Saat itu pegawai senior Majestic Height menoleh ke belakang dan mendapati deretan pasukan pengawal di depan lobby tengah membungkuk dalam diikuti dengan seluruh pegawai Majestic Height yang juga turut menunduk merendah.
Sialnya bagi pegawai hotel senior itu, tak ada siapa pun yang berjalan keluar menuju lobby kecuali pria muda yang hendak ia tampar.
Seketika itu juga, pria itu menurunkan tangannya, ia lekas-lekas membungkukkan badan serendah mungkin sembari bergumam dengan kalimat yang terbata-bata.
“Tuan Muda… Tuan Muda, kami mohon maaf atas keterlambatan kami menyambut anda…”
Calvin tersenyum sinis, ia berhenti sejenak demi menepuk-nepuk pundak pegawai yang nyaris ingin menamparnya tersebut.
“Bukankah tadi kau terlihat ingin menamparku? Kenapa mendadak memberi hormat?” tanya Calvin dengan nada santai.
Tubuh si pegawai itu bergetar hebat, ia mendapati giginya bergemelatuk dan merasakan kerongkongannya kesulitan mengucapkan kata-kata.
Calvin menyeringai lebar lalu berkata, “Jangan gemetaran begitu, tenanglah sedikit, moodku sedang baik jadi kemungkinan terburuknya hanyalah kau dipecat dari jabatanmu.”
Meski Calvin hanya bercanda, setidaknya itu cukup untuk membuat pegawai itu gemetaran hebat dan gelisah bukan main.
Sementara itu, begitu Calvin tiba di depan lobby hotel, segenap pasukan elite membuat barisan khusus seperti sedang bersiap mengantar kepergian Calvin Reed dari hotel.
“Tuan Reed, silakan masuk ke mobil,” ucap William Jones selaku kepala pengawal elite.
Calvin memasuki mobil dengan William sebagai driver. Segera setelah mobil melaju meninggalkan Majestic Height Hotel, Calvin membuka percakapan.
“Biar kutebak, para war gods saat ini sedang menjadi kaki tangan sang presiden? Dan president sedang ingin memata-mataiku dengan memanfaatkan tiga cecunguk itu?” tanya Calvin kepada William.
Sejenak, William Jones nyaris tersedak oleh napasnya sendiri. Tiga cecunguk yang dimaksud oleh Calvin Reed tentu saja adalah The Southern King, The Dragon Emperor, and The Knight of the Night. Nyatanya, tiga sosok tersebut merupakan tiga jagoan panglima perang terhebat yang tersohor dan ditakuti oleh banyak pihak.
Dengan entengnya, Calvin Reed menyebut ketiganya sebagai ‘cecunguk’. Tentu saja sosok yang bisa berkata demikian adalah jagoan di atas jagoan. Dan, hal itu membuat William lagi-lagi bergidik membayangkan kengerian Calvin Reed.
“Ya, sepertinya begitu, Tuan Reed,” jawab William setelah ia selesai menguasai sensasi ngeri di dadanya. “Apakah saya perlu menolak undangan jamuan makan mereka, Tuan?”
Calvin menggeleng. “Anggap saja mereka sedang berjuang memata-mataiku, tapi bukankah itu terlalu konyol? Ha ha, terima saja undangannya. Aku tak mengendus adanya ancaman di agenda jamuan makan itu.”
William Jones mengangguk, sejauh ini, ia selalu mempercayai semua keputusan yang diambil oleh tuannya itu. Maka, William Jones segera menelepon salah satu dari war gods dan mengatakan jika Calvin Reed menerima undangan mereka.
Setelah urusan undangan jamuan makan itu selesai, Calvin Reed meminta William untuk mengantarnya pergi ke suatu tempat.
“William, di wilayah barat Maplewood City, ada sebuah perumahan elite yang bernama Alexandria residence. Bawa aku ke sana kurang dari lima belas menit dari sekarang.”
