Seketika Sean beranjak dari duduknya. Dia merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh pertanyaan sang istri. "Hentikan omong kosong mu itu!" ujar Sean penuh kemarahan."Dan aku tidak setuju jika anakku menjadi anakmu!" sahut Dave dengan tegas."Apa kalian berdua akan mengumumkan pada dunia jika kalian berselingkuh di belakangku, dan membuat malu keluarga besar kalian?" tanya Sean seraya menatap Celine dan Dave secara bergantian.Dave meraih kerah baju adiknya. Tatapan matanya menghunus pada sang adik, seraya berkata,"Kamu mengancam ku?!""Hentikan pertengkaran kalian! Kita bicarakan nanti, setelah aku dan bayiku keluar dari rumah sakit!" sahut Celine dengan tatapan kesalnya pada kedua kakak beradik tersebut.Sean menyeringai. Dia menghempaskan kedua tangan kakaknya, dan menatapnya dengan penuh permusuhan. Putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, merasa bahwa sang istri berada di pihaknya. Dengan sangat percaya diri, dia mendekati istrinya, dan merangkul pundaknya, dan berkata,"
Raisa merasa frustasi saat ini. Pasalnya, tes DNA yang dilakukannya bukan milik bayinya, melainkan bayi Celine dengan Sean. Akan tetapi, hasil dari tes DNA tersebut menyatakan jika bayi Celine bukan anak kandung dari Sean. Hal itu membuatnya bingung dan menggagalkan rencananya. "Bagaimana bisa hasilnya tidak cocok? Apa bayi itu hasil dari pria selingkuhannya?""Tidak ku sangka dengan penampilannya yang lugu itu, dia berani berselingkuh di belakang Sean," sambungnya sambil terkekeh.Tiba-tiba saja terlintas sebuah rencana yang bisa membuatnya tetap berada di sisi Sean. Bibirnya melengkung ke atas, dan berkata,"Jika bayi itu bukan anak kandungnya, maka posisi bayiku sama dengan bayi itu. Ini kesempatan besar buatku. Aku harus bisa merebut posisinya sebagai menantu keluarga Mayer."Saat itu juga, dia sibuk menyusun rencana untuk bisa tetap berada di samping Sean, dan menjadi wanita kesayangannya, seperti sebelumnya.Pikiran Raisa hanya dipenuhi dengan ambisinya. Sama sekali dia tidak m
"Dave. Dia pasti akan pergi ke kamar adik iparnya. Aku harus bisa bertemu dengan Sean. Aku yakin jika dia ada di kamar inap istrinya. Aku akan memberitahukan padanya kenyataan tentang bayi yang dilahirkan oleh istrinya. Aku yakin Sean akan sangat marah padanya. Dan aku akan membuat Sean meninggalkannya," gumam Raisa di dalam kamarnya.Wanita yang merupakan selingkuhan dari putra kedua keluarga Mayer itu, kembali menghubungi prianya. Dia kembali menelan kekecewaan karena sang kekasih tidak bisa dihubunginya. Kemarahannya kembali meluap saat ini. Satu per satu keberuntungan yang didapatkannya, kini seolah pergi meninggalkannya. Dalam ruangan yang sunyi, tanpa satu orang pun yang menemaninya, wanita berobsesi tinggi itu, memikirkan kembali rencana yang akan dilakukannya agar bisa masuk ke dalam keluarga Mayer.Tiba-tiba dia dikejutkan dengan masuknya sang dokter dan perawat yang akan memeriksa kondisinya."Kondisi anda semakin membaik. Tetap patuhi apa yang saya beritahukan tempo hari a
"Bayi anda tampan sekali," ucap sang dokter seraya memberikan bayi yang digendongnya pada Celine.Mata menantu keluarga Mayer itu berbinar melihat bayi mungil dalam gendongannya. Bahkan senyumannya memperlihatkan betapa bahagianya dia saat ini.Dave segera menghampiri sang adik ipar yang sedang menggendong bayi mereka. Binar kebahagiaan dari mata Dave terlihat begitu jelas. Bahkan dari senyumannya terlihat sangat bahagia, tidak kalah dengan kebahagiaan dari ibu bayi tersebut."Tampan. Sangat tampan sekali dia," ujar Dave tanpa mengalihkan pandangannya dari bayi mungil itu.Sean menatap kesal pada Dave yang seolah mencuri start darinya. Merasa tidak mau kalah dari sang kakak, dia pun merangkul pundak istrinya, seraya berkata,"Benar-benar tampan. Mirip sekali denganmu, Sayang. Bayi ini membuktikan betapa cantik ibunya."Ucapan Sean membuat dokter dan perawat yang berada di hadapan mereka tersenyum malu, menyaksikan betapa romantis dan sayangnya seorang Sean pada sang istri.Tujuan Sean
