TUAN LUKAS DI PERKOSA WANITA!"Itu membuatku ingin mencium bibirmu, Tuan," kata Davina sambil berjingkat memeluk lukas.'Cup' bibir mereka saling beradu, awalnya hanya sekedar saling menempel namun lama- lama menjadi lumatan. Dengan beraninya Davina mendorong tubuh Lukas sampai lelaki itu berbaring diatas kasur hotel. Dia menduduki perut rata Lukas kemudian melumat bibir Lukas lagi."Ahhhh, mmmmhhh," desahan keluar dari bibir mereka."Kau tidak menyuruhku untuk tidak melakukannya kan?" tanya Lukas memandang wajah Davina."Aku bisa beranggapan kita sama- sama mau kan, Tuan?" sahut Davina sambil membuka atasan bajunya. Sontak saja perbuatan Davina itu menampakkan dua gundukan buah dada yang tampak bulat di hadapan Lukas yang tertindih di bawah. Lukas langsung membalik keadaan."Sekali lagi aku bilang, kau akan dalam masalah kalau memintaku untuk melakukannya. Karena itu memacu birahiku," ujar Lukas."Sttt! Nikmati saja, Tuan," perintah Davina sambil membuka kancing baju Lukas."Aku aka
ANAK PELUNAS HUTANG"Aku pulang," sapa Davina sepulang kerja."Masuklah!" perintah seorang wanita sambil membuka pintu.Davina pun masuk ke dalam rumah tanpa rasa curiga sedikit pun. Namun, baru beberapa langkah dia sudah disambut oleh sang ibu yang melotot tajam ke arahnya."kau dari mana saja? Mulai berani ya kau tidak pulang semalaman. Apakah kau terlahir dengan bakat menggoda pria sekarang? Mau jadi wanita murahan? Jalang? Setelah Ayahmu mati lalu berpikir kau bisa tak pulang dengan semaumu!" bentak wanita itu."Ma- maafkan aku, Bu. Maaf, aku semalam lembur sampai larut malam," jawab Davina."Lembur? Hahaha. Alasan konyol! Lalu dari mana kau mendapatkan pakaian itu? Aku masih sangat ingat ketika kau keluar rumah pakaianmu adalah setelan blazer kerja, bukan kemeja dengan rok pendek seperti ini! Apakah kau ingin berbelanja dengan semua uang gajimu itu? Berfoya-foya tanpa memikirkan menebus sertifikat rumah ini! Anak durhaka," hardik wanita yang di panggil Ibu oleh Davina."Maaf Bu,
"Oh! Bilang saja pada bagian keuangan," perintah Lukas sambil menyeruput kopinya."Ta- tapi jumlah uangnya dua ratus juta.""Uhukkk!" Lukas hampir tersedak karena saat itu dia sedang minum kopi.Dengan segera Davina mengambilkan tisue untuk Lukas dan mengulurkannya. Dia tak menyangka ucapannya membuat Presdirnya itu kaget."I- ini Tuan," kata Davina."Ma-maaf Tuan, saya terpaksa meminjam uang untuk melunasi hutang orang tua saya. Bukan untuk saya gunakan pribadi, jadi saya harap Tuan Lukas bisa mempertimbangkannya," ucap Davina sambil membungkukkan badannya di hadapan Lukas."Bekas merah di leher itu..." batin Lukas dalam hati saat Davina menunduk.Lukas memberi isyarat tangan kepada Davina agar segera pergi. Davina pun sekali lagi menundukkan kepalanya."Saya harap Tuan Lukas kali ini benar-benar bermurah hati untuk saya," ucapnya.****"Aku ingin kamu menikah denganku," jawab Lucas."Apa?" pekik Davina dengan keras karena terkejut sambil menutup mulutnya.Bagaikan di sambar petir
PERJANJIAN NIKAH KONTRAK!"Maaf Tuan Lucas, apakah tawaran pernikahan kontrak itu masih berlaku? Bolehkah saya mengambilnya?" tanya Davina sebelum Lukas menutup pintu mobilnya."Rupanya uang memang membutakan semuanya," ucap Lukas dengan tatapan mengintimidasi Davina. "Apakah bisa, Tuan?" tegas Davina."Sayangnya dalam rumus hidupku tak pernah mengenal kesempatan kedua," terang Lukas."Ta-tapi Tuan Lucas saya mohon, beri saya kesempatan satu kali ini. Saya akan membuktikan kepada Tuan Lukas bahwa saya adalah seorang sekertaris dan istri kontrak yang bisa membantu Tuan melancarkan semuanya. Saya berjanji akan totalitas dalam kedua pekerjaan ini," ujar Davina."Masuklah!" perintah Lukas.Davina segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Lukas. Mobil alphard itu melaju di jalanan kota Eldoria. Lucas menatap Davina dengan tatapan tajam. Membuat Davina meneguk salivanya berkali-kali dengan kasar."Apa yang bisa kau lakukan untukku?" selidik Lukas."Sa-saya bisa menjadi apapun yang
