Gerbang Utama Kerajaan
Dari ujung jalan, dua pria berkuda dengan sangat kencang. Deyun dan Han Xiu yang pertama kali menghentak tali kekang memacu kudanya bergerak maju, siaga menghadapi musuh. Zening menajamkan matanya, mengamati pria tampan dan gagah yang mengenakan jubah kerajaan berwarna merah dan emas bergambar burung phoenix, lambang kerajaan Yongjin.
“Itu Xiaoyang!” seru Zening tanpa sadar.
Wang Yang menarik kekang tepat beberapa langkah dari Deyun, membuat kaki depan kudanya terangkat ke atas karena gerakan mendadak itu.
“Dengar dan lihat baik-baik! Aku adalah Wang Yang, Pangeran ke-2 kerajaan Yongjin. Hari ini, aku telah membunuh raja Wang Su dengan pedangku. Aku juga akan membunuh siapa saja yang tidak menuruti perintahku. Kalian mengerti?”
Brug.
Deyun dan Han Xiu melompat turun dari kudanya dan segera berlutut. “Memberi hormat pada Pangeran Wang Yang!”
Brug. Brug. Brug.
Seluruh pas
Wang Yang masih sibuk mencerna penglihatan yang baru didapatnya. Berpikir keras siapa yang harus ia selamatkan dan bagaimana caranya. Dalam benaknya ia ingin bersikap serakah, menyelamatkan keduanya.‘Aku harus membunuh Ziliang hari ini juga. Kalau tidak, akan ada korban lagi karena perbuatannya,’ putusnya dalam hati.Kejadian selanjutnya begitu cepat atau karena Wang Yang terlalu lama melamun, entahlah. Teriakan Deyun diikuti bunyi sesuatu yang berat jatuh ke tanah membuyarkan konsentrasinya, membuat Wang Yang berpaling ke belakang. Sebuah kelebatan pedang membuatnya terkejut.“AYAH!” Zening meraih tubuh Daehan dalam pelukannya. “Kenapa kau lakukan ini?!” tangis Zening pecah.“Paman Li!” Wang Yang berbalik dan tercengang melihat apa yang terjadi. Serta-merta Wang Yang berlutut, menggenggam tangan Daehan. “Paman, kenapa kau halangi pedangnya?” tanya Wang Yang serak.“Anda adalah raja
Kediaman Mendiang Selir Chu, Paviliun MuyanHuazhi berdiri tegak di belakang Wang Yang yang sudang berlutut dan menangis tersedu. Hari ini, tubuh kokoh itu mendapat pukulan bertubi-tubi. Sekali lagi, Huazhi melihat sisi rapuh Wang Yang. Di balik kecerdasan, ketegasan dan kokohnya bahu lebar Wang Yang, kehilangan orang terdekat adalah kelemahan terbesarnya.“Yang Mulia, Anda harus menghadiri pemakaman mendiang raja dan Tuan Li.” Huazhi terpaksa menjeda kesedihan Wang Yang agar tidak berlarut-larut.“Bagaimana aku menghadapi keluarga Paman Li?” Wang Yang perlahan bangkit. “Bagaimana aku menghadapi ayahku kelak? Melindungi orang-orang yang percaya padaku saja aku tidak sanggup. Apa yang bisa aku lakukan untuk rakyat Yongjin?”“Yang Mulia, Tuan Li menyelamatkan Anda dengan nyawanya tidak ada maksud lain kecuali ingin Anda naik tahta dan memperbaiki negara ini.”Wang Yang menatap penuh luka. “Raja ma
Di ruang baca, Deyun, Huazhi dan Han Xiu sudah duduk tenang menunggu Wang Yang. Ketika pria itu masuk, semua berdiri dan memberi hormat.“Maaf, mungkin waktunya tidak tepat. Tapi aku harus membahas hal penting dengan kalian.” Wang Yang duduk di kursi kosong dan mengeluarkan tiga benda dari balik hanfu putihnya.Wang Yang menyodorkan kantong sutra ke atas meja. “Ini serbuk yang aku temukan di bawah bantal Wang Su bersama surat wasiat. Aku sudah memeriksanya, ini bukan opium. Deyun, kau periksa ini.”Lalu, Wang Yang membuka gulungan kulit hewan. “Ini adalah peta istana milikku, sedangkan ini milik ratu yang berhasil Zhaolin curi dari kediamannya.” Wang Yang menyodorkan dua lembar peta yang sekilas tampak sama.Wang Yang menunjuk gambar yang sudah dia lingkari lebih dulu. “Ada beberapa tempat yang ditambahkan pada peta milik Suying. Huazhi, aku minta kau selidiki dengan teliti dan laporkan padaku segera.”
