RUMOR SEPATU WANITA!
"Ah iya aku ingat hari itu memang Tuan Lukas sangat aneh. Bahkan dia selalu kalah main game," gumam Davina."Apakah itu yang menyebabkan aku dan dia bisa dalam satu hotel bersama?" gumam Davina."Itu sih karena karyawan lain bersekongkol. Akhirnya Tuan Lukas mabuk, jika tidak begitu mana mungkin dia bisa di kalahkan," jelas Gina."Masalahnya Tuan Lukas itu sangat kuat mabuk. Mengapa dia bisa sampai tak ingat siapa yang memperkosanya? Bahkan dia minum banyak alkohol dan pergi keluar restoran dengan tegap tak oleng. Tapi saat dia membuka matanya dia sudah berada di hotel, bahkan dia tidak ingat setelah minum-minum dan saat sadar ternyata dia sudah menghabiskan malam bersama seseorang wanita yang hanya meninggalkan sebelah sepatunya. Lucu bukan?" sambung Gina."Gila juga ya kalau itu benar," sahut Eca."Iya betul sekali itu. Menurutku ini kejadian yang sangat menarik," sahut Davina asal menimbrung saja agar tak menimbulkan kecurigaan."Tunggu!" tegas Eca."Apalagi?" tanya Gina."Ada satu hal yang harus digarisbawahi dalam acara makan malam itu kalian ingat lagi. Acara itu berjalan saat hari Jumat kan? Itu tepat saat sebelum weekend. Tapi berita Tuan Lukas di perkosa sudah tersebar di kantor sejak hari Senin pagi. Padahal kalau di logika, saat kejadian itu tidak ada saksinya. Lalu kenapa bisa menyebar secepat ini?" ucap Eca."Itu semua karena kepala HRD mendengar sendiri presiden direktur Lukas mengatakan itu kepada personal asistennya, saat di kamar mandi. Nah, salah satunya tentang Tuan Lukas diperkosa. Kau tau sendiri kan bagaimana mulut direktur itu? Sehingga kabar ini langsung menyebar cepat di kantor. Bahkan kabarnya berhasil di sebarkan luaskan lagi, dari salah satu karyawan kita yang menghabiskan malam dengan membooking satu hotel hanya beda lantai dengan Tuan Lukas. Dan dia benar-benar melihat Tuan Lukas saat cek out," jawab Gina."Lalu apakh dia melihat sosok yang katanya adalah wanita pemberani yang sudah menerkam Tuan Lukas saat dia mabuk?" tanya Davina."Sayangnya tidak. Dia hanya melihat Tuan Lukas keluar dari hotel sendiri. Bayangkan betapahebatnya netizen kita kan ya? Apalagi netizen karyawan kantor, karena dalam waktu kurang sehari berita itu menyebar dengan begitu cepat. Tapi apa benar wanita itu karyawan perusahaan kita ya," jelas Gina si ratu biang gosip."Akan sangat sulit jika begitu untuk mencarinya," ucap Eca."Nah itu masalahnya. Katanya Tuan Lukas benar-benar tidak ingat apapun tentang wanita itu, karena dia terlalu banyak minum. Tapi dia sangat ingat wanita binal itu mengenakan id card leher dengan logo perusahaan kita. Dan itu kartu pegawai wanita dengan ciri khas, devisi khusus di bawah pimpinannya. Dan bisa di pastikan itu adalah perusahaan milik kita," terang Gina."Wah berarti wanita itu benar orang dari perusahaan kita. Tak mungkin kan Tuan Lukas lupa dengan logo perusahaannya sendiri," gumam Eca."Kalau Tuan Lukas tidak salah ingat berarti sangat mudah sebenarnya mencari wanita itu. Apalagi pernah tidur bersama, setidaknya dia hafal kan aroma tubuh wanita itu," sambung Eca."Ah benar juga ucapanmu. Oh iya ada satu lagi yang menarik dia mengenakan high heels merah," kata Gina. 