ALEXANDRIA BUKAN DAVINA!"Mama, aku sudah membawa wanita yang aku inginkan menjadi istriku, Ma. Kami akan menikah, jadi Mama tak usah repot-repot untuk menjodohkan ku," jawab Lukas. Wanita yang berada di kursi roda itu pun membalikkan badannya."Kau jangan asal menikahi seorang wanita, Lukas. Kau ini adalah seorang Presiden direktur, pewaris keluarga. Harus mempertimbangkan bebet, bibit, dan bobotnya," ujar Lily."Mama tenang saja, Ma. Mama sudah mengenalnya secara garis besar wanita ini," ucap Lukas sambil berjalan dan duduk jongkok di hadapan sang Ibu."Siapa? Dia kolega dari mana? Orang tuanya pemimpin perusahaan apa?" tanya Lily."Dia adalah sekretarisku, Davina," jelas Lukas."Davina? Sekertaris mu? Mengapa kau bisa tiba-tiba bersama wanita itu? Bagaimana ceritanya? Jangan-jangan kau hanya mempermainkan Mama dan dirinya ya?" cerca Lily sambil menatap Lukas penuh selidik."Tidak Ma. Mengapa Mama selalu buruk sangka kepadaku? Aku benar-benar menjalin hubungan dengannya dan jika Mam
RUMOR PANAS TUAN LUKAS!"Ada apa ini? Mengapa di rumahmu ramai sekali orang?" tanya Lukas.Davina tidak menjawab pertanyaan Lukas. Dia memilih untuk segera turun karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan sang ibu. Ternyata dari belakang Lukas diam-diam mengikutinya. Nampak beberapa debtcollektor datang dengan angkuh menagih kekurangan pembayaran hutang sang ibu. Melihat Davina datang, ibunya pun segera bersembunyi di balik tubuhnya."Davina tolong aku! Davina mereka sedang mengejar-ngejar ku untuk masalah pembayaran hutang," adu ibu Davina."Ck! Jangan banyak drama kau! Cepat lunasi kalau semua tanggungan hutangmu. Kalau tidak maka aku akan menyita rumah ini. Kau jangan main-main dengan juragan ku!" bentak seorang pria yang bertubuh paling besar."Saya mohon maaf, Pak. Tolong beri saya waktu beberapa hari lagi, maka saya akan menyelesaikan semuanya," jelas Davina."Tidak! Tuanku terlalu banyak sekali memberikan kesempatan padamu, entah sudah keberapa kalinya dia memberikan kesempat
RUMOR SEPATU WANITA!"Ah iya aku ingat hari itu memang Tuan Lukas sangat aneh. Bahkan dia selalu kalah main game," gumam Davina."Apakah itu yang menyebabkan aku dan dia bisa dalam satu hotel bersama?" gumam Davina."Itu sih karena karyawan lain bersekongkol. Akhirnya Tuan Lukas mabuk, jika tidak begitu mana mungkin dia bisa di kalahkan," jelas Gina."Masalahnya Tuan Lukas itu sangat kuat mabuk. Mengapa dia bisa sampai tak ingat siapa yang memperkosanya? Bahkan dia minum banyak alkohol dan pergi keluar restoran dengan tegap tak oleng. Tapi saat dia membuka matanya dia sudah berada di hotel, bahkan dia tidak ingat setelah minum-minum dan saat sadar ternyata dia sudah menghabiskan malam bersama seseorang wanita yang hanya meninggalkan sebelah sepatunya. Lucu bukan?" sambung Gina."Gila juga ya kalau itu benar," sahut Eca."Iya betul sekali itu. Menurutku ini kejadian yang sangat menarik," sahut Davina asal menimbrung saja agar tak menimbulkan kecurigaan."Tunggu!" tegas Eca."Apalagi?"
