata, Dia takut bercampur malu. Dekapan Agung juga sangat kuat, membuat leher dan tangannya sakit.

"Lepaskan dia!" Pak Anjas melangkah mendekat.

"Loh Pak, dek e arep maling!" Agung masih tidak mau melepaskan dekapannya.

"Mas Agung, dia Melati. Pembantu baru disini?" sahut Andi yang menundukkan kepalanya.

Seketika Agung melepaskan dekapannya. Dua orang pria dan seorang wanita keluar dari pintu dapur. Mereka menyipitkan mata saat melihat Melati.

"Pembantu baru?" ucap seorang pria memakai kaca mata, Dimas.

'Maaf Pak, saya tadi cari kamar mandi." Melati menahan air mata yang hendak melaju kian deras

"Sudah-sudah, ayo bubar! Sudah malam, jangan buat keributan," ucap Pak Anjas tegas.

Satu per satu masuk ke dalam rumah. Sarah menuntun Melati untuk kembali ke kamarnya setelah mengantarnya ke kamar mandi.

"Kalau ada pertanyaan panggil aju aja,jangan sungkan nggih," ucap Sarah sebelum menutup pintu kamarnya.

Melati masuk ke dalam kamar. Dia melihat lehernya yang memerah karena peristiwa tadi. Dirinya tidak menyangka akan terjadi hal yang memalukan malam ini.

Gadis itu memutuskan untuk berbaring di sofa dan mencoba untuk memejamkan matanya. Bayangan pria bernama Agung itu terus memenuhi isi kepalanya. Melati berusaha melupakan bayangan itu dan mencoba untuk tidur.

"Sejak kapan ada pembantu baru?" tanya Agung melempar pandangan ke arah tiga saudaranya.

"Mana aku tau, wong aku kalau pulang nggak pernah ngecek pembantu," sahut Dina, putri sulung Pak Anjas.

Tidak mau memperkeruh keadaan mereka masuk ke dalam kamar masing-masing. Mata mereka masih berat untuk terjaga. Keempat anak Pak Anjas memiliki tugas masing-masing.

Banyaknya bisnis yang berbeda membuat Pak Anjas memberi satu bisnis pada anaknya untuk di kembangkan. Mayoritas mereka bergerak di bidang liburan rekreasi yang saling berhubungan.

Yogyakarta memiliki banyak destinasi wisata membuat Pak Anjas memiliki beberapa hotel, rumah makan, dan tour travel.

Agung masih duduk di tepi ranjang. Rasa bersalah masih memenuhi isi kepalanya. Dari keempat anaknya, Agung yang memiliki rasa welas asih jauh dari ketiga saudaranya.

***

Hari yang cerah. Penghuni rumah mewah Pak Anjas mulai beraktivitas. Begitupun Melati, dia masih di dapur bersama Sarah. Menyiapkan beberapa menu sarapan.

Setelah semua siap, Sarah menyodorkan nampan yang berisi sarapan untuk Bu Sri. Tidak langsung berangkat, Melati masih berdiri dan menyiapkan mentalnya.

"Antar ini ke kamar Bu Sri! Kalau sudah selesai taruh di wastafel aja, biar aku yang beresin. Kamu fokus ke Bu Sri," ucap Sarah melempar senyum dan menjelaskan pekerjaan suster yang sebelumnya pada Melati.

"Baik Mbak," ucap Melati meraih nampan dan mulia berjalan menuju tangga.

Langkahnya terhenti saat Agung tiba-tiba datang menghalangi jalannya. Kali ini Melati benar-benar mengagumi ketampanan pria tersebut. Kulit putih bersih, postur tubuh tinggi tegap dan paras khas orang timur tengah.

"Maaf, apakah Den Agung membutuhkan sesuatu?" tanya Melati memberanikan diri menatap pria di hadapannya.

"Oh, enggak. Saya hanya mau minta maaf masalah tadi malam," jawab Agung menatap Melati penuh rasa bersalah.

"Tidak apa-apa Den, saya yang harusnya meminta maaf. Seharusnya Saya meminta Mbak Sarah untuk mengantarkan agar tidak terjadi salam paham seperti semalam." Melati menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah merah karena malu hingga tidak dapat menyusun kalimat dengan benar.

"Yaudah, untuk permintaan maaf, nanti malam aku ajak kamu jalan-jalan ya," ucap Agung mengulurkan tangannya.

"Jalan-jalan?" Jantung Melati seolah berhenti berdetak.