Mendengar perintah Calvin Reed, William segera menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan maksimal. Ia telah dilatih secara langsung oleh Calvin untuk mengemudi dalam kecepatan tinggi dengan potensi risiko paling minim.
Empat belas menit kemudian…
Calvin turun dari mobil dan meminta William pergi, ia tak ingin terlihat mencolok di depan keluarga calon mertuanya. Lebih-lebih, saat ia hendak membatalkan perjodohan dengan tunangannya.
“Dengan melihat keadaanku yang sederhana ini, kukira mereka bisa dengan mudah menyetujui pembatalan perjodohan kami,” gumam Calvin sesaat sebelum ia memasuki mansion milik keluarga Miller.
Beberapa tahun sebelum hari itu, kakek angkat Calvin telah mengatur perjodohannya dengan seorang cucu keluarga Miller. Meski Calvin dan tunangannya belum pernah bertemu dan saling kenal, kakek-kakek mereka telah bersepakat untuk menyatukan keduanya.
Namun, ada satu hal besar yang membuat Calvin memutuskan untuk membatalkan perjodohan.
“Emily, bertahanlah sedikit…”
Terdengar suara jeritan dari halaman depan mansion. Tanpa memedulikan security yang hendak menanyainya, Calvin bergegas berlari menuju ke sumber suara. Ia yakin seseorang sedang berada dalam keadaan darurat.
“Tuan Miller, putri anda sudah tak memiliki kesempatan hidup,” ucap seorang dokter senior, dokter nomor satu di Maplewood City.
Edward Miller menggelengkan kepala. Ia menatap dengan putus asa ke arah Emely Miller, putrinya, yang telah tergeletak kaku di atas tanah dengan keadaan mulut berbusa.
“Dokter, semua orang menyebutmu sebagai dokter hebat tanpa tanding! Kau harus bisa menyembuhkan putriku,” teriak Edward putus asa.
Dokter senior itu menggeleng beberapa kali. “Saat aku tiba di sini, kemungkinan besar lambung putrimu sudah pecah. Sudahlah, tak seorangpun bisa mengembalikan nyawa putrimu, Tuan Miller.”
“Aku bisa!”
Edward Miller dan David Longman – sang dokter, serempak menoleh ke sumber suara. Mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan Calvin Reed yang tiba-tiba.
“Bocah muda, ini bukan waktunya untuk bercanda!” bentak David Longman, si dokter senior.
“Aku tahu,” ucap Calvin seraya berjongkok mengamati keadaan Emily.
Calvin Reed nyaris terjungkal karena terkejut begitu ia melihat wajah perempuan yang tak sadarkan diri itu nyatanya memiliki kemiripan nyaris 100% dengan perempuan yang semalam tidur dengannya.
Tapi, tentu saja di saat yang genting seperti itu ia tak berhak memikirkan sesuatu yang mengganggu di kepalanya. Segera, Calvin menyentuh pergelangan tangan Emily.
“Aku bisa mengobatinya,” ucap Calvin seraya duduk dan bersiap melakukan sesuatu.
“Bocah gila!” bentak si dokter lagi. “Pergi dari sini sebelum kau mengacau lebih jauh!”
Namun, sebelum sang dokter bertindak mengusir Calvin, Edward Miller berlutut sambil menangis tertahan.
“Anak muda, jika kau memang serius dengan ucapanmu, lakukanlah, obati putriku. Aku akan berhutang nyawa kepadamu.”