'Deg' Jantung Davina seakan berhenti."Benarkah? Mengapa wanita itu meninggalkan salah satu sepatu heels yang berwarna merah? Bukankah itu lucu? Dia kan bukan Cinderella. Mengapa harus meninggalkan dengan sengaja salah satu sepatunya. Aneh sekali, terkesan ingin sekali di cari," gumam Eca."Ngomong-ngomong apa kalian tahu siapa yang memakai berwarna merah cerah di devisi Tuan Lukas?" tanya Eca."Entahlah. Menurutku karyawan divisi kita kan lebih di dominasi oleh wanita. Jadi sangat banyak yang menggunakan heels itu. Jadi kalaupun ada pasti tidak hanya satu dua orang kan?" jawab Davina mulai menimbrung karena dia penasaran juga dengan apa yang terjadi."Ah benar juga. Kalau kita tahu siapa saja yang suka memakai sepatu merah, kemungkinannya kan jadi mengecil dan kita bisa mulai menebaknya. Mengapa tidak ada orang yang ingat ya," ujar Eca menghabiskan suapan terakhir makan siangnya."Benar juga. Apalagi tidak sedikit sekarang wanita yang menyukai warna-warna mencolok dan cerah. Kalaupun ada tak mungkin satu orang yang suka mengenakan sepatu warna merah itu. Apalagi ini mendekati festival imlek, jadi akan banyak wanita menggunakan sepatu merah, kan," ucap Davina."Benar juga," sahut Eca."Kalau kita tahu kemungkinannya hanya wanita pemberani yang suka warna merah, namun karena ada event imlek maka akan semakin banyak orang yang menggunakan sepatu atau atribut warna merah," terang Davina."Apa tidak ada orang yang ingat ya siapa saja orang di kantor ini yang suka mengenakan sepatu warna merah," gumam Gina."Sebentar! Omong-omong hari jumat itu, Davina kan datang juga? Dia terlalu mabuk karena di rumahnya banyak masalah. Apakah kau bisa pulang?" tanya Eca."Hah? Apa?" sahut Devina terkejut."Eh kenapa kau kaget kayak begitu? Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Eca khawatir."Ti-tidak kok. Soalnya tiba-tiba kepalaku mendadak pusing sekarang," terang Davina."Coba ingat-ingat lagi," perintah Eca."Hari itu Devina kan minum banyak sekali kan? Karena bertengkar dengan Ibunya. Jadi aku sebenarnya berencana untuk mengantar Davina pulang. Aku keasikan mengobrol dengan Inggit, sampai lupa Davina. Tetapi sesaat sebelum acara selesai, ternyata kau sudah pergi dan menghilang. Makanya aku agak khawatir," ujarnya."Kau tak usah khawatir, Eca. Kau tahu sendiri kan? Aku cukup kuat minum alkohol. Kau jadi tak perlu repot-repot mengantarkan aku? Aku tidak terlalu mabuk kok malam itu. Jadi aku juga bisa pulang sampai ke rumah sendiri dengan selamat," papar Davina."Oh ya?" tanya Eha."Iya, apa kau tak percaya padaku?" sahut Davina."Syukurlah kalau begitu," ujar Eca lega. Eca pun terdiam. Dia menatap Davina dari atas sampai bawah. Sepertinya ada sesuatu yang kurang, tapi dia juga tak tahu apa. Kemudian dia melihat lagi Davina dan penampilannya dengan seksama. Dia melihat ada sesuatu yang ganji. Davina sedang gugup."Kenapa kau menatapku seperti itu, Eca? Apakah ada yang salah dengan penampilanku," kata Davina sambil salah tingkah sendiri."Tidak. Hanya saja penampilanmu aneh sekali hari ini. Apakah kau tidak kepanasan?" tanya Ecan."Hah?" sahut Davina."Benar juga. Ini kan musim panas, bukan musim penghujan. Ini musim kemarau kan? Suhunya bahkan bisa mencapai tiga puluh delapan derajat Celcius. Kenapa kau memakai blus lengan panjang?" tanya Gina menyadarinya.AKAN KAH TERBONGKAR SAAT INI JIKA WANITA ITU ADALAH DAVINA?BERSAMBUNGHalo Kakak baca novelku yang lain juga ya dengan judul "JADI MISKIN DI HADAPAN MERTUA".Novel seru tentang perdebatan mertua menantu tetap mengandung nilai mental health dan