PERAWAN YANG TERBUANG SIA-SIA"Kenapa kau menatapku seperti itu, Eca? Apakah ada yang salah dengan penampilanku," kata Davina sambil salah tingkah sendiri."Tidak. Hanya saja penampilanmu aneh sekali hari ini. Apakah kau tidak kepanasan?" tanya Eca."Hah?" sahut Davina."Benar juga. Ini kan musim panas, bukan musim penghujan. Ini musim kemarau kan? Suhunya bahkan bisa mencapai tiga puluh delapan derajat Celcius. Kenapa kau memakai blus lengan panjang?" tanya Gina menyadarinya."Oh sebenarnya anu, em aku sedikit sakit. Makanya aku tadi melamun karena aku pusing," kata Davina tergagap."Oh begitu. Kau jangan lupa jaga kesehatan ya! Saat ini kamu masih bisa santai tapi Perusahaan kita biasanya bekerja saat akhir pekan juga. Apalagi musim seperti ini, waktu nya peluncuran brand baru," jelas Gina."Iya iya. Terima kasih ya, aku akan ingat nasehat kalian," ucap Davina."Tapi aku benar-benar penasaran sih," kata Eca."Sebenarnya apa yang dipikirkan wanita pemberani itu? Sampai berani memperm
EXTRA PART"Tuhan terima kasih! Terimakasih!" pekik Lukas sambil terus memeluk Davina, dia menciumi Davina kemudian mengelus perlahan Davina ya memang sedikit menggendut."Aku pikir kau gendut karena terlalu banyak makan, ternyata kalau hamil," gumam Lukas. Davina langsung mendelikkan matanya ke arah Lukas."Oh kalau aku gendut aku tak cantik lagi? Begitu?" protes Davina. Lukas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menyadari kesalahannya."Tidak Sayang, tidak. Kau mau gendut atau kurus tetap cantik, kau makin montoq dan menggairahkan saat gendut. Apalagi saat ini, kau sedang mengandung buah cinta. Mari kita periksa, kita harus segera memeriksakan kehamilanmu, Davina," jawab Lukas."Tapi benar ka, Tuan Lukas? Aku masih cantikkan?""Tentu dong. Cantikmu bertambah berkali kali lipat saat hamil, jadi jangan sampai bayi ini kenapa-kenapa ya, Sayang. Dia akan menjadi seorang yang hebat kelak karena memiliki orang tua seperti kita. Aku pastikan itu, jika dia wanita akan cantik se
KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!TAMAT!"Aku takut kecewa, Bu. Bagaimana kalau ini hanya sakit biasa" tanya Davina."Kalau memang kau tak hamil maka tak masalah. Toh kalian masih punya banyak waktu yang penting, kita tespek dulu agar jelas semuanya. Ibu yakin kau hamil," jawab"Entahlah, Bu. Aku takut," kata Davina."Aku takut banyak berharap. Karena selama ini aku juga tak kunjung hamil," sambungnya lagi.Tak lama Bi Sun pun kembali dengan membawa tespek yang sudah dipesan oleh Nyonya Rita. Davina ingin mengetesnya, dia sudah tak sabar sekali."Bu, bolehkah aku mengetesnya sekarang?" tanya Davina."Sebenarnya yang paling valid adalah besok pagi, Nak. Pipis pertamamu setelah bangun tidur. Tapi jika kau memang penasaran dan jujur Ibu pun juga sangat penasaran sekali. Bagaimana kalau kita cek kali ini saja? Kalau memang haslnya samar kau bisa mengulang lagi besok pagi," usulnya. Davina mengangguk setuju dengan usul Nyonya Rita."Baik, Bu," kata Davina.Untung saja Davina belum terlalu banya
