"Tentu saja aku bisa.""Kalau ayamnya, aku minta orang mencarikannya. Jangan lupa, aku dari tadi sudah bangun dan kamu sudah lama berlatih. Hanya saja sup ayamnya perlu direbus perlahan. Baru siap tidak lama. Ayo Kak Tobi, makanlah mumpung masih panas.""Ya."Tobi menyesapnya. Rasanya enak sekali, tidak berminyak dan sangat lezat. Dia memujinya berulang kali, "Enak sekali!""Yang penting Kak Tobi suka saja. Aku bisa masak untukmu setiap hari."Selesai berbicara, wajah Jessi langsung merona merah. Dia kemudian buru-buru menjelaskan, "Bukan begitu. Maksudku, kalau Kak Tobi ingin minum, beri tahu aku saja. Aku akan masak untukmu.""Ya!"Tobi juga tidak membahas masalah itu lebih lanjut lagi. Dia segera mencari topik lain dan bertanya, "Bagaimana kondisi tubuhmu?""Rasanya segar sekali!""Aku belum pernah merasa begitu rileks dan santai seperti ini sebelumnya. Aku juga penuh semangat dalam melakukan segala hal," kata Jessi dengan antusias. "Oh ya, tampaknya tenagaku jauh lebih kuat."Bukan
Selama proses mengajar, tanpa sadar, waktu juga berlalu dengan cepat.Tidak bisa dimungkiri, meski Jessi tidak pernah berlatih seni bela diri sebelumnya, daya tangkapnya sangat kuat.Setelah satu jam belajar, kini dia sudah mampu mengendalikan kekuatannya sendiri. Meski masih belum memiliki kemampuan bertarung, setidaknya dia bisa mengontrol kekuatan tubuhnya.Di saat itu, Pandu juga telah menghentikan kultivasinya dan berdiri. Dia terkejut saat menyadari kekuatan di tubuhnya bertambah kuat. Dia bahkan telah memasuki tingkat menengah Guru Besar.Wajahnya penuh kegembiraan. Dia segera keluar. Saat melihat Tobi, dia langsung berkata dengan antusias, "Tuan!"Awalnya, dia memang masih belum tahu, tetapi saat dibantu oleh Tobi selama perawatan, dia bangun dan melihat Tuan sedang membantunya.Dia terkejut dan ingin berbicara, tetapi Tobi menghentikannya. Dia memberi isyarat agar dia segera memulihkan tubuhnya dengan baik."Ya, bagus. Sepertinya kekuatannya meningkat lagi," kata Tobi sambil t
Tampaknya kekuatan tinjunya yang kuat itu tidak berpengaruh pada Tuan.Dia sendiri juga jelas merasakan. Andai Tuan tidak berbelas kasihan, dia pasti akan terluka parah akibat serangan barusan.Kalau Tuan ingin membunuhnya, dia juga tidak perlu repot-repot.Makin tinggi kekuatannya, sepertinya dia juga makin bisa merasakan teror kekuatan Tuan.Tobi tersenyum dan berkata, "Nggak perlu kaget seperti itu. Kamu hanya perlu berusaha keras. Aku yakin suatu hari nanti kekuatanmu juga bisa mendekati kekuatanku."Hanya mungkin bisa mendekati, tetapi mustahil untuk dilampaui.Sekalipun Pandu sangat berbakat dan bisa melampaui banyak orang, tetapi dia tidak mungkin bisa mengalahkannya."Ya! Aku akan berusaha keras."Pandu berkata dengan sungguh-sungguh, "Meski aku nggak tahu kekuatan Tuan, aku pasti akan berusaha mendekati jejakmu." Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia masih membutuhkan lebih banyak usaha.Tobi mengangguk dan berkata, "Lantaran cederamu sudah pulih, aku juga nggak menyuruhm
Tak butuh waktu lama, Tobi telah tiba di departemen administrasi. Namun, dia tidak bertemu dengan Kristin di sana. Sebaliknya, telinganya malah menangkap beberapa kalimat yang tidak enak didengar."Hei, menurut kalian, mengapa Pak Bayu memanggil Kristin ke ruangannya? Terus, kenapa sampai sekarang dia masih belum keluar?" tanya seorang wanita berpakaian seksi itu sambil memasang senyum nakal."Memangnya kalian nggak tahu kelakuan Pak Bayu? Apa lagi yang bisa dia lakukan?""Benar sekali. Kristin ini benar-benar nggak tahu malu. Dia selalu berpura-pura polos selama ini, tapi sialnya, pria-pria tua itu malah menyukainya.""Siapa suruh dia pintar berpura-pura? Apalagi, dia begitu nggak tahu malu. Entah sudah berapa kali dia tidur dengan pria tua itu. Entah sudah berapa banyak hal kotor yang dia lakukan."Sembari berkata, wanita bernama Hanny itu juga memasang tatapan cemburu.Sayangnya, parasnya tidak cukup cantik. Kalau tidak, dia juga bisa berinteraksi dengan Pak Bayu di kantor setiap ha
