Saat melihat situasi itu, Kakek Muhar menjadi cemas. Sepertinya mereka sudah membuat Tuan Rio tersinggung. Dia segera melangkah maju dan berkata, "Widia, apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu nggak mau menyingkir?"Ibunya Widia juga cemas dan langsung memarahinya, "Gadis Bodoh, kamu cari mati? Cepat menyingkir."Sembari berbicara, dia maju ke depan dan bersiap untuk menarik Widia menjauh. Dia sangat membenci Tobi, bahkan menyalahkan bajingan itu karena telah merusak masa depan putrinya.Namun, siapa sangka, Widia menyembunyikan sebuah pisau di tubuhnya. Dia langsung mengeluarkannya, mengarahkannya ke lehernya sendiri, lalu berkata dengan marah, "Hentikan! Siapa yang berani mendekat, aku akan mati sekarang juga!"Begitu menyaksikan adegan itu, semua orang tercengang.Kakek Muhar dan yang lainnya tampak kesal. Mereka tidak menyangka, demi Tobi, Widia akan melakukan hal bodoh seperti itu.Martha juga terpana. Bagaimana ini bisa terjadi? Saat ini, dia mulai menyesal. Mungkin dia tidak seharu
"Widia, tutup mulutmu!""Kakek melakukan kesalahan dan sudah sepantasnya diberi pelajaran. Seharusnya kita berterima kasih kepada Tuan Rio," kata Kakek Muhar dengan cepat.Rio mendengus dingin dan berkata dengan nada mengejek, "Kamu dengar itu? Widia, kalau kamu punya sifat seperti kakekmu, kita juga nggak perlu sampai di titik ini.""Apa kamu kira aku sangat menyukaimu? Kamu pikir kamu itu bidadari dan nggak tergantikan?""Jujur saja, kamu hanya wanita yang ingin kujadikan mainan saja. Aku sudah menoleransi dan memanjakanmu berkali-kali, tapi kamu malah makin menjadi-jadi.""Kamu mau bunuh diri, 'kan? Ya sudah, silakan saja. Aku akan lihat dari sini. Setelah kamu mati, aku akan menghabisi bocah itu dan mencabik-cabik tubuhnya. Pokoknya, dia akan berakhir tragis."Rio berkata dengan sinis dan dingin, "Selain itu, jangan kira anggota Keluarga Lianto lainnya yang ada di sini bisa lolos dari tanganku! Setelah selesai nanti, aku pasti akan membereskan kalian."Begitu kata-kata itu keluar,
...Apa yang dia katakan?Dia mau membereskan tuan muda Keluarga Yudistira?Apa dia sudah gila?Tidak, tidak! Mungkin dia hanya sembarangan bicara saja.Banyak anggota Keluarga Lianto yang menganggap Tobi sudah gila.Bahkan, Martha pun tercengang. Kata-kata kakak iparnya sudah membuatnya berkeringat dingin. Saat ini, dia baru mengerti mengapa kakak sepupunya tidak ingin dia menceritakan kebenaran itu kepada pria itu.Kini dia mulai menyesal. Walau kakak iparnya terlihat sangat heroik, tetapi bagaimana kalau dia mati? Bukankah semua akan berakhir sia-sia?Kakek Muhar dan orang tuanya hampir tidak kuasa menahan tawa mereka. Tobi terlalu suka membual. Apa dia mengira dirinya sangat hebat? Mungkin dia tidak tahu Rio itu putra Keluarga Yudistira dari Jatra. Itu sebabnya, dia berani berbicara seperti itu.Lantaran hal ini melibatkan seluruh keluarga mereka, jadi Kakek Muhar dan lainnya tidak berani tertawa.Hanya saja, setelah hari ini, dia pasti akan berakhir tragis.Jangankan mereka, bahka
Kakek Muhar jelas tidak senang melihat Widia meragukannya. Dia pun berkata dengan marah, "Apa itu penting? Aku melakukan ini semua demi kamu!""Kalau begitu, aku sudah tahu!"Jawaban kakeknya makin membuat Widia yakin. Dia menoleh ke arah Tobi dan berkata, "Tobi, akulah yang mencelakaimu!""Tapi jangan khawatir, kalau kamu mati, aku pasti akan menemanimu. Kalau ada kehidupan berikutnya, kita akan tetap bersama lagi!"Saat ini, dia tidak peduli lagi dengan ancaman Keluarga Yudistira kepada Keluarga Lianto.Jelas-jelas ini hasil kerja sama keluarganya dengan orang luar untuk mengancamnya.Widia hanya ingin memberi tahu Tobi, dia akan selalu berada di sisi Tobi, baik itu hidup ataupun mati.Sekalipun jalan di depan mereka buntu, dia juga memutuskan untuk bersama Tobi.Entah kenapa, Widia menyadari dirinya merasa jauh lebih rileks, seolah-olah beban yang dipikulnya sirna sepenuhnya.Hanya saja, saat Kakek Muhar dan yang lainnya mendengar ini, mereka sudah hampir gila, apalagi melihat ekspr