Pergi membeli tespek "Kau kenapa?" tanya Ibu Davina melihat putrinya sedikit berubah. "Kau nampak tak sehat, Sayang? Kau sakit ya? Pucat sekali," sambungnya. "Benarkah aku nampak pucat, Bu?" sahut Davina. Nyonya Rita menganggukkan kepalanya. "Pantas saja Tuan Lukas khawatir," batinnya lagi. "Aku merasa tidak enak badan dari semam, Ma. Sudah beberapa hari mungkin namun aku terus menahannya. Aku rasanya seperti terkena terus-terusan masuk angin. Karena beberapa malam ini aku selalu lembur malam. Aku setiap pagi akan selalu berkali-kali muntah, entah mengapa aku merasa akhir-akhir ini begitu parah," jelas Davina. "Apa kau sudah periksa? Jangan-jangan kau terkena asam lambung. Kau setres karena pekerjaan? Apakah kau juga bekerja berat akhir-akhir ini?" tanya Nyonya Rita sambil menghampiri putrinya yang berada di sofa ruang tamu. Davina menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak, Ma. Aku tidak pernah punya riwayat sakit maa
KAU KENAPA, DAVINA? "Lalu? Kenapa kok diam begitu tiba-tiba? Aku kira aku tak menginginkan anak dariku," kata Lukas sambil cemberut. "Tentu itu tidak mungkin, Tuan Lukas. Aku juga sangat mencintaimu dan memiliki anak darimu juga adalah salah satu impianku. Tapi bukankah ini aneh sekali, Tuan Lukas?" tanya Davina menoleh ke arah Lukas dengan wajah yang susah di artikan. "Aneh? Apanya yang aneh?" sahut Lukas. "Jika dipikir-pikir kita hampir melakukannya setiap hari. Bahkan kau tak pernah melakukan itu menggunakan pelindung kan? Tapi kenapa aku belum hamil juga ya?" gumam Davina. Lukas mengelus kepala Davina. Bukan tanpa alasan dia sangat yakin jika Tuhan pastilah tahu mana yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk mereka memiliki anak. Karena kalau di pikir lagi memang benar apa yang dikatakan Davina itu. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, Davina. Apakah itu berarti kau mau kan memiliki anak dariku?" tanya Lukas.
ANAK DARI DAVINA? "Sekarang urusan kita sudah selesai kan? Ayo kita cepat masuk dan selesaikan apa yang kita lakukan di pagi hari lagi," aja Lukas. "Lagi?" tanya Davina. Lukas langsung mengangguk denga semangat. "Tentu! Kenapa kau terlihat seperti tidak tahu apa-apa dan meragukan kemampuanku begitu. Sudah aku bilang padamu untuk menyelesaikannya sekali di pagi hari tapi kau menundanya, aku baru keluar sekali. Kurang dua kali," bisik lukas sambil memeluk Davina. "Ck! Baiklah. Karena itu permintaanmu maka aku akan lakukan dengan senang hati, Tuan Lukas. Andai Ibu tahu apa alasan ku terlambat tadi dua puluh menit adalah kau harus melayani Tuan Lukas, akankah dia mengomel?" gumam Davina. "Tak akan berani," sahut Lukas mengecupnya. Ya, kini Lukas memang memiliki kebiasaan baru jika badannya pegal maka dia akan meminta Davina untuk memijatnya setelah bercumbu mesra. Mereka pun segera mengendarai mobil itu pulang ke rumah. Davina
AYO KITA SELESAIKAN LAGI"Aku tidak bisa merasa lebih baik tentang hal itu, kau akan menjadi Ibu suatu saat nanti. Jadi kau tak akan pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku. Tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya, aku hanya ingin kau tahu saja apa alasanku memperlakukanmu," sambungnya. Davina tersenyum sinis."Tunggu saja sampai aku merasa kasihan padamu," ujar Davina kekeh.Jujur saja, sebenarnya hatinya sudah terusik sekali ingin segera membantu Mama angkatnya tapi mengingat lagi semua perlakuan lama angkat yang selama ini membuatnya cukup sakit hati. Apalagi Mama angkatnya juga tak pernah mengatakan maaf sekalipun, baru kali ini dia mendengar ucapan maaf dari mama nya.Tnpa diduga tiba-tiba mama angkat Davina berdiri dari kursinya. Kemudian di langsung menjatuhkan dirinya, dia terduduk di lantai bersimpuh. Ini adalah hal yang mustahil dilakukan oleh mama angkat Davina jika tidak dalam situasi yang sangat mendesak dan itu sempat membuat Davina terpe