Emily Miller masih dalam keadaan terbujur kaku dengan bibir mengeluarkan busa. Meski sekilas gadis itu tampak seperti sudah tak bernyawa, Calvin merasa menyembuhkan Emily bukanlah hal yang sulit.“Ada satu syarat sebelum aku memulai penyembuhan,” ucap Calvin seraya menempelkan tangannya ke urat nadi leher Emily.Edward Miller mengangguk setuju. “Apa pun syaratmu, aku setuju. Bahkan jika kau meminta imbalan khusus, aku akan memenuhi semua kemauanmu.”“Tak ada yang boleh mengganggu proses pengobatanku.” Calvin bergumam seraya menggerakkan tangannya seolah ingin membuka kancing dada Emely.“Bagaimana bisa Tuan Miller terkecoh oleh bualan pemuda asing seperti dia?” salah seorang asisten David Longman berbisik ke telinga temannya dengan ekspresi penuh kebencian.“Ssst… Biarkan dia termakan oleh kebodohannya sendiri, dia membiarkan pemuda itu menyentuh putrinya, itu artinya dia benar-benar tak menghargai Dokter Longman,” balas rekannya.Saat Calvin benar-benar membuka kancing dada Emily, la
David Longman bahkan masih ingin mengucapkan beberapa kalimat hinaan kepada Calvin, tetapi tentu saja mulutnya kini sedang tersumpal oleh keterkejutannya sendiri.“Tidak mungkin…” gumam David Longman pelan, “pemuda itu bahkan hanya meraba-raba tubuh Emily, tetapi, bagaimana bisa?”Dua asisten David Longman juga sama terkejutnya dengan sang dokter. Mereka juga yakin jika Emily sudah tak mungkin bisa disembuhkan. Apalagi hanya dengan diraba-raba dengan tangan kosong.Mustahil!“Siapa tadi yang berkelakar ingin memohon kujadikan sebagai murid?” tanya Calvin, tentu saja dengan senyum lebar penuh kemenangan.David Longman tercekat diam. Dengan diliputi rasa penasaran, ia berjalan menghampiri Emily yang kini tengah berada di pangkuan Edward.David mencoba menyentuh pembuluh nadi di tangan Emily sembari mengobservasi keadaan Emily secara menyeluruh. Rasa keterkejutan David kian membesar. Emily bukan hanya sembuh dari keracunan, tetapi, ia bisa memprediksi jika Calvin ternyata juga telah memp
Setelah Calvin Reed mengucapkan maksudnya, Edward Miller segera menyadari jika pemuda yang baru saja menyembuhkan putrinya itu bukanlah pemuda biasa. Segera, Edward mengajak Calvin dan Dahlia ke ruang tamu sekaligus meminta dokter David mengurusi Emily.Kini, Calvin, Dahlia, dan Edward Miller telah berada di ruang tamu.“Anak muda, benarkah kau adalah murid dari Immortal Rhovan?” tanya Edward sekali lagi demi memastikan semuanya.“Ya, akulah satu-satunya murid Master Rhovan.”Rhovan Romanov, adalah sosok terkenal yang sangat disegani para War Gods di seluruh dunia. Ia mendapat julukan Immortal Rhovan karena nyaris selalu lolos dari ancaman maut dalam semua misi dan perang yang ia pimpin.Uniknya, hanya ada segelintir orang yang mengetahui keberadaan Immortal Rhovan karena selain lihai dalam memimpin perang, sosok tersebut juga pandai bersembunyi dan menyamar.“Ayah, sejak kapan ayah menjodohkan putri ayah dengan pria asing itu?” tanya Dahlia di tengah-tengah kebingungannya.Calvin men
