Share

- 87 -

"Bagaimana kabarmu, Airen?" tanya suara seorang pria dari seberang telepon.

Airen tidak langsung menjawab. Ia merasa mengenali suara tersebut, meskipun tidak terlalu yakin.

"Kenapa kau terdiam? Apakah kau sedang takut?" tanyanya meledek.

Airen sedikit geram dan merasa perlu menjawab tudingan itu. "Aku tidak pernah takut denganmu," balasnya ketus.

"Baguslah kalau kau tidak takut, karena rasa ketakutanmu itu akan tidak senada dengan baju hijau pastel yang kau kenakan. Kulihat kau juga sudah membaik sekarang. Aku sudah tidak melihat lagi bekas karyaku di tubuhmu."

"Tutup mulutmu!"

"Ah, takut!" ledeknya lagi sembari tertawa. "Omong-omong, bagaimana dengan saudara yang duduk disampingmu itu? Apakah ia juga ingin merasakan pengalaman sepertimu?"

Sial, sepertinya kami kalah langkah, gerutu Airen dalam hati. Apakah dia benar-benar sedang mengawasi kami sekarang?

Airen langsung mengedar pandangan ke sekitar. Matanya mulai menyisir ke setiap meja pengunjung. Tidak ada yang mencurigakan. Lantas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status