Gawat! Apa dia barusan mendengar pembicaraan mereka? Mungkinkah dia salah paham kepada Kristin?Mendengar itu, Hanny langsung bertanya, "Kamu pacarnya Kristin?"Tobi agak kaget, tetapi masih belum menjawab.Namun, Hanny mengira tebakannya benar. Melihat ada pemuda tampan yang datang menemui Kristin lagi, dia makin cemburu dan berkata, "Kamu mungkin masih belum tahu, 'kan? Kamu sudah diselingkuhi Kristin.""Entah sudah berapa kali dia ditiduri oleh atasan kantor kami."Saat mendengar itu, wajah Tobi berubah pucat. Sepertinya yang baru saja dia bicarakan itu memang Kristin. Dia pun berkata dengan ekspresi muram, "Kamu tahu apa yang kamu bicarakan? Kamu harus bertanggung jawab atas kata-katamu.""Kenapa kamu marah-marah kepadaku!""Seharusnya kamu cari Kristin. Dialah yang mengkhianatimu, bukan aku." Hanny sempat kaget dibuat Tobi pada awalnya.Plak!Namun, Tobi tidak berbasa-basi lagi dan langsung menamparnya.Biasanya Tobi tidak memukul wanita, tetapi wanita ini sudah keterlaluan. Awaln
Lintang tertegun sejenak. Apa yang terjadi? Mengapa Tuan Tobi tiba-tiba datang ke perusahaan? Sejak perusahaan ini berdiri, Tuan Tobi sama sekali belum pernah datang.Apalagi, didengar dari nada bicaranya, dia jelas-jelas marah. Siapa yang memprovokasi dirinya?Sialan! Apa orang-orang itu ingin mati?Untungnya, dia baru sampai di tempat parkir dan masuk ke dalam mobil. Kalau tidak, bagaimana dia bisa segera menghampirinya? Lintang bergegas turun dari mobil. Hanya saja, liftnya agak lambat.Dia belum pernah merasa liftnya begitu lambat. Saking kesalnya, dia juga langsung memarahi sekretaris yang berada di sampingnya. Terakhir, Lintang memintanya untuk memasang lift baru.Sekretarisnya, Dwi, benar-benar kebingungan. Padahal, dia baru saja merasa senang lantaran bisa mengikuti Pak Lintang keluar menemui klien, yang mana itu bisa dianggap sebagai sebuah kehormatan besar baginya. Tak disangka, sebuah panggilan telepon akan langsung membuat Pak Lintang menjadi marah.Bahkan, dia juga sempat
Pak Liam juga marah. Beraninya pemuda ini berlagak di depannya. Liam pun berkata dengan dingin, "Bocah, aku nggak peduli siapa dirimu, sekalipun kamu putra konglomerat, kamu juga akan berakhir hari ini.""Satpam mana? Cepat panggil ke sini. Suruh mereka patahkan tangan dan kakinya, lalu usir keluar."Begitu mendengar perintah itu, beberapa satpam bergegas menghampiri mereka. Ada beberapa di antara satpam-satpam itu yang pernah terlatih sebelumnya dan mereka semua anak buahnya Pandu.Namun, kebanyakan dari mereka hanyalah orang yang lemah. Mereka juga tidak pernah bertemu dengan Tobi sebelumnya.Begitu masuk, mereka langsung menargetkan Tobi.Namun, Tobi terlihat acuh tak acuh dan hanya berkata dengan dingin, "Aku sarankan, sebaiknya kamu tanyakan masalah ini dengan jelas. Kalau nggak, kamu akan menyesal nantinya.""Menyesal? Bocah kecil sepertimu berani mengancamku?" kata Pak Liam dengan kesal.Kristin panik dan buru-buru menjelaskan, "Pak Liam, bukan seperti yang kamu pikirkan. Ini se
Yang lainnya juga tercengang. Saat ini, mereka teringat lagi dengan panggilan telepon yang dilakukan Tobi sebelumnya. Hanya saja, awalnya mereka tidak percaya sama sekali.Namun, sekarang mereka juga harus percaya.Apa benar bocah ini tidak takut dengan Pak Lintang dan meremehkannya?Hanya saja, hal ini sulit dipercaya sekali.Lagi pula, mereka terlalu sering mendengar rumor mengenai Pak Lintang. Konon, para pemimpin senior kota pun sangat sopan saat menghadapi Pak Lintang.Atas dasar apa pemuda ini berani bersikap sombong?Wajah Kristin juga berubah. Dia tahu Kak Tomi hebat. Dia bahkan bisa langsung menelepon Pak Lintang untuk melaporkan kejadian reuni sebelumnya itu.Selain itu, responsnya juga sangat cepat.Sepertinya Kak Tobi mengenal Pak Lintang. Hanya saja, bisa-bisanya Kak Tobi meremehkan Pak Lintang. Bagaimana mungkin orang hebat seperti Pak Lintang tidak marah?Namun setelah ditegur, Pak Lintang bukan hanya buru-buru datang ke sini, dia bahkan tidak berani marah sama sekali.S