menghadapi mertua kolot serta suami yang terus- terusan membela Ibunya daripada istrinya! Happy reading ❤️Cerita tentang perjuangan wanita mempertahankan rumah tangganya di tengah pilihan poligami yang di tawarkan suami pendiam nya! Sosok suami yang pendiam dan sholeh serta sempurna memiliki kegilaan di ranjang bersama seorang gadis lain bernama Gendhis! Bagaimana kisahnya? Intip di Novel SELIR KESAYANGAN SUAMIKU!Atau Perjuangan Wanita yang melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri karena menjadi Korban kesalahan semalam oleh Atasannya sendiri. Lari menjauh dari hiruk pikuk ibukota ternyata tak menyelamatkan takdirnya. Sang buah hati bertemu dengan Om Baik yang ternyata adalah ayahnya sendiri. Bagaimana kisah Selanjutnya? baca Novel "SEMALAM BERSAMA TUAN PRESDIR"PERAWAN YANG TERBUANG SIA-SIA"Kenapa kau menatapku seperti itu, Eca? Apakah ada yang salah dengan penampilanku," kata Davina sambil salah tingkah sendiri."Tidak. Hanya saja penampilanmu aneh sekali hari ini. Apakah kau tidak kepanasan?" tanya Eca."Hah?" sahut Davina."Benar juga. Ini kan musim panas, bukan musim penghujan. Ini musim kemarau kan? Suhunya bahkan bisa mencapai tiga puluh delapan derajat Celcius. Kenapa kau memakai blus lengan panjang?" tanya Gina menyadarinya."Oh sebenarnya anu, em aku sedikit sakit. Makanya aku tadi melamun karena aku pusing," kata Davina tergagap."Oh begitu. Kau jangan lupa jaga kesehatan ya! Saat ini kamu masih bisa santai tapi Perusahaan kita biasanya bekerja saat akhir pekan juga. Apalagi musim seperti ini, waktu nya peluncuran brand baru," jelas Gina."Iya iya. Terima kasih ya, aku akan ingat nasehat kalian," ucap Davina."Tapi aku benar-benar penasaran sih," kata Eca."Sebenarnya apa yang dipikirkan wanita pemberani itu? Sampai berani memperm
PERASAAN PADA THOMAS BUKAN LUKAS!"Bagaimana jika aku dipecat? Apalagi aku baru saja menandatangani perjanjian dengan Tuan Lukas. Jadi jangan sampai Tuan Lukas tahu siapa aku," keluh Davina."Bahkan Tuan Lukas sudah melunasi semua hutang kepada rentenir itu," kata Davina."Astaga berarti sekarang masalah Ibumu sudah selesai? Aku pikir itu masih dalam penwaran saja. Kenapa dia memutuskan secepat ini? Apakah kau justru tak curiga?" tanya Dea. Davina pun mengganggukkan kepalanya."Iya aku sudah menyelesaikan masalah itu dan kau tahu sendiri kan siapa lelaki di balik itu semua? Tentu saja Tuan Lukas. Semua! Tuan Lukas yang membantuku. Bahkan aku yakin mungkin sertifikat itu berada di tangan Tuan Lukas sekarang. Tak mungkin kan dia melunasi semua hutang kepada rentenir itu tanpa meminta jaminan? Dia bahkan tak akan mungkin memberikan padaku secara cuma-cuma. Pasti akan di serahkan jika aku sudah selesai dengan kontrak pernikahan itu," jelas Davina."Astaga, Davina! Kenapa masalahmu sekaran
HARGA DIRI LUKAS YANG TERLUKA'Ting' Pintu lift terbuka. Lukas nampak di dalam sana, dia membawa sesuatu yang mampu membuat Davina tertegun"Astaga kenapa dia sampai begitu? Kenapa harus di tenteng seperti itu? Tidak. Tidak pasti bukan kan? Ini bukan Tuan Lukas. Aku hanya mimpi saja! Aku halusinasi," kata Davina dalam hati saat melihat Lukas berada di dalam list sambil menenteng kantung paper bag berwarna bening berisi sepatunya."Selamat siang Tuan Lukas," sapa Thomas."Siang," sahut Lukas."Apakah ada yang bisa saya bantu Tuan Lukas? Kau mau ke mana?" tanya Thomas.Namun dia salah fokus sama seperti Davina melihat paper bag yang dibawa oleh Lukas. Thomas adalah salah satu sahabat Lukas yang bekerja pada nya juga. Karena Lukas tipikal orang yang tak mudah percaya pada orang lain."Tunggu! Itu apa yang kau bawa?" tanya Thomas."Benar apa maksud Tuan Lukas membawa sepatu seperti itu?" sahut Davina."Memang apalagi?" tanya Lukas seperti berpura-pura tak tahu apa yang sedang karyawannya
