“Pengawal! Tangkap semua pejabat yang kepalanya tertunduk!” titah Wang Yang sekali lagi, kali ini dengan senyum tersungging di akhir kalimat.
Medengar titah raja berikutnya, tahulah para pejabat itu bahwa Wang Yang sedang memainkan jebakan. Mereka yang lengannya dicekal kuat pengawal di sampingnya, mengembuskan napas erat karena begitu mudah masuk dalam siasat penangkapan Wang Yang.
“Selidiki mereka yang tertangkap hari ini. Aku yakin, mereka saling terkait,” bisik Wang Yang ke sisi kirinya.
“Baik, Yang Mulia. Anda memang hebat. Saya tidak pernah terpikir untuk menggunakan siasat ini untuk menangkap penjahat di antara pejabat istana,” aku Deyun tulus.
“Ucapkan terima kasih pada Zening.”
Wang Yang bangkit dari singgasananya dan menepuk bahu Deyun sebelum berlalu sambil berkata, “Berdiskusilah dengan Biro Astronomi. Katakan pada mereka untuk mencari tanggal yang tepat menggelar pernikahanku.”
“Tapi, Yang Mulia—.”
“Aku tahu, ini b
“Dayang Song?” balas Ye Rong ragu.Sebuah bayangan menjelma menjadi wujud seorang wanita yang dikenali Ye Rong begitu bayangan itu mendekati lilin.“Lama tidak berjumpa, Nyonya Ye.”Mata Ye Rong berbinar. “Dayang Song, lama tidak berjumpa.”Song Bin tersenyum ramah. “Silakan duduk, Nyonya. Kita langsung saja pada intinya.”Ye Rong mengangguk setuju.“Beberapa waktu lalu, kalau saya tidak melihat sendiri, saya tidak akan percaya saat mendengar kabar bahwa Selir Su telah kembali ke istana bersama Pangeran Wang Hao.” Song Bin menyerahkan batang bambu kecil berisi surat.“Ini surat terakhir mendiang Jenderal Li dua hari sebelum dia meninggal. Sepertinya, dia sudah memperkirakan bahwa hari ini akan datang.”Ye Rong menerima dan membuka penutup bambu. Dikeluarkannya gulungan kertas kecil dan membukanya.“Ya, saya akan lakukan semampu saya untuk mewuj
“Sampai kapan kau akan menyembunyikan kehamilanmu dariku, Zhao Ming Lan?!” desis Gao Ping menahan diri. Matanya menguliti seluruh tubuh Ming Lan yang melekat padanya.“Dosa apa aku padamu hingga mendengar kabar ini dari sekumpulan pelayan yang sedang membicarakan kehamilanmu di belakangku,” keluh Gao Ping melunak.“H-hamil? Siapa yang sedang hamil?” bingung Ming Lan seraya menatap penuh tanya ke arah pelayannya.Xiao You menggeleng samar, khawatir Gao Ping melihat.Kasar, Gao Ping melepaskan dekapannya. “Kau! Segera periksa dia!” bentak Gao Ping pada tabib yang datang bersamanya.Tabib itu mengangguk dan melangkah mendekat. Bersamaan dengan itu, Ming Lan beringsut merapatkan punggungnya pada kepala ranjang.“Nyonya, saya permisi.”Ming Lan menyodorkan tangan kanannya yang segera disambut sopan oleh tabib.“Bagaimana?” tanya Gao Ping tak sabar.Tabib
“Tidurlah, Zhao Ming Lan. Tidurlah dengan nyenyak, lupakan semua hal yang membuatmu bimbang. Hanya kau satu-satunya alatku untuk membalaskan dendam nenek.” Xiao You mengusap puncak kepala Ming Lan sambil merapalkan mantra yang sudah lama dipelajarinya dan baru sekarang berkesempatan mempraktikannya. “Tidurlah, Anakku. Setelah bangun, kau akan punya tekad kuat untuk merawat bayi dalam perutmu dan menjadikannya satu-satunya penguasa yang tunduk pada perkataanku. Kau dengar itu, Nak?” bisik Xiao You tepat di telinga Ming Lan. Ming Lan yang sedang tertidur lelap, perlahan menganggukkan kepala dengan patuh. “Bagus. Aku akan membalas semua yang ayahmu lakukan pada keluargaku. Apa kau keberatan membantuku?” tanya Xiao You lagi. Aneh, kepala Ming Lan menggeleng menanggapi pertanyaan pelayannya. “Anak baik. Zhao Ming Lan yang patuh dan baik hati.” Xiao You terus mengusap kepala Ming Lan lembut. Bibirnya menyungging senyuman penuh arti m
“Bukan perkataan dari orang lain, tapi aku mendengarnya sendiri dari keponakanmu, Wang Yang.”Kedua mata Gao Ping menyipit, dahinya berkerut mencoba mengingat obrolan apa yang mungkin Ming Lan dengar.Beberapa saat lamanya mereka berdua hanya diam dan saling memandang, hingga Gao Ping yang menyerah lebih dulu.“Sudahlah, kita tidak perlu membahas hal ini lagi. Aku tahu kau hanya mencari-cari perkara denganku karena tersinggung dengan sikapku pada pelayanmu.” Gao Ping mengangkat kedua tangannya ke atas kepala, tanda mengalah. “Aku minta maaf. Kembalilah ke ranjang dan cobalah untuk tidur. Aku akan menyuruh pelayan dapur menyiapkan makanan untukmu.”Sebelum berbalik, Gao Ping mengelus pipi kiri Ming Lan dengan punggung tangannya. “Percayalah, hanya kau wanita yang aku cintai.”Tak tahan dengan gemuruh di dalam dadanya, Ming Lan menepis tangan suaminya, menolak kehangatan yang membungkus nyaman pipinya.