Bab terkait

  • Ranjang pelunas hutang   Menjaga jarak

    Melati mengayunkan langkah menaiki tangga. Kakinya berhenti di sebuah pintu yang masih tertutup rapat. Dengan ragu Melati mengetuk pintu tersebut.Seorang pria membuka pintu. Mata Melati membulat saat melihat tubuh gagah yang masih di balut handuk di depannya, rambut ikalnya yang basah membuat pria itu terlihat lebih menawan.Meskipun usianya sudah kepala empat, tubuh Pak Anjas masih terjaga. Tidak kalah seperti ketiga putranya, jika semua pria dewasa seperti ini. Pasti para perjaka tidak akan laku."Masuk!" Pak Anjas membuka pintu. Punggung lebar itu menjauh dan menghilang di balik pintu. Melati segera duduk di lantai dan membantu Bu Sri untuk bangun dan bersandar pada tumpukan bantal."Sarapan dulu Bu." Melati mulai menyendok bubur.Bi Sri membuka mulut dan melahap bubur itu. Wajah wanita tersebut masih cantik meskipun sedikit pucat. Melati bisa membayangkan bagaimana pasangan suami istri dulu. Pasti mereka adalah orang paling bahagia di dunia."Sudah punya pandangan kampus?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ranjang pelunas hutang   tawaran menggiurkan

    Dina dan Dimas melangkah menuruni tangga dan mendekati Bagus yang masih berdiri di samping Melati. Dina dan Dimas menatap lekat Melati, keduanya seperti tidak dapat menerima kehadiran wanita kampung itu."Mau joging juga?" tanya Bagus melempar pandangan ke arah Dina dan Dimas."Nggak Mas, kita mau ke kampus ada urusan mendadak." Dina menatap sinis Melati."Sekalian bawa Melati sama kalian dong, siapa tau dia minat sekampus sama kita." Bagus menepuk pundak Dimas."Mas, yang bener aja. Kampus kita kan!?" ucapan Dia terhenti saat Dimas menginjak kaki Dina."Oke Mas, tapi nggak sekarang. Kita masih ada urusan. Lain waktu kita akan bawa Melati ke kampus," ucap Dimas mengedipkan matanya ke arah Dina. Memberikan kode agar gadis itu tetap menjaga emosinya.Dimas dan Dina pamitan, mereka mencium tangan Bagus sebelum berangkat. Diikuti Bagus melangkah di belakangnya kedua adiknya menuju pintu keluar.Dari arah belakang, Andi menepuk pundak Melati yang membuat wanita tersebut terkejut dan tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Ranjang pelunas hutang   Pria tua itu suamiku

    "Mau atau tidak, kau harus mau menikah dengan Pak Anjasmoro!" suara monoton itu masih terngiang di telinga Melati.Melati duduk di ranjangnya. Buliran bening terus mengalir di pelupuk matanya. Dia tidak percaya hidupnya akan hancur secepat ini.Setelah penikahan kedua Papanya, dia pikir wanita yang selama ini dia anggap baik ternyata malah menjadi mimpi buruknya, Tante Mira. Wanita yang baru saja satu tahun masuk kedalam kehidupannya dan berhasil merusak semua mimpinya. "Sudah terima saja saran dari Papa, Pak Anjasmoro itu orang kaya. Kamu akan hidup bahagia di sana," ucap Mira mengelus pucuk kepala Melati.Mulut Melati hanya mengatup rapat mendengar ucapan Wanita dengan muka dua di depannya. Terima, bagaimana bisa dia menerima pria yang akan menjadi suaminya dengan jarak umur cukup jauh? 20 tahun lebih tua.Pria yang lebih pantas dia panggil Papa, malah akan menjadi suaminya. Bisakah dia menjalani sebuah pernikahan seperti ini?"Maa, aku pegen sendiri." Melati memalingkan wajahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ranjang pelunas hutang   Tegar

    "Melati, duduk sini Nak," ucap Joko lembut dan tersenyum bangga.Melati duduk di samping Joko dan Mira. Gadis itu menegakan hatinya saat melihat calon suaminya. Penampilannya jauh dari bayangannya. Bukankah Pak Anjasmoro orang kaya. Tapi kenapa penampialnnya seperti ini."Maaf, tidak bisa lama-lama. Saya izin membawa Mbak Melati sekarang," ucap seorang pria dengan seragam hitam. Dilihat dari penampilannya, dia seorang supir pribadi.Dari arah lain Mawar datang membawa nampan yang berisi kopi dan sengaja menjatuhkan diri agar kopi panas itu tumpah ke dua pria itu. "Mawar!" Joko dan Mira segera bangkit dan membersihkan baju doa orang tamu."Maaf Pak," ucap Mawar melenggang pergi begitu saja."Maafkan putri saya ya Pak," ucap Mira erasa bersalah."Tidak apa-apa Bu, saya permisi sekarang," ucap sang supir."Kita tidak punya banyak waktu, bawa barangmu ke mobil," ucap satu pria lain melempar pandangan ke arah Melati."Inggih Pak," jawab Melati patuh.Gadis itu menyeret koper keluar rumah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ranjang pelunas hutang   Menuju hidup baru