DAVINA DAN SEGALA PROBLEMANYA!Davina memasuki ruang kerja Lukas sesaat setelah pulang bekerja. Dia mengetuk pintu ruangan Lukas yang tertutup. Nampak Tuan Lukas sedang menandatangani beberapa file yang di serahkannya tadi siang."Selamat sore Tuan Lukas," sapa Davina."Bagaimana? Apakah rentenir itu masih mengganggu keluargamu?" tanya Lukas. Davina menggelengkan kepalanya."Terima kasih banyak Tuan Lukas. Semua berkat Tuan Lukas, mereka tak menggangguku lagi," jawab Davina. Lukas hanya tersenyum sini dia mengeluarkan surat dari laci meja kerjanya."Kau tahu ini?" tanya Lukas. Davina mengamati lembaran surat itu. Ternyata tak lain lembara itu adalah sebuah sertifikat tanah. Tak salah lagi tapi entah milik siapa."Bukankah itu sertifikat tanah, Tuan Lukas?" tanya Davina."Milikmu!" sahut Lukas."Kau bisa mendapatkan ini setelah kau menuruti semua permainanku dalam jangka waktu satu tahun. Sesuai dengan kesepakatan kita," sambung Lukas. Saat luka sambil menatap Davina dari atas sampa
DI MANA AKU HARUS MENCIUMMU?"Apa yang kau pikirkan, Davina?" selidik Lukas."Tuan Lukas, saya ingin menanyakan satu hal kepadamu lagi," pinta Davina."Tataplah mataku jika berbicara!" perintah Lukas. Davina pun mendongakan kepalanya."Apakah kita akan berhubungan badan juga ketika sudah menikah?" tanya Davina dengan polosnya."Kenapa tidak? Bukankah kita akan sah sebagai seorang suami istri dan pasangan? Apalagi aku memberimu banyak uang. Lalu apakah aku tidak boleh mencicipi sedikit bagian dari tubuhmu? Jika tidak boleh untuk apa aku menikahimu dan memberikan semuanya, Davina?" tanyang Lukas. Lukas berani berkata seperti itu karena dia yakin bahwa Davina tak akan bisa lari darinya. Apalagi saat sertifikat itu sudah ada di tangan Lukas, double kill untuk Davina. Yang makin membuat Lukas geram adalah, Davina tidak mau mengakui jika wanita yang memperkosanya malam itu adalah dirinya. Bulum lagi laporan dari mata-matanya yang menyelidiki Alexandria."Aku b
AYO KITA SEGERA MENIKAH DAVINA!"Sampai kapan kau akan hidup seperti ini, Lukas. Nikahi lah jika kau memang serius. Papa tak suka jika kau mempermainkan wanita. Apalagi jika wanita itu polos seperti Davina," jelas Papa Lukas."Iya kami akan menikah," jawab Lukas."Apa kau tidak terlalu cepat mengambil keputusan lagi? Dia adalah sekretarismu, tidak lebih. Rumor yang beredar nanti akan mempengaruhi harga saham perusahaan ," jelas Papa Lukas."Tidak, Pa. Aku hanya ingin menjadi menjadi anak baik. Sebagai anak yang berbakti aku harus cepat menikah agar kalian berdua tidak khawatir karena aku selalu pulang malam. Benar kan, Mah?" tanya Lukas. Mama Lukas menganggukkan kepalanya."Apalagi Mama harus segera menjalani operasi itu. Aku tak mau Mama menundanya lagi," jelas Lukas."Benar itu, Mama akan lega jika kau menikah. Karena pikiran Mama ketika kau memiliki istri, paling tidak akan ada yang merawatmu setelah Mama tidak ada," kata Mama Lukas."Tidak akan ada yang bisa mengambil Mama dariku.