Satu hal yang sangat mengganggu Calvin, apakah Dahlia Miller yang dimaksud oleh William Jones adalah orang yang sama dengan Dahlia Miller yang semalam tidur dengannya.Maka, demi memastikan semuanya, setelah mengakhiri percakapan telepon dengan William Jones, Calvin Reed memutuskan untuk segera bertemu dengannya guna memenuhi rasa ingin tahu tentang Dahlia Miller yang telah disebutkan oleh William. Di waktu yang sama di dalam mansion keluarga Miller, mengetahui Calvin Reed baru saja pergi, David Longman tergesa-gesa ingin menyusul, ia memerintahkan kedua asistennya untuk merawat Emily sementara ia pergi menyusul Calvin.“Master… Master tolong tunggu dulu…” David Longman berteriak-teriak memanggil Calvin yang berjalan cepat. “Master Reed, tolong tunggu aku.”Calvin sama sekali tak berniat menoleh ke belakang pada awalnya, tetapi pada akhirnya ia berhenti melangkah lalu berbalik badan.“Mr. Longman, jika anda bersikeras memanggil saya dengan sebutan Master, saya lebih senang berpura-pu
Setelah Dahlia Miller pergi menyusul Calvin, Ryan Miller akhirnya mulai menunjukkan niat aslinya datang ke mansion Edward.“Paman Edward, apakah kamu tahu wilayah Celestial Grove yang berada di sisi utara Maplewood City?” tanya Ryan kepada Edward, dari nada suaranya, Edward mengendus Ryan ingin memamerkan sesuatu lewat pertanyaan tersebut.Edward tersenyum tipis, “hanya orang bodoh yang tak tahu Celestial Grove. Itu adalah hutan surga yang menjadi salah satu wilayah yang paling ingin dimiliki oleh keluarga-keluarga berpengaruh di Maplewood City,” jawab Edward sekenanya.Celestial Grove, selain memiliki keunikan demografinya, tempat tersebut juga menyimpan sumber daya berharga yang menjadikannya begitu istimewa.Ryan bertepuk tangan lalu menjelaskan sesuatu. “Paman, aku telah berhasil bertemu dengan sosok yang memiliki peran penting atas Celestial Grove. Hanya butuh satu kali lagi keberuntungan kecil, Celestial Grove akan jatuh ke tanganku.”Edward Miller tak bisa menyembunyikan keterk
“Kau datang mencariku?” gumam Calvin Reed lalu membalikkan badan, kini ia berhadap-hadapan dengan Dahlia Miller yang hanya berjarak sekitar dua meter dengannya.Dahlia mengerutkan dahi, “Kau tahu aku yang datang bahkan sebelum kau melihatku?”Calvin Reed memejamkan mata lalu menarik napas dalam dan menjawab, “aroma ini, aku masih sangat hapal aromamu mengingat semalam kita…”“Shut up!” Dahlia buru-buru menghentikan ucapan Calvin Reed, ia tak mau mengulang sensasi malu yang memenuhi kepalanya jika harus mengingat lagi kejadian semalam.Melihat Dahlia tampak sedikit menampakkan ekspresi marah, Calvin Reed bertanya lagi. “Kau selalu memperlihatkan kebencianmu padaku, di saat yang sama kau juga terengah-engah mengejarku lagi. Apa ini semacam tanda awal dari percintaan semacam enemy to lover?”Pipi Dahlia Miller merah merona, ada perasaan malu, awkward, sekaligus sedikit kesal yang tertuju pada Calvin. Namun, ketika Dahlia teringat kembali perintah dari ayahnya, ia mulai menekan harga dir
Dan, hari itu juga Calvin Reed dan Dahlia Miller mendaftarkan pernikahan mereka ke catatan sipil. Meski belum memiliki rasa cinta kepada Calvin, Dahlia tetap bersedia menjadi istri Calvin sebagai wujud kepatuhannya terhadap sang ayah. Jika dipikir-pikir lagi, Dahlia melihat Calvin Reed juga tak seburuk sangkaannya.Ketika Calvin dan Dahlia keluar dari kantor catatan sipil dengan mengantongi sertifikat pernikahan, Dahlia segera dikejutkan dengan dering telepon yang tak henti mendengung.“Ada telepon dari temanku,” gumam Dahlia kepada Calvin.“Angkat saja, mungkin itu urusan penting.”Dahlia mengangguk lalu menyapa Davis Moore, pria muda dari keluarga kaya raya yang sudah lama sekali menaruh hati kepada Dahlia Miller.“Hi, Dahlia. Kau sibuk? Aku meneleponmu puluhan kali beberapa waktu lalu,” tanya Davis Moore.“Ah, iya. Aku sedang sibuk beberapa waktu lalu hingga kusetting ponselku dalam mode senyap. Sekarang aku sudah tak begitu sibuk, jadi ada apa ya?” tanya Dahlia penasaran. Melihat
