Wang Yang masih sibuk mencerna penglihatan yang baru didapatnya. Berpikir keras siapa yang harus ia selamatkan dan bagaimana caranya. Dalam benaknya ia ingin bersikap serakah, menyelamatkan keduanya.
‘Aku harus membunuh Ziliang hari ini juga. Kalau tidak, akan ada korban lagi karena perbuatannya,’ putusnya dalam hati.
Kejadian selanjutnya begitu cepat atau karena Wang Yang terlalu lama melamun, entahlah. Teriakan Deyun diikuti bunyi sesuatu yang berat jatuh ke tanah membuyarkan konsentrasinya, membuat Wang Yang berpaling ke belakang. Sebuah kelebatan pedang membuatnya terkejut.
“AYAH!” Zening meraih tubuh Daehan dalam pelukannya. “Kenapa kau lakukan ini?!” tangis Zening pecah.
“Paman Li!” Wang Yang berbalik dan tercengang melihat apa yang terjadi. Serta-merta Wang Yang berlutut, menggenggam tangan Daehan. “Paman, kenapa kau halangi pedangnya?” tanya Wang Yang serak.
“Anda adalah raja
Kediaman Mendiang Selir Chu, Paviliun MuyanHuazhi berdiri tegak di belakang Wang Yang yang sudang berlutut dan menangis tersedu. Hari ini, tubuh kokoh itu mendapat pukulan bertubi-tubi. Sekali lagi, Huazhi melihat sisi rapuh Wang Yang. Di balik kecerdasan, ketegasan dan kokohnya bahu lebar Wang Yang, kehilangan orang terdekat adalah kelemahan terbesarnya.“Yang Mulia, Anda harus menghadiri pemakaman mendiang raja dan Tuan Li.” Huazhi terpaksa menjeda kesedihan Wang Yang agar tidak berlarut-larut.“Bagaimana aku menghadapi keluarga Paman Li?” Wang Yang perlahan bangkit. “Bagaimana aku menghadapi ayahku kelak? Melindungi orang-orang yang percaya padaku saja aku tidak sanggup. Apa yang bisa aku lakukan untuk rakyat Yongjin?”“Yang Mulia, Tuan Li menyelamatkan Anda dengan nyawanya tidak ada maksud lain kecuali ingin Anda naik tahta dan memperbaiki negara ini.”Wang Yang menatap penuh luka. “Raja ma
Di ruang baca, Deyun, Huazhi dan Han Xiu sudah duduk tenang menunggu Wang Yang. Ketika pria itu masuk, semua berdiri dan memberi hormat.“Maaf, mungkin waktunya tidak tepat. Tapi aku harus membahas hal penting dengan kalian.” Wang Yang duduk di kursi kosong dan mengeluarkan tiga benda dari balik hanfu putihnya.Wang Yang menyodorkan kantong sutra ke atas meja. “Ini serbuk yang aku temukan di bawah bantal Wang Su bersama surat wasiat. Aku sudah memeriksanya, ini bukan opium. Deyun, kau periksa ini.”Lalu, Wang Yang membuka gulungan kulit hewan. “Ini adalah peta istana milikku, sedangkan ini milik ratu yang berhasil Zhaolin curi dari kediamannya.” Wang Yang menyodorkan dua lembar peta yang sekilas tampak sama.Wang Yang menunjuk gambar yang sudah dia lingkari lebih dulu. “Ada beberapa tempat yang ditambahkan pada peta milik Suying. Huazhi, aku minta kau selidiki dengan teliti dan laporkan padaku segera.”
Zening sama sekali tidak menduga kalau Han Xiu serius menanggapi keputusasaannya. Ketika tubuhnya mendarat di punggung Ru Feng, mengertilah dia bahwa Han Xiu tidak sedang main-main. Pria itu serius ingin membawanya pergi, paniklah Zening.Ucapannya tentang pergi jauh bersam Han Xiu memang bukan sebuah lelucon. Jauh di dalam hatinya, Zening ingin sekali melakukannya. Meninggalkan semua kerumitan istana, pergi bersama pujaan hatinya. Namun, ada sebagian diri Zening yang melarangnya bertindak gegabah. Ia teringat pesan terakhir mendiang ayahnya dan janjinya untuk melakukan semua yang ayahnya minta.Ketika bimbang dan panik melanda, hangatnya napas Han Xiu yang berembus ke dalam dirinya membuat Zening hilang kesadaran. Sesaat, Zening menjadi egois, ingin terus merasakan indahnya menjalani hidup berdua bersama Han Xiu, tapi kejadian di gua bersama Wang Yang menyadarkannya.Ciuman ini nyatanya tidak seperti yang Zening bayangkan. Bisikan Han Xiu di telinganya membuat