DAVINA HAMIL?"Baiklah ayo kita menikah, Davina!" ajak Lukas."UhukkkK!" Davina langsung meletakkan gelas minuman yang hendak diseruputnya lagi."Sialan, mengapa dia itu hobi membuatku memainkan jantungku begini! Ck!" batin Davina dalam hati."Bagaimana?" tanya Lukas.Davina pun menatap wajah Lukas, lelaki tampan yang ta pernah di mimpikannya. Bahkan dia tak mengira bisa bersamanya dan terpikirkan menikahinya. Davina menghela nafasnya panjang."Nah karena kita tidak saling mencintai, jadi aku rasa tidak akan ada pertengkaran diantara kita, Tuan," kata Davina."Lagi pula ini adalah pernikahan kontrak saja dan berlaku setahun, kan? Jadi aku merasa nyaman-nyaman saja," sambungnya."Kenapa kau memiliki pemikiran seperti itu?" tanya Lukas."Bukankah kita harus punya cinta untuk bertengkar, Tuan. Jujur saja, saya lebih suka diam dan berpaling daripada bertengkar," terang Davina.Dia masih ingat betul bagaimana saat Ibunya menyiksanya dan dia lebih memilih diam lalu pergi. Menerima semua p
PEMBALASAN DENDAM DAVINA!"Aku tidak percaya kau menikah tepat setelah kau tak pulang semalam. Entah apa yang terjadi malam itu. Mungkin dia hamil," sambungnya."Hah? Hamil?" tanya Axio terkejut."Astaga. Kenapa Mama bisa berpikir seperti itu? Apakah mungkin pulang telat semalam langsung bisa membuat wanita hamil? Bukankah Mama sendiri yang membuat banyak aturan setelah Mama tahu bahwa lelaki kemarin seorang Presiden Direktur?" sindi Davina."Apa? Aturan apa itu? Mengapa aku tak thu?" tanya Axio."Silahkan Om Axio tanya sendiri pada Mama. Atau memang jika Mama tak mau mengatakan nya maka aku akan menjelaskan pada Om Axio. Aturan yang di beri tahu oleh Mama sekarang, pertama aku harus membiasakan diri memanggil Ibu dengan sebutan Mama tidak menggunakan panggilan Ibu lagi. Karena itu akan terdengar memalukan. Benar bukan, Ma?" tanya Davina."Tak selesai sampai di sana, Om. Bukankah Mama sendiri juga yang mengatakan bahwa aku harus membujuk Tuan Lukas dan tak boleh melepaskannya, untuk m
EXTRA PART"Tuhan terima kasih! Terimakasih!" pekik Lukas sambil terus memeluk Davina, dia menciumi Davina kemudian mengelus perlahan Davina ya memang sedikit menggendut."Aku pikir kau gendut karena terlalu banyak makan, ternyata kalau hamil," gumam Lukas. Davina langsung mendelikkan matanya ke arah Lukas."Oh kalau aku gendut aku tak cantik lagi? Begitu?" protes Davina. Lukas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menyadari kesalahannya."Tidak Sayang, tidak. Kau mau gendut atau kurus tetap cantik, kau makin montoq dan menggairahkan saat gendut. Apalagi saat ini, kau sedang mengandung buah cinta. Mari kita periksa, kita harus segera memeriksakan kehamilanmu, Davina," jawab Lukas."Tapi benar ka, Tuan Lukas? Aku masih cantikkan?""Tentu dong. Cantikmu bertambah berkali kali lipat saat hamil, jadi jangan sampai bayi ini kenapa-kenapa ya, Sayang. Dia akan menjadi seorang yang hebat kelak karena memiliki orang tua seperti kita. Aku pastikan itu, jika dia wanita akan cantik se
KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!TAMAT!"Aku takut kecewa, Bu. Bagaimana kalau ini hanya sakit biasa" tanya Davina."Kalau memang kau tak hamil maka tak masalah. Toh kalian masih punya banyak waktu yang penting, kita tespek dulu agar jelas semuanya. Ibu yakin kau hamil," jawab"Entahlah, Bu. Aku takut," kata Davina."Aku takut banyak berharap. Karena selama ini aku juga tak kunjung hamil," sambungnya lagi.Tak lama Bi Sun pun kembali dengan membawa tespek yang sudah dipesan oleh Nyonya Rita. Davina ingin mengetesnya, dia sudah tak sabar sekali."Bu, bolehkah aku mengetesnya sekarang?" tanya Davina."Sebenarnya yang paling valid adalah besok pagi, Nak. Pipis pertamamu setelah bangun tidur. Tapi jika kau memang penasaran dan jujur Ibu pun juga sangat penasaran sekali. Bagaimana kalau kita cek kali ini saja? Kalau memang haslnya samar kau bisa mengulang lagi besok pagi," usulnya. Davina mengangguk setuju dengan usul Nyonya Rita."Baik, Bu," kata Davina.Untung saja Davina belum terlalu banya