    Pesawat mendarat. Satu persatu penumpang turun. Raya membantu Melati membawa kopernya."Nanti Mbak di jemput sama orangnya Pak Anjas di luar." Raya menyeret koper dan berhenti di pintu kaca."Mbak sudah kenal sama Pak Anjas?" Melati memberanikan diri bertanya."Inggih Mbak. Papa saya bekerja lama sama beliau. Dia orang yang sangat baik, beliau membiayai sekolah saya sampai lulus dan mencarikan saya pekerjaan. Pekerjaan ini contohnya." Raya menjelaskan dengan wajah riang.Melihat ekpresi Raya, seharusnya Pak Anjas adalah sosok pria yang baik dan bijaksana. Tapi, kenpa dia memilih wanita untuk menjadi istrinya dengan umur yang terpaut jauh."Kalau istrinya Pak Anjas?" lanjut Melati bertanya sambil memainkan ujung bajunya.Mata Raya membulat, dia dengar Ndoro Sri sedang sakit keras dan membutuhkan perawatan khusus. Terdengar kabar juga kalau Ndoro Sri mencari wanita untuk mengganti posisinya."Jangan-jangan njenengan!?" Raya menutup mulutnya."Matur Suwun Nggih Nduk Raya," ucap Andi, utu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Ranjang pelunas hutang   tawaran menggiurkan

    Dina dan Dimas melangkah menuruni tangga dan mendekati Bagus yang masih berdiri di samping Melati. Dina dan Dimas menatap lekat Melati, keduanya seperti tidak dapat menerima kehadiran wanita kampung itu."Mau joging juga?" tanya Bagus melempar pandangan ke arah Dina dan Dimas."Nggak Mas, kita mau ke kampus ada urusan mendadak." Dina menatap sinis Melati."Sekalian bawa Melati sama kalian dong, siapa tau dia minat sekampus sama kita." Bagus menepuk pundak Dimas."Mas, yang bener aja. Kampus kita kan!?" ucapan Dia terhenti saat Dimas menginjak kaki Dina."Oke Mas, tapi nggak sekarang. Kita masih ada urusan. Lain waktu kita akan bawa Melati ke kampus," ucap Dimas mengedipkan matanya ke arah Dina. Memberikan kode agar gadis itu tetap menjaga emosinya.Dimas dan Dina pamitan, mereka mencium tangan Bagus sebelum berangkat. Diikuti Bagus melangkah di belakangnya kedua adiknya menuju pintu keluar.Dari arah belakang, Andi menepuk pundak Melati yang membuat wanita tersebut terkejut dan tidak

  • Ranjang pelunas hutang   Menjaga jarak

    Melati mengayunkan langkah menaiki tangga. Kakinya berhenti di sebuah pintu yang masih tertutup rapat. Dengan ragu Melati mengetuk pintu tersebut.Seorang pria membuka pintu. Mata Melati membulat saat melihat tubuh gagah yang masih di balut handuk di depannya, rambut ikalnya yang basah membuat pria itu terlihat lebih menawan.Meskipun usianya sudah kepala empat, tubuh Pak Anjas masih terjaga. Tidak kalah seperti ketiga putranya, jika semua pria dewasa seperti ini. Pasti para perjaka tidak akan laku."Masuk!" Pak Anjas membuka pintu. Punggung lebar itu menjauh dan menghilang di balik pintu. Melati segera duduk di lantai dan membantu Bu Sri untuk bangun dan bersandar pada tumpukan bantal."Sarapan dulu Bu." Melati mulai menyendok bubur.Bi Sri membuka mulut dan melahap bubur itu. Wajah wanita tersebut masih cantik meskipun sedikit pucat. Melati bisa membayangkan bagaimana pasangan suami istri dulu. Pasti mereka adalah orang paling bahagia di dunia."Sudah punya pandangan kampus?" tanya