Ruangan yang dipesan oleh Davis Moore nyatanya dihias dengan rupa-rupa bunga mawar merah dan aneka dekorasi manis bak sengaja dipesan untuk keperluan makan malam romantic bersama kekasih.Terkesan agak aneh jika dekorasi seromantis itu lantas digunakan untuk pertemuan yang hanya membahas urusan bisnis.“Dahlia, mengapa diam di sana, ayo ke sini!” panggil Luna saat menyadari Dahlia sudah memasuki ruangan.“Dahlia, kami sudah menunggumu,” ungkap Davis Moore, matanya berbinar senang saat melihat kedatangan Dahlia.Dahlia mengangguk lalu berjalan menuju ke meja bundar, tempat Davis dan Luna duduk berdekatan. “Apa kau terkejut karena kagum pada dekorasi ruangan ini?” tanya Luna, ia lalu menatap ke sekeliling ruangan dan berkata, “Davis benar-benar luar biasa! Harga untuk makan malam kita kali ini setara dengan 1 unit mobil dan dia sama sekali tak keberatan membayar semuanya untuk kita!”Sebelum Dahlia merespon, Davis Moore menyeringai lebar menikmati pujian Luna.“Luna, kau tahu sendiri a
William Jones menjemput Calvin Reed pukul lima sore hari di Enigma Fusion. Tak lupa, William juga telah membawakan setumpuk berkas yang sebelumnya telah dipesan oleh Calvin.“Semua informasi yang berkaitan dengan keluarga Maxim, kota Ravenswood, dan Whitestone Mansion telah saya rangkum ke dalam berkas itu, Mr. Reed. Tak lupa, saya juga telah membuat daftar nama keluarga-keluarga berpengaruh yang ada di kota Maplewood ini,” ucap William Jones tatkala menyerahkan berkas kepada Calvin yang tengah duduk di jok belakang.Calvin mengangguk dan berterima kasih. Seperti halnya ketika Calvin mengetahui banyak informasi tentang Enigma Fusion, termasuk ketersediaan air langka bernama Aether Spring, itu semua ia dapatkan dari informasi-informasi yang berhasil dirangkum oleh William Jones. Sudah menjadi kebiasaaan Calvin jika ia hendak pergi ke suatu tempat atau menghadiri acara tertentu, ia sebelumnya akan mempelajari banyak hal sebab memiliki pengetahuan luas selalu memberi keuntungan lebih bes
Sepulang dari Enigma Fusion Restaurant, Davis Moore hanya bisa diam membisu di dalam mobil. Wajahnya masam sementara telapak tangan dan kakinya terasa dingin akibat terlalu lama menahan amarah dan gelisah. Tak jauh berbeda dengan Davis Moore, Dahlia juga menampakkan wajah masam. Itu adalah untuk pertama kalinya Dahlia merasa tersinggung akibat diabaikan oleh seorang pria. Calvin Reed benar-benar tak menganggapnya ada. Pria itu sama sekali tak berbicara kepadanya sepanjang makan siang berlangsung. Jangankan berbicara, melirik saja tidak.‘Apa itu bentuk dari kecemburuannya?’ Dahlia membatin, lebih tepatnya mencari-cari alasan untuk menenangkan hatinya. ‘Ah, dia pasti sedang cemburu melihatku bersama Davis, dan begitulah sikapnya saat ia cemburu!’ batin Dahlia lagi, kali itu terbesit senyuman manis di bibirnya.“Dahlia, mengapa tiba-tiba kau tersenyum? Kau menertawai kesialan kita?!” tanya Davis yang duduk bersebelahan dengan Dahlia di jok belakang.“Eh?” Dahlia menoleh, sedikit terkej