Pergi membeli tespek "Kau kenapa?" tanya Ibu Davina melihat putrinya sedikit berubah. "Kau nampak tak sehat, Sayang? Kau sakit ya? Pucat sekali," sambungnya. "Benarkah aku nampak pucat, Bu?" sahut Davina. Nyonya Rita menganggukkan kepalanya. "Pantas saja Tuan Lukas khawatir," batinnya lagi. "Aku merasa tidak enak badan dari semam, Ma. Sudah beberapa hari mungkin namun aku terus menahannya. Aku rasanya seperti terkena terus-terusan masuk angin. Karena beberapa malam ini aku selalu lembur malam. Aku setiap pagi akan selalu berkali-kali muntah, entah mengapa aku merasa akhir-akhir ini begitu parah," jelas Davina. "Apa kau sudah periksa? Jangan-jangan kau terkena asam lambung. Kau setres karena pekerjaan? Apakah kau juga bekerja berat akhir-akhir ini?" tanya Nyonya Rita sambil menghampiri putrinya yang berada di sofa ruang tamu. Davina menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak, Ma. Aku tidak pernah punya riwayat sakit maa
KAU KENAPA, DAVINA? "Lalu? Kenapa kok diam begitu tiba-tiba? Aku kira aku tak menginginkan anak dariku," kata Lukas sambil cemberut. "Tentu itu tidak mungkin, Tuan Lukas. Aku juga sangat mencintaimu dan memiliki anak darimu juga adalah salah satu impianku. Tapi bukankah ini aneh sekali, Tuan Lukas?" tanya Davina menoleh ke arah Lukas dengan wajah yang susah di artikan. "Aneh? Apanya yang aneh?" sahut Lukas. "Jika dipikir-pikir kita hampir melakukannya setiap hari. Bahkan kau tak pernah melakukan itu menggunakan pelindung kan? Tapi kenapa aku belum hamil juga ya?" gumam Davina. Lukas mengelus kepala Davina. Bukan tanpa alasan dia sangat yakin jika Tuhan pastilah tahu mana yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk mereka memiliki anak. Karena kalau di pikir lagi memang benar apa yang dikatakan Davina itu. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, Davina. Apakah itu berarti kau mau kan memiliki anak dariku?" tanya Lukas.
ANAK DARI DAVINA? "Sekarang urusan kita sudah selesai kan? Ayo kita cepat masuk dan selesaikan apa yang kita lakukan di pagi hari lagi," aja Lukas. "Lagi?" tanya Davina. Lukas langsung mengangguk denga semangat. "Tentu! Kenapa kau terlihat seperti tidak tahu apa-apa dan meragukan kemampuanku begitu. Sudah aku bilang padamu untuk menyelesaikannya sekali di pagi hari tapi kau menundanya, aku baru keluar sekali. Kurang dua kali," bisik lukas sambil memeluk Davina. "Ck! Baiklah. Karena itu permintaanmu maka aku akan lakukan dengan senang hati, Tuan Lukas. Andai Ibu tahu apa alasan ku terlambat tadi dua puluh menit adalah kau harus melayani Tuan Lukas, akankah dia mengomel?" gumam Davina. "Tak akan berani," sahut Lukas mengecupnya. Ya, kini Lukas memang memiliki kebiasaan baru jika badannya pegal maka dia akan meminta Davina untuk memijatnya setelah bercumbu mesra. Mereka pun segera mengendarai mobil itu pulang ke rumah. Davina