Raisa benar-benar sangat frustasi saat ini. Semua cara sudah dilakukannya untuk bisa bertemu dengan kekasihnya. Akan tetapi, semua usahanya berakhir sia-sia. Begitupula usahanya untuk mencari tahu tentang kamar yang dihuni oleh Celine dan bayinya. Semua usahanya tidak ada yang membuahkan hasil, sehingga amarahnya tidak bisa dikendalikan lagi.Setelah beberapa hari berlalu, Celine dan bayinya diperbolehkan pulang ke rumah. Ibu dan anak tersebut, disambut hangat oleh kedua keluarga besar mereka. Bahkan Anna telah menyiapkan pesta penyambutan untuk merayakan kelahiran penerus keluarga Mayer.Berbeda dengan kondisi Celine dan bayinya. Raisa masih harus dirawat di rumah sakit lebih lama lagi karena merasakan efek samping dari operasinya. Sedangkan bayinya juga masih harus menerima perawatan lebih lanjut, karena kondisinya yang masih belum ada peningkatan.Tepuk tangan riuh mengiringi kedatangan Celine dan bayinya di kediaman keluarga Mayer. Sambutan para tamu kelas atas yang berpenampilan
Di tengah keramaian pesta, wanita yang berpenampilan elegan dari keluarga William, sedang memikirkan tawaran yang diberikan oleh calon adik iparnya.Tatapan matanya mengarah pada sosok pria yang diakuinya sebagai calon suaminya. Dave Mayer, putra pertama dari keluarga Mayer itu, terlihat sangat bahagia menggoda bayi mungil yang sedang digendong oleh adik iparnya.Melihat aura kebahagiaan dua saudara ipar tersebut, membuat kekesalannya semakin bertambah. "Sepertinya aku harus mengambil tawaran darinya," gumam Sheila, seraya melihat Sean yang berdiri di samping istrinya, sedang tersenyum padanya.Wanita yang berambut burgundy panjang itu, mengangkat gelas yang dipegangnya, seolah memperlihatkan pada pria yang memberinya tawaran untuk menjadi partnernya. Sean pun tersenyum, seraya mengangkat gelasnya sebagai tanda bersatunya mereka."Jika bukan karena Dave selalu menghindari ku untuk bersama dengan istrimu, aku tidak akan menerima tawaranmu. Dasar serigala licik," ucapnya lirih dengan t
Celine, wanita yang menjadi ratu dalam pesta tersebut, merasa syok mendengar Sheila mengumumkan pernikahannya dengan Dave di hadapan semua orang. 'Aku tahu ini pasti akan terjadi, tapi kenapa hatiku merasa sakit sekali? Apa karena Dave adalah ayah kandung dari anakku? Tidak. Aku tidak boleh percaya begitu saja pada siapa pun. Aku harus bisa memastikannya sendiri,' batinnya seraya menatap nanar pada kakak iparnya yang sedang menarik tangan calon istrinya keluar dari area pesta.Hatinya bergejolak antara tidak bisa merelakan sang kakak ipar menikah dengan wanita lain, atau mencoba bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi. Kebimbangan hatinya membuat wanita yang baru saja melahirkan itu, tidak tenang dalam melakukan apa pun."Sepertinya kita harus bersiap untuk acara pesta pernikahan Dave dan Sheila."Suara seorang pria yang berstatus suaminya telah memecah kesunyian dalam hatinya. Tanpa berpikir, dia pun berkata,"Apa aku harus datang?"Kedua tangan Sean memegang pundak sang istri,
Dave mengeram marah pada wanita yang mengaku sebagai calon istrinya. Dia menatap sang wanita dengan penuh kebencian. Akan tetapi, dia masih sadar jika seorang Dave Mayer tidak akan pernah menampar atau pun memukul wanita. Dengan kemarahan yang sudah merajai hatinya, putra pertama dari keluarga Mayer itu, meninggalkan sang wanita tanpa mengatakan apa pun padanya. Langkah lebarnya yang begitu cepat, seolah menyatakan betapa besarnya kemarahan yang dirasakannya."Dave!""Sayang! Tunggu aku!""Dave!"Sheila mencoba mengejar prianya seraya memanggil-manggil nama sang pria, berusaha untuk menghentikan langkahnya. Sayang sekali sepatu high heels yang dipakainya dengan hak setinggi sembilan sentimeter, sama sekali tidak membantunya. Hak sepatunya mendarat tidak tepat ketika berlari. Sehingga dia jatuh, dan pergelangan kakinya sakit karena terkilir. "Awww!""Sial! Kenapa aku memakai sepatu ini! Harusnya aku memakai sepatu dengan hak yang lebih rendah!" umpatnya seraya meringis kesakitan meme
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in