  • Ranjang pelunas hutang   Salah paham

    Melati turun dari tangga. Sampai di bawah Andi sudah menunggunya dan mengantarnya ke meja makan di belakang. Di sana ada empat orang yang berdiri menatap Melati dengan tatapan aneh."Kamu Susternya Bu Sri?" tanya seorang wania paruh baya dengan kebaya dan rambut yang di sanggul ala kadarnya.Melati hanya mengangguk lirih. Dia tidak berani mengucapkan yang sebenarnya pada barisan orang di hadapannya.Andi menuntun Melati untuk duduk di kursi. Di hadapannya sudah ada berbagai kudapan makan malam. Teman-temannya juga duduk. Mereka memperkenalkan diri masing-masing dan menceritakan kesan selama bekerja disini.Tidak ada pengalaman buruk sedikitpun mereka rasakan disini. Bahkan keluarga mereka juga ikut merasakan kebaikan Bu Sri dan Pak Anjas.Ingatan Melati kembali sepuluh menit yang lalu. Dia menebak kalau pernikahan ini juga bukan Pak Anjas yang mau. Dilihat dari betapa Pak Anjas mencintai istrinya tadi."Bu Sri sudah sehat belom?" tanya Mbok Darmi wanita berusia sekitar lima puluh tah

  • Ranjang pelunas hutang   Menuju hidup baru

    Pesawat mendarat. Satu persatu penumpang turun. Raya membantu Melati membawa kopernya."Nanti Mbak di jemput sama orangnya Pak Anjas di luar." Raya menyeret koper dan berhenti di pintu kaca."Mbak sudah kenal sama Pak Anjas?" Melati memberanikan diri bertanya."Inggih Mbak. Papa saya bekerja lama sama beliau. Dia orang yang sangat baik, beliau membiayai sekolah saya sampai lulus dan mencarikan saya pekerjaan. Pekerjaan ini contohnya." Raya menjelaskan dengan wajah riang.Melihat ekpresi Raya, seharusnya Pak Anjas adalah sosok pria yang baik dan bijaksana. Tapi, kenpa dia memilih wanita untuk menjadi istrinya dengan umur yang terpaut jauh."Kalau istrinya Pak Anjas?" lanjut Melati bertanya sambil memainkan ujung bajunya.Mata Raya membulat, dia dengar Ndoro Sri sedang sakit keras dan membutuhkan perawatan khusus. Terdengar kabar juga kalau Ndoro Sri mencari wanita untuk mengganti posisinya."Jangan-jangan njenengan!?" Raya menutup mulutnya."Matur Suwun Nggih Nduk Raya," ucap Andi, utu

  • Ranjang pelunas hutang   Tegar

    "Melati, duduk sini Nak," ucap Joko lembut dan tersenyum bangga.Melati duduk di samping Joko dan Mira. Gadis itu menegakan hatinya saat melihat calon suaminya. Penampilannya jauh dari bayangannya. Bukankah Pak Anjasmoro orang kaya. Tapi kenapa penampialnnya seperti ini."Maaf, tidak bisa lama-lama. Saya izin membawa Mbak Melati sekarang," ucap seorang pria dengan seragam hitam. Dilihat dari penampilannya, dia seorang supir pribadi.Dari arah lain Mawar datang membawa nampan yang berisi kopi dan sengaja menjatuhkan diri agar kopi panas itu tumpah ke dua pria itu. "Mawar!" Joko dan Mira segera bangkit dan membersihkan baju doa orang tamu."Maaf Pak," ucap Mawar melenggang pergi begitu saja."Maafkan putri saya ya Pak," ucap Mira erasa bersalah."Tidak apa-apa Bu, saya permisi sekarang," ucap sang supir."Kita tidak punya banyak waktu, bawa barangmu ke mobil," ucap satu pria lain melempar pandangan ke arah Melati."Inggih Pak," jawab Melati patuh.Gadis itu menyeret koper keluar rumah

  • Ranjang pelunas hutang   Pria tua itu suamiku

    "Mau atau tidak, kau harus mau menikah dengan Pak Anjasmoro!" suara monoton itu masih terngiang di telinga Melati.Melati duduk di ranjangnya. Buliran bening terus mengalir di pelupuk matanya. Dia tidak percaya hidupnya akan hancur secepat ini.Setelah penikahan kedua Papanya, dia pikir wanita yang selama ini dia anggap baik ternyata malah menjadi mimpi buruknya, Tante Mira. Wanita yang baru saja satu tahun masuk kedalam kehidupannya dan berhasil merusak semua mimpinya. "Sudah terima saja saran dari Papa, Pak Anjasmoro itu orang kaya. Kamu akan hidup bahagia di sana," ucap Mira mengelus pucuk kepala Melati.Mulut Melati hanya mengatup rapat mendengar ucapan Wanita dengan muka dua di depannya. Terima, bagaimana bisa dia menerima pria yang akan menjadi suaminya dengan jarak umur cukup jauh? 20 tahun lebih tua.Pria yang lebih pantas dia panggil Papa, malah akan menjadi suaminya. Bisakah dia menjalani sebuah pernikahan seperti ini?"Maa, aku pegen sendiri." Melati memalingkan wajahnya.

DMCA.com Protection Status