Lanny dan Rose segera menunduk hormat ke arah pria tua yang baru datang, memperlihatkan sikap hormat yang mendalam. Sementara itu, Davis Moore menyipitkan mata, mencoba mengingat-ingat wajah pria tua parlente itu. Dahinya mengernyit sesaat, sebelum akhirnya ingatannya terpaku pada sosok Brandon Lee—pemilik Enigma Fusion.Davis Moore segera mengangkat kepalanya dan tersenyum ramah. Dengan cepat ia melangkah sedikit ke depan, seolah ingin lebih dekat dengan pria berpengaruh itu. "Anda adalah Mr. Lee, iya kan? Wah, aku sedang sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Anda siang ini," ucap Davis dengan semangat yang berlebihan, matanya berbinar penuh antusiasme.Dia tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan seseorang dari kelas sosial tinggi seperti Brandon Lee. Bagi orang kaya, memperbanyak koneksi adalah cara yang baik untuk mempertahankan kekuasaan.Brandon Lee mengerutkan kening, menyapu pandangan ke sekeliling ruangan sebelum menatap Davis dan Calvin
‘Sial! Sial! Sial!’Davis Moore kembali meraung dalam hati. Ia benar-benar berada dalam situasi yang sangat merugikan reputasinya. Tetapi sejenak dia berpikir, bukankah harga dirinya kali ini sudah hancur?Dan ditambah lagi, dia masih harus menanggung beban biaya dua botol anggur yang harganya tak masuk akal. Maka, ketimbang dia hancur dua kali, Davis memilih untuk mengesampingkan harga dirinya.Dengan napas berat, ia mengepalkan tangan dan melirik ke arah Calvin. Bibirnya sedikit gemetar saat ia akhirnya memanggil nama pria itu dengan nada suara serak seperti tertahan di tenggorokan, “C– Calvin,...”Sedikit malas, Calvin menoleh ke belakang sambil menaikkan satu alis. “Eh?” Alisnya bertaut, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. “Kau sudah sangat putus asa dan mengharapkan uluran tanganku, begitu?”‘Bangsat sialan!’ Davis Moore mengumpat dalam hati tetapi tetap saja ia memaksa kepalanya untuk mengangguk perlahan. Dengan rahang mengeras, ia menarik napas panjang sebelum akhirnya
Davis melotot tajam, rahangnya mengatup kuat menahan emosi. "Tutup mulutmu rapat-rapat. Telingaku sakit jika harus terus-menerus mendengar suara rakyat miskin!"Davis Moore mengibaskan jasnya dengan angkuh, bersiap berlalu pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Lanny melangkah ke hadapannya dengan tenang. "Tunggu, Mr. Moore. Anda bisa pergi, tetapi tentu saja setelah Anda menyelesaikan pembayaran untuk dua item yang sudah kami antarkan."Kening Davis bertaut, ekspresinya berubah dari angkuh menjadi kesal. Ia mendengus, menatap Lanny dengan tajam. "Aku bahkan belum mencicipinya, berani-beraninya kau memintaku untuk membayar anggur yang tak kuminum!"Lanny tetap mempertahankan sikapnya yang sopan. Dengan tangan terlipat di depan tubuhnya, ia menggeleng pelan. "Anda diwajibkan untuk membayar item yang Anda pesan, Mr. Moore. Terlepas apakah Anda meminumnya atau tidak, itu di luar urusan kami. Tolong kerja samanya."Davis Moore menggeleng dengan sinis, kemudian bersedekap, menatap Lanny
Kebodohan Davis Moore terpampang sempurna, membuat Calvin lagi-lagi ingin meledakkan tawa. Namun, alih-alih menertawai Davis, Calvin menunjukkan sikap yang berlawanan. Ia menyilangkan tangan di depan dada, lalu mengangguk kecil dengan ekspresi serius seakan menimbang-nimbang sesuatu.“Kau benar-benar bijak, Mr. Moore. Air putih memang sangat menyehatkan. Dan aku tersanjung kau bersedia mentraktirku minuman mewah itu,” ucap Calvin dengan senyum tipis, nada suaranya sedikit lebih rendah seolah memberi kesan mendalam.Davis mengerutkan kening, menatap Calvin dengan ragu. Lalu, seketika tawanya meledak, bahunya terguncang saat ia menepuk meja dengan ringan. “Kau memang aneh! Sebahagia itukah orang miskin saat ditraktir air putih di restoran mewah? Menyedihkan sekali!”Calvin tidak segera menjawab. Ia menarik napas pelan, lalu berdehem santai sembari merapikan lengan bajunya dengan sikap tanpa beban. “Maksudku, kau pasti tahu jika Enigma Fusion memiliki produk air putih yang diburu banyak