Zening sama sekali tidak menduga kalau Han Xiu serius menanggapi keputusasaannya. Ketika tubuhnya mendarat di punggung Ru Feng, mengertilah dia bahwa Han Xiu tidak sedang main-main. Pria itu serius ingin membawanya pergi, paniklah Zening.Ucapannya tentang pergi jauh bersam Han Xiu memang bukan sebuah lelucon. Jauh di dalam hatinya, Zening ingin sekali melakukannya. Meninggalkan semua kerumitan istana, pergi bersama pujaan hatinya. Namun, ada sebagian diri Zening yang melarangnya bertindak gegabah. Ia teringat pesan terakhir mendiang ayahnya dan janjinya untuk melakukan semua yang ayahnya minta.Ketika bimbang dan panik melanda, hangatnya napas Han Xiu yang berembus ke dalam dirinya membuat Zening hilang kesadaran. Sesaat, Zening menjadi egois, ingin terus merasakan indahnya menjalani hidup berdua bersama Han Xiu, tapi kejadian di gua bersama Wang Yang menyadarkannya.Ciuman ini nyatanya tidak seperti yang Zening bayangkan. Bisikan Han Xiu di telinganya membuat
Penjara Bawah TanahHuazhi bersyukur dalam hati manakala matanya melihat bayangan hitam berkelebat dengan lincah melompati tembok istana. Sekali lagi, ia mengedarkan pandangan, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat, lalu bergegas menghampiri bayangan hitam yang baru menjejak tanah.“Jenderal!” sapa Huazhi semangat.“Bagaimana kondisinya?” Deyun menurunkan kain penutup wajahnya.“Aman, Jenderal. Semua penjaga sudah tertidur pulas,” lapor Huazhi sembari mengulum senyum.“Bagus, rupanya tabib muda itu sudah menentukan sikap. Ayo, kita bawa dia pergi dari sini.”Deyun masuk ke dalam penjara dan melihat sendiri Lao Ru Lan sedang membakar dupa yang menyebabkan penjaga penjara tertidur pulas. Huazhi membuka pintu penjara dan menarik Ru Lan keluar.“Jenderal, saya mohon, lepaskan ayah saya juga. Saya janji akan menghabiskan sisa usia saya untuk mengabdi pada Baginda Raja.&rdqu
Aula HuanyangWang Yang masuk bersama pendukungnya. Berbaris di belakangnya, Li Deyun, Han Xiu, Huazhi, Ji Mong dan Zhaolin. Mereka berjalan cepat memasuki aula tempat para pejabat istana melakukan audiensi bersama raja.“Siapa yang mengizinkan para pemberontak ini masuk?!” teriak Suying dari atas singgasana.“Kami bukan pemberontak!” Wang Yang berhenti di depan Guru Besar Negara dan menyerahkan surat wasiat yang Wang Su tulis di akhir hidupnya. “Guru, silakan Anda periksa dan sahkan surat wasiat ini.”Pria tua berjenggot putih itu menerima kertas dari tangan Wang Yang dan hati-hati membukanya. Membaca dan mencermatinya, lalu berkata, “Surat ini asli dan sah! Juru Tulis, silakan mencatat apa yang akan aku sampaikan.”Juru Tulis yang duduk di samping singgasana raja mengangguk hormat.“Hari ini, tanggal 15 tahun naga, Pangeran Wang Yang telah resmi diangkat menjadi raja baru dari keturunan
Kediaman Selir Chu, Paviliun Muyan Wang Yang duduk gelisah di salah satu kursi kayu sambil sesekali menggosok dagunya yang mulai ditumbuhi rambut kasar. Begitu melihat Huazhi berjalan masuk, Wang Yang berdiri menyambutnya. “Apa kau sudah mendapat kabar dari Jenderal Li?” tanya Wang Yang tak sabar. Huazhi mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Izin menjawab, Yang Mulia. Jenderal Li baru tiba di Klinik Pengobatan. Han ....” “Siapa yang terluka?! Zening?!” potong Wang Yang cepat. “Bukan, Yang Mulia. Tuan Han tertusuk pedang beracun di tepi jurang.” Wang Yang mengernyit heran. “Han Xiu, tertusuk pedang beracun katamu?” tanya Wang Yang tak percaya dengan apa yang didengarnya. Han Xiu adalah salah satu jenderal yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi, bahkan jauh di atasnya. Kalau Han Xiu sampai tertusuk pedang beracun, ada dua kemungkinan, ia beertemu dengan lawan yang kemampuannya lebih tinggi darinya atau ia sengaja mengalah
Paviliun MuyanHuazhi sudah berdiri menunggu di depan pintu kediamannya ketika Wang Yang kembali dari Klinik Pengobatan. Sayangnya, Wang Yang sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tidak memperhatikan wajah kesal orang kepercayaannya tersebut.“Pangeran!” sapa Huazhi seraya mengangguk hormat.“Hmm.” Wang Yang melirik sekilas, lalu mendahului masuk. “Kau sudah memeriksa kondisi Zening? Apa dia terluka?” tanya Wang Yang dengan ekspresi linglung sambil mendudukkan diri di belakang meja kerjanya.“Yang Mulia, ada hal penting yang harus saya sampaikan.” Huazhi berlutut. Apa yang akan dia sampaikan, mungkin bisa membuat Wang Yang marah dan memenggal kepalanya. Maka, Huazhi memposisikan diri siap menerima hukuman.“Katakan saja,” sahut Wang Yang malas.“Ini tentang Li Zening.” Huazhi mengumpulkan keberaniannya untuk menyebut nama calon istri pangerannya tanpa sebutan kehormata