Melihat adegan ini, semua orang langsung menggelengkan kepala.Lambat sekali!Seakan-akan postur dan gerakan Tobi tidak ada gunanya sama sekali.Tidak perlu diragukan lagi, dia sudah pasti akan mati!Candra yang melihat itu juga tampak cemas. 'Kak Tobi, bukankah seni bela dirimu sangat hebat? Kenapa masih diam saja? Cepat serang dia sekarang juga!'Namun detik berikutnya, semua orang terpana.Termasuk Okta sendiri. Lantaran di saat itu dia merasa gerakannya pasti akan mengenai lawan, Tobi tiba-tiba mengangkat tangan kanannya.Kemudian, memperlihatkan teknik mengunci lawan. Tobi segera menangkap tangan kanannya, yang bersiap untuk menyerang itu.Detik berikutnya, hanya terdengar bunyi 'krek' di telinganya. Okta seketika merasakan sakit yang menusuk. Ternyata tangan kanannya sudah dipatahkan oleh lawan.Karena kesakitan, Okta terpaksa menyerang dengan tangan yang satunya lagi.Namun, Tobi kembali mengambil tindakan. Kali ini, dia langsung menghancurkan tangan kiri Okta dengan kekuatan ba
"Huh! Pengawalku hanya ahli bela diri Kekuatan Gelap. Ahli bela diri Kekuatan Transformasi mana pun yang berada di tingkat menengah bisa melakukan serangan yang baru saja kamu keluarkan. Sekalipun berusaha mati-matian, kamu paling hanya bisa berada di tingkat akhir Kekuatan Transformasi.""Tapi kalau tebakannya nggak salah, kekuatanmu pasti berada di tingkat menengah Kekuatan Transformasi. Sebaliknya, aku sudah berada di tingkat puncak Kekuatan Transformasi. Hanya butuh selangkah lagi, aku sudah akan menerobos alam Guru Besar."Rio maju ke depan, menunjukkan sisi dominannya, dan berkata dengan bangga, "Dibandingkan denganku, kamu hanya pecundang lemah!"Dia tidak menyangka seni bela diri Tobi akan begitu hebat. Hanya saja, tidak peduli seberapa hebatnya Tob, dia masih tidak bisa dibandingkan dengannya.Biarlah semua orang melihat, siapa pria berbakat dan luar biasa yang sesungguhnya.Semua orang diam-diam menghela napas. Sesuai dugaan mereka, Tuan Rio masih lebih kuat.Tidak peduli seb
Tobi sungguh kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka sifat Rio akan berbalik sepenuhnya dengan bayangannya. Padahal, kalau dilihat dari apa yang dia katakan dan apa yang dia lakukan, jelas terlihat dia adalah orang yang sangat kejam.Rio juga selalu meremehkan semua orang. Tobi mengira dia pasti orang pintar yang berhati kejam.Namun, setelah dilihat sekarang, ternyata dia hanya seorang pria bodoh.Sebaliknya, Rio sama sekali tidak merasa dirinya bermasalah. Dia justru kembali mengancam, "Widia, aku akan beri kamu kesempatan terakhir.""Kemarilah, lalu berlutut dan minta maaf kepadaku. Mulai sekarang, layani aku dengan baik. Dengan begitu, aku akan memaafkan kesalahanmu hari ini.""Kalau nggak, kalian berdua, kakekmu, orang tuamu, adikmu, dan semua sanak keluargamu bersiap-siap mati saja."Sembari berbicara, Rio juga menunjuk semua orang. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ancaman.Begitu mendengar kata-kata itu, ibunya Widia langsung ketakutan. Dia buru-buru berk
Tobi tersenyum sinis dan sengaja menyudutkan mereka berkali-kali, tanpa menunjukkan belas kasihan sedikit pun.Ibu dan ayahnya Widia kesal sekali. Wajah mereka terlihat kusut, seperti baru saja menelan ribuan lalat mati. Sayangnya, mereka sama sekali tidak bisa membantah perkataannya.Namun, yang membuat mereka makin tidak senang adalah semua orang malah menunjukkan ekspresi seakan-akan setuju dengan kata-kata Tobi.Walau mereka tahu seberapa kuat dan menakutkannya Rio, tetapi kelakuan ibunya Widia benar-benar mengejutkan mereka dan juga mulai mengubah pandangan mereka terhadapnya."Kalian! Kalian tahu apa!"Ibunya Widia terlihat emosi. Melihat semua orang diam-diam membenarkan perkataan Tobi, dia langsung membalas dengan suara keras, "Kalau kalian ada dalam posisi ini, apalagi putri kalian bisa menikah dengan tuan muda yang hebat, mungkin kelakuan kalian akan lebih buruk dariku."Lantaran di sana masih ada Rio, semua orang tidak berani berkomentar apa-apa. Namun, ekspresi mereka jelas