Beberapa menit kemudian, Lany datang membawa sebotol anggur lengkap dengan gelas-gelas tulip. Langkahnya ringan, tetapi ekspresinya tetap penuh kehati-hatian, seakan berusaha tidak menarik perhatian lebih dari dua pria yang tengah beradu ego. Di belakangnya, Rose—rekannya—juga membawa sebotol anggur serupa dengan gerakan hati-hati, sesekali melirik situasi yang tampaknya semakin tegang.Calvin menutup matanya sesaat, menghirup aroma anggur yang memenuhi udara. Ujung bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyum puas seolah menikmati setiap momen kecil ini. Ia mengambil gelas anggur dan mengamatinya dalam pencahayaan restoran sebelum berucap dengan nada santai."Domaine de la Romanée-Conti…" gumamnya, memutar gelas di tangannya, menikmati kilaunya. "Kalian punya koleksi yang luar biasa."Davis menyipitkan mata, menilai setiap gerakan Calvin dengan tatapan tajam. Di matanya, pria itu terlihat seolah sengaja ingin memamerkan wawasannya yang luas tentang wine berkualitas. Perasaan muak mer
Calvin terbatuk ringan, tapi ekspresinya tetap santai seolah hinaan Davis hanyalah angin lalu. Alih-alih merespons, ia malah mengangkat satu tangan, jarinya melengkung sedikit, memberi isyarat kepada pelayan restoran. Gerakannya tenang, percaya diri, seakan dialah yang berkuasa di tempat ini.Seorang pelayan dengan name tag bertuliskan ‘Lany’ segera menghampiri, wajahnya penuh rasa hormat."Beri kami wine terbaik, termahal, terlangka yang kalian punya," ujar Calvin, nadanya ringan namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah.Lany menundukkan kepala sedikit. "Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar. Kami akan segera mengantarkan pesanan Anda."Calvin berdeham kecil, lalu menambahkan dengan nada malas, "Pastikan kau membawa yang terbaik. Dimengerti?"Lany kembali mengangguk, tapi sebelum ia sempat menjawab, sebuah dorongan kasar di pundaknya membuatnya sedikit terhuyung."Berhenti melayani pria itu!" bentak Davis Moore, suaranya tajam dan penuh kemarahan. "Aku yang membooking seluruh re
Saat Calvin Reed berlalu pergi, ponsel Davis Moore berdering dan pria itu segera mengangkat telepon tersebut.“Tentu saja! Mana mungkin aku membatalkan kencan pertamaku dengan Dahlia. Batalkan semua meeting siang ini karena aku sudah membuat reservasi ke Enigma Fusion Restaurant. Mengerti?!” ucap Davis membalas pertanyaan orang yang meneleponnya. Sepertinya dia sedang mendapat telepon dari sekretarisnya di kantor.Di saat yang sama, meski Calvin telah melangkah sedikit jauh, ia tetap mendengar dengan sangat jelas percakapan antara Davis Moore dengan sekretarisnya. Mengetahui jika istrinya akan diajak berkencan di Enigma Fusion Restaurant, Calvin berencana mencari tahu tentang restaurant tersebut untuk melakukan sesuatu.“Hey, Calvin Reed!”Di luar dugaan Calvin, Davis berteriak memanggilnya, membuat Calvin dengan enggan menoleh ke belakang sembari mengerutkan kening. “Calvin, nanti siang pukul satu jika kau berkenan datanglah ke Enigma Fusion! Kau pasti tak pernah makan enak di resto