AYO KITA SELESAIKAN LAGI"Aku tidak bisa merasa lebih baik tentang hal itu, kau akan menjadi Ibu suatu saat nanti. Jadi kau tak akan pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku. Tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya, aku hanya ingin kau tahu saja apa alasanku memperlakukanmu," sambungnya. Davina tersenyum sinis."Tunggu saja sampai aku merasa kasihan padamu," ujar Davina kekeh.Jujur saja, sebenarnya hatinya sudah terusik sekali ingin segera membantu Mama angkatnya tapi mengingat lagi semua perlakuan lama angkat yang selama ini membuatnya cukup sakit hati. Apalagi Mama angkatnya juga tak pernah mengatakan maaf sekalipun, baru kali ini dia mendengar ucapan maaf dari mama nya.Tnpa diduga tiba-tiba mama angkat Davina berdiri dari kursinya. Kemudian di langsung menjatuhkan dirinya, dia terduduk di lantai bersimpuh. Ini adalah hal yang mustahil dilakukan oleh mama angkat Davina jika tidak dalam situasi yang sangat mendesak dan itu sempat membuat Davina terpe
PERTEMUAN DENGAN MAMA ANGKAT!"Kau tahu karena ulahmu buku tabungan barang-barang rumah tangga dan semuanya disita! DAN ITU ULAHMU, KAN?" cerca Mama Davina."Ulahku?" tanya Davina heran."Ya. Ka kan yang membuaat semuanya?" tuduh Mama Angkat Davina."Hahaha. Kau koyol sekali, Tante. Menduhku tanpa bukti. Baiklah kalau begitu, tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap di sini sambil mendengar hal-hal yang menggangguku. Sepertinya kau belum mengerti jika ada kata-kata yang mengganggu telingaku. Sekali lagi aku akan pergi dan aku tidak berkenan mendengarkan umpatan dari mulutmu," tegas Davina."Jadi sebaiknya kau hati-hati!" lanjutnya. 'Glek' mama angkat Davina langsung meneguk ludahnya dengan kasar. Dia tak menyangka anak angkatnya sekarang kini sudah berani berbicara kepadanya seperti itu. Mama angkat Davina terdiam dan memperhatikan Putri angkatnya itu. Dia melihat semua yang dipakai putri angkatnya adalah barang-barang branded salah satu desainer ternama. Bahkan dia mengenakan tas
DAVINA DAN TITIK BALIKNYA! "Pokoknya tidak, Tuan Lukas! Tidak ada acara bercinta siang atau sore hari. Pokoknya bercinta hanya akan dilakukan pada malam hari. Karena aku akan keluar untuk bermain di siang hari. Asal kau tahu saja, Tuan Lukas. Aku sudah menyiapkan banyak baju untuk outfit beitupun dengan bajumu. Seperti layaknya pengantin baru! Ini sangat tidak adil jika kita pergi ke sana dan tidak melakukan apa-apa," protes Davina. "Ya, ini tidak adil. Aku juga merasa sama sekali tidak adil, Davina. Karena aku lebih suka memelukmu seharian dari pada harus berlarian di tepi pantai," sahut Lukas mengeratkan pelukannya sampai dada Davina menempel di badannya. "Kau kan bisa melakukannya kapanpun, Tuan Lukas," jawab Davina. "Ya, tapi aku selalu merasa kurang. Bahkan rasanya satu juta kali lebih banyak daripada waktu luang yang bisa aku lakukan di sana akan ku habiskan untuk memelukmu seperti ini," kata Lukas. "Tapi itu tidak akan berhasi
PERGI BULAN MADU KE MALDIVES LAGI! "Sekarang, makanlah! Aku sudah menyiapkannya," perintah Davina. "Kau tidak berencana memberi aku makan ini lagi kan?" tanya Lukas. "Kenapa memangnya?" sahutnya. "Apa kau lupa, Davina? Kau pernah memberiku makanan ini, kau berkata memasaknya dengan spesial. Kau juga bilang melakukan semua untuk melayaniku dengan sempurna. Tapi apa nyatanya? Kemudian kau menghilang dan pergi begitu saja kan? Kau ingat tidak terakhir kali kau memberi makanan apa? Ini kan?" cerca Lukas. "Kau mengatakan makanan ini penuh kenangan dan memorial. Dan benar, makanan ini juga yang membuatku trauma kehilanganmu, Davina. Karena apa yang kau katakan saat itu sangat membekas dalam benak dan ingatanku. Dimana aku menjadi frustasi dan hampir gila karena kau meninggalkanku setahun lalu dari rumah ini," sambung Lukas. "Sungguh aku takut itu akan terulang lagi, Davina. Aku tak ingin itu terjadi, Davina. Pertama kau merayuku