Gao Ping tersentak manakala istrinya bergerak meraih pisau buah dari atas meja. “Apa maksudnya ini?!” panik Gao Ping mewaspadai gerakan Ming Lan. “Aku mau kau berjanji dengan darahmu!” tegas Ming Lan sambil menyodorkan pisau buah yang di tangannya. “Lakukanlah,” imbuh Ming Lan tak sabar. Ragu, Gao Ping menerima pisau itu sambil terus menatap Ming Lan. “Apa yang kau mau aku lakukan?” Dibentangkannya saputangan sutra miliknya di atas ranjang. “Tuliskanlah janji yang barusan kau ucapkan menggunakan darahmu,” ujar Ming Lan penuh keteguhan. “Aku akan memberikan hidupku padamu.” Senyum getir menggantung di bibir Gao Ping. “Apa itu berarti kau tidak cukup percaya pada ucapanku?” “Mengertilah, ini tidak ada hubungannya dengan rasa percaya. Aku adalah orang yang sudah menghabiskan separuh hidupku sebagai alat pemuas ambisi orang lain. Kali ini, aku tidak keberatan melakukannya sekali lagi untukmu, hanya jika kau menuliskan janjimu di atas saput
“Ada apa?” tanya Ming Lan lembut.“Tentang Xiao You.”Gerakan Ming Lan terhenti. “Kita bicarakan lain waktu saja. Aku tidak ingin merusak—.” Kalimat Ming Lan terjeda, manakala tangan Gao Ping menumpangi tangannya.“Dengarkan aku. Aku ingin bicara jujur padamu. Aku menaruh kecurigaan pada pelayanmu itu. Kadang, aku merasa dia sedang mengawasiku dan menunggu waktu yang tepat menjatuhkanku.”Senyum Ming Lan merekah menanggapi protes suaminya. “Tidakkah itu terlalu berlebihan, Yang Mulia?”“Ming’er, kali ini, dengarkan aku. Aku tidak menganggap ini sebagai candaan. Beberapa kali aku melihatnya sedang … entahlah, seperti melakukan ritual aneh dan merapalkan sesuatu.” Gao Ping bingung menggambarkan tindakan Xiao You yang pernah dipergokinya beberapa kali di dalam kamar istrinya.Dahi Ming Lan mengernyit. “Benarkah?”Ming Lan mulai bergerak
“Aku yang membunuh mendiang raja Wang Li. Bahkan, tidak hanya mendiang raja Wang Li, aku juga membunuh Wang Su.” Mulut Gao Ping ternganga mendengar pengakuan Ming Lan. Tangan yang merangkul bahu Ming Lan merosot perlahan. Keheningan melingkupi ruang kamar itu beberapa saat lamanya hingga Ming Lan kembali angkat suara. “Apa kau masih akan tetap berada di sisiku setelah tahu kebenarannya?” tanya Ming Lan membuat Gao Ping tersadar dan mengatupkan bibirnya gugup. Gao Ping berdehem sangat keras sampai Ming Lan berpikir, mungkin leher pria itu terluka. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Gao Ping beringsut menjauh mengikuti nalurinya. Ming Lan tersenyum masam, dia sudah membayangkan reaksi suaminya. Beringsut menjauh adalah reaksi yang paling sopan dan sederhana dalam bayangannya. “Aku tahu. Kau bukan tidak mengerti, hanya menolak untuk mengerti,” desah Ming Lan pasrah. Buru-buru, Gao Ping meraih Ming Lan lagi. Merangkum kedua sisi wa
“Hentikan!” teriak Suying dengan wajah merah padam. “Lancang!”Suying bergegas melintasi ruangan menghampiri dua prajurit yang berdiri kaku di tempatnya. Di tangan mereka masing-masing, sedang memegang kotak pribadi Suying yang rencananya akan mereka serahkan pada Li Deyun.Plak. Plak.Masing-masing pipi mendapat satu tamparan keras dari tangan mungil Lan Suying.“Lancang!” teriak Suying lagi. “Pengawal!”“Hadir!” jawab dua pria berseragam berbeda dari dua prajurit istana.Telunjuk Suying yang bergetar karena murka, menunjuk lurus. “Tangkap dan penggal mereka!” titahnya dengan geram. “Gantung kepala mereka di gerbang kota!”Dua pengawal Suying menghormat sebelum bergerak menjalankan perintah.Tidak tinggal diam, dua prajurit utusan Wang Yang menggamit kotak dengan lengan kiri dan menghunus pedang yang tergantung di pinggang dengan tangan kanan.