PERTEMUAN DENGAN MAMA ANGKAT!"Kau tahu karena ulahmu buku tabungan barang-barang rumah tangga dan semuanya disita! DAN ITU ULAHMU, KAN?" cerca Mama Davina."Ulahku?" tanya Davina heran."Ya. Ka kan yang membuaat semuanya?" tuduh Mama Angkat Davina."Hahaha. Kau koyol sekali, Tante. Menduhku tanpa bukti. Baiklah kalau begitu, tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap di sini sambil mendengar hal-hal yang menggangguku. Sepertinya kau belum mengerti jika ada kata-kata yang mengganggu telingaku. Sekali lagi aku akan pergi dan aku tidak berkenan mendengarkan umpatan dari mulutmu," tegas Davina."Jadi sebaiknya kau hati-hati!" lanjutnya. 'Glek' mama angkat Davina langsung meneguk ludahnya dengan kasar. Dia tak menyangka anak angkatnya sekarang kini sudah berani berbicara kepadanya seperti itu. Mama angkat Davina terdiam dan memperhatikan Putri angkatnya itu. Dia melihat semua yang dipakai putri angkatnya adalah barang-barang branded salah satu desainer ternama. Bahkan dia mengenakan tas
DAVINA DAN TITIK BALIKNYA! "Pokoknya tidak, Tuan Lukas! Tidak ada acara bercinta siang atau sore hari. Pokoknya bercinta hanya akan dilakukan pada malam hari. Karena aku akan keluar untuk bermain di siang hari. Asal kau tahu saja, Tuan Lukas. Aku sudah menyiapkan banyak baju untuk outfit beitupun dengan bajumu. Seperti layaknya pengantin baru! Ini sangat tidak adil jika kita pergi ke sana dan tidak melakukan apa-apa," protes Davina. "Ya, ini tidak adil. Aku juga merasa sama sekali tidak adil, Davina. Karena aku lebih suka memelukmu seharian dari pada harus berlarian di tepi pantai," sahut Lukas mengeratkan pelukannya sampai dada Davina menempel di badannya. "Kau kan bisa melakukannya kapanpun, Tuan Lukas," jawab Davina. "Ya, tapi aku selalu merasa kurang. Bahkan rasanya satu juta kali lebih banyak daripada waktu luang yang bisa aku lakukan di sana akan ku habiskan untuk memelukmu seperti ini," kata Lukas. "Tapi itu tidak akan berhasi
PERGI BULAN MADU KE MALDIVES LAGI! "Sekarang, makanlah! Aku sudah menyiapkannya," perintah Davina. "Kau tidak berencana memberi aku makan ini lagi kan?" tanya Lukas. "Kenapa memangnya?" sahutnya. "Apa kau lupa, Davina? Kau pernah memberiku makanan ini, kau berkata memasaknya dengan spesial. Kau juga bilang melakukan semua untuk melayaniku dengan sempurna. Tapi apa nyatanya? Kemudian kau menghilang dan pergi begitu saja kan? Kau ingat tidak terakhir kali kau memberi makanan apa? Ini kan?" cerca Lukas. "Kau mengatakan makanan ini penuh kenangan dan memorial. Dan benar, makanan ini juga yang membuatku trauma kehilanganmu, Davina. Karena apa yang kau katakan saat itu sangat membekas dalam benak dan ingatanku. Dimana aku menjadi frustasi dan hampir gila karena kau meninggalkanku setahun lalu dari rumah ini," sambung Lukas. "Sungguh aku takut itu akan terulang lagi, Davina. Aku tak ingin itu terjadi, Davina. Pertama kau merayuku