Penjara Bawah TanahHuazhi bersyukur dalam hati manakala matanya melihat bayangan hitam berkelebat dengan lincah melompati tembok istana. Sekali lagi, ia mengedarkan pandangan, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat, lalu bergegas menghampiri bayangan hitam yang baru menjejak tanah.“Jenderal!” sapa Huazhi semangat.“Bagaimana kondisinya?” Deyun menurunkan kain penutup wajahnya.“Aman, Jenderal. Semua penjaga sudah tertidur pulas,” lapor Huazhi sembari mengulum senyum.“Bagus, rupanya tabib muda itu sudah menentukan sikap. Ayo, kita bawa dia pergi dari sini.”Deyun masuk ke dalam penjara dan melihat sendiri Lao Ru Lan sedang membakar dupa yang menyebabkan penjaga penjara tertidur pulas. Huazhi membuka pintu penjara dan menarik Ru Lan keluar.“Jenderal, saya mohon, lepaskan ayah saya juga. Saya janji akan menghabiskan sisa usia saya untuk mengabdi pada Baginda Raja.&rdqu
Aula HuanyangWang Yang masuk bersama pendukungnya. Berbaris di belakangnya, Li Deyun, Han Xiu, Huazhi, Ji Mong dan Zhaolin. Mereka berjalan cepat memasuki aula tempat para pejabat istana melakukan audiensi bersama raja.“Siapa yang mengizinkan para pemberontak ini masuk?!” teriak Suying dari atas singgasana.“Kami bukan pemberontak!” Wang Yang berhenti di depan Guru Besar Negara dan menyerahkan surat wasiat yang Wang Su tulis di akhir hidupnya. “Guru, silakan Anda periksa dan sahkan surat wasiat ini.”Pria tua berjenggot putih itu menerima kertas dari tangan Wang Yang dan hati-hati membukanya. Membaca dan mencermatinya, lalu berkata, “Surat ini asli dan sah! Juru Tulis, silakan mencatat apa yang akan aku sampaikan.”Juru Tulis yang duduk di samping singgasana raja mengangguk hormat.“Hari ini, tanggal 15 tahun naga, Pangeran Wang Yang telah resmi diangkat menjadi raja baru dari keturunan
Kediaman Selir Chu, Paviliun Muyan Wang Yang duduk gelisah di salah satu kursi kayu sambil sesekali menggosok dagunya yang mulai ditumbuhi rambut kasar. Begitu melihat Huazhi berjalan masuk, Wang Yang berdiri menyambutnya. “Apa kau sudah mendapat kabar dari Jenderal Li?” tanya Wang Yang tak sabar. Huazhi mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Izin menjawab, Yang Mulia. Jenderal Li baru tiba di Klinik Pengobatan. Han ....” “Siapa yang terluka?! Zening?!” potong Wang Yang cepat. “Bukan, Yang Mulia. Tuan Han tertusuk pedang beracun di tepi jurang.” Wang Yang mengernyit heran. “Han Xiu, tertusuk pedang beracun katamu?” tanya Wang Yang tak percaya dengan apa yang didengarnya. Han Xiu adalah salah satu jenderal yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi, bahkan jauh di atasnya. Kalau Han Xiu sampai tertusuk pedang beracun, ada dua kemungkinan, ia beertemu dengan lawan yang kemampuannya lebih tinggi darinya atau ia sengaja mengalah
Paviliun MuyanHuazhi sudah berdiri menunggu di depan pintu kediamannya ketika Wang Yang kembali dari Klinik Pengobatan. Sayangnya, Wang Yang sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tidak memperhatikan wajah kesal orang kepercayaannya tersebut.“Pangeran!” sapa Huazhi seraya mengangguk hormat.“Hmm.” Wang Yang melirik sekilas, lalu mendahului masuk. “Kau sudah memeriksa kondisi Zening? Apa dia terluka?” tanya Wang Yang dengan ekspresi linglung sambil mendudukkan diri di belakang meja kerjanya.“Yang Mulia, ada hal penting yang harus saya sampaikan.” Huazhi berlutut. Apa yang akan dia sampaikan, mungkin bisa membuat Wang Yang marah dan memenggal kepalanya. Maka, Huazhi memposisikan diri siap menerima hukuman.“Katakan saja,” sahut Wang Yang malas.“Ini tentang Li Zening.” Huazhi mengumpulkan keberaniannya untuk menyebut nama calon istri pangerannya tanpa sebutan kehormata
Kediaman Raja, Istana Barat“Bagaimana kondisi Han Xiu?” tanya Wang Yang pada Huazhi sambil tetap membaca buku.“Dia sudah sadar, Yang Mulia. Berkat ramuan rahasia yang Anda berikan pada tabib istana, nyawa pria itu dapat tertolong.” Huazhi melangkah mendekati rajanya.“Ada apa? Katakan saja. Di sini hanya ada aku dan kamu, tidak perlu berbisik atau mendekat.”“Ampun, Yang Mulia. Ini adalah malam pertama Nona Li tinggal di istana, apa tidak sebaiknya Anda mengunjunginya?”Wang Yang melempar gulungan buku yang terbuat dari potongan bambu, ke atas meja dan berpaling menatap Huazhi. “Aku tidak ingin ditebas pedang saat sedang berduaan dengannya. Aku rasa, kita perlu menghilangkan kungfu Zening agar tidak membahayakan.”Ngiing...Telinga Wang Yang kembali berdenging. Bersamaan dengan itu, muncul penglihatan yang membuat Wang Yang memegangi kepalanya dengan kedua tangan.&l
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali