Tobi menyetir sendiri dan tidak mengikuti arah mobil Tania.Namun, dia melaju ke tempat lain, menuju ke rumah sakit.Beraninya wanita tua itu menampar istrinya. Mana mungkin dia melepaskannya begitu saja?Di sisi lain, Pak Zainal dan yang lainnya telah membawa pergi Wahyu. Dalam perjalanan, dia menelepon Pak Hendro dan melaporkan, "Operasi berjalan sangat lancar. Tuan Tobi dan yang lainnya sudah pergi. Wahyu juga dibawa kembali ke kantor polisi.""Oke. Pencapaian besar kali ini milikmu."Pak Hendro juga tampak senang. Menyingkirkan Wahyu sama dengan menyingkirkan penghalang yang telah merugikan banyak warga di Kota Tawuna."Terima kasih, Pak Hendro!"Pak Zainal juga sangat senang. Sebenarnya, mereka juga diam-diam menyelidiki Wahyu. Alasannya karena Wahyu sekeluarga terlalu sombong, bertindak semena-mena dan tidak bisa mengendalikan ulah mereka.Namun, karena kekuatan Keluarga Hutama tak tertandingi, ditambah adanya dukungan dari pihak lain, penyelidikan mereka sempat terhambat untuk s
Tania juga penasaran Tobi pergi ke mana, lalu dia diam-diam meneleponnya."Tobi, Widia suruh aku meneleponmu, kamu di mana? Kenapa masih belum pulang?""Aku lagi di rumah sakit. Selesai dari sini, aku langsung pulang."Tobi pun langsung menutup teleponnya dan berjalan masuk. Butuh waktu lama agar dia bisa sampai ke rumah sakit terkenal di Kota Tawuna ini, karena berjarak cukup jauh dari vila.Tania tertegun sejenak, kemudian segera menangkap kalau Tobi pasti pergi balas dendam untuk Widia. Padahal Widia tidak memperlakukannya dengan baik, tetapi pria itu masih begitu baik kepadanya.Saat itu, ponsel Widia berdering. Dia mengira itu dari Tobi dan segera menjawab panggilan itu."Widia, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Sebaiknya kamu patuh dan ikuti perintah putraku sekarang juga. Kalau nggak, aku jamin kamu akan sengsara dan Grup Lianto juga akan hancur total."Selesai mengancam, Nyonya Saskia langsung menutup telepon.Menurutnya, kata-kata itu sudah cukup untuk menakuti Widia.Wi
Namun, Tobi tidak bergerak sedikit pun.Sebaliknya, Nyonya Saskia menjerit kesakitan dan terpental ke belakang karena terkena tamparan itu. Bekas sidik jari itu tampak jelas di wajahnya.Nyonya Saskia yang awalnya masih bingung seketika mengumpatnya, "Beraninya kamu memukulku. Apa kamu mau mati? Sini, biar kubunuh kamu!"Setelah itu, dia kembali melangkahkan kakinya ke depan.Plak!Lagi-lagi dia ditampar.Bahkan di tempat yang sama.Argh!Kali ini, Nyonya Saskia mengerang kesakitan, ada sedikit darah merembes keluar dari sudut mulutnya. Dia menutupi pipinya dengan tangannya, seakan tidak percaya dengan kejadian itu.Dia tidak menyangka dirinya yang begitu arogan itu bakal ditampar seperti ini.Tobi terlihat tenang dan berkata dengan nada datar, "Biasanya, aku nggak pernah memukul wanita, tapi untuk orang sepertimu, aku nggak akan segan-segan!""Kamu sudah gila. Sudah kubilang, kamu pasti mati. Keluarga Hutama nggak mungkin melepaskanmu begitu saja!""Keluarga Hutama?"Ekspresi wajah To
"Keluarga Hutama benar-benar sudah berakhir?"Tanpa sadar, pertanyaan itu keluar dari mulut Nyonya Saskia. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.Dia bahkan lebih khawatir dengan situasi Keluarga Hutama dibandingkan luka putranya."Sejak kalian menyerang istriku, Keluarga Hutama sudah ditakdirkan akan berakhir," kata Tobi dengan nada datar.Meski polisi tidak mengambil tindakan, dia juga akan menghancurkan Keluarga Hutama."Nggak, nggak mungkin!"Raut wajah Nyonya Saskia memperlihatkan dirinya mulai terguncang.Di saat itu juga, Pak Zainal memimpin sekelompok polisi dan masuk ke ruangan itu.Karena Pak Hendro memberi tahu kalau Tuan Tobi sedang berada di sana dan mungkin akan terjadi sesuatu, jadi dia pun datang untuk menanganinya sendiri.Begitu mereka masuk, situasi di ruangan itu tampak kacau balau.Ketika Nyonya Saskia melihat Pak Zainal yang dikenalnya datang, dia tampak senang dan buru-buru berkata, "Pak Zainal, kamu datang di waktu yang tepat. Ada seorang pembu
"Itu sebabnya kamu sengaja mengarahkanku untuk turun tangan?""Ya, aku telah bersalah!" kata Damar sambil menggertakkan giginya."Untung saja kamu nggak berdalih, kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran," kata Tobi dengan suara datar."Ya. Terima kasih, Raja Naga! Tapi aku mengambil tindakan karena punya dendam kepada ayahnya Wahyu. Dia pernah membunuh saudara terbaikku.""Oh? Jadi, kenapa nggak minta bantuan Sekte Naga?""Aku pernah minta bantuan, tapi nggak ada balasan.""Kali ini aku akan biarkan masalah ini berlalu, tapi jangan sampai terulang lagi.""Baik. Empat tahun yang lalu, ayahnya Wahyu sudah setingkat Guru Besar. Kekuatannya saat ini nggak boleh dianggap remeh. Jika dia kembali, dia mungkin akan mencari masalah denganmu. Raja Naga, harap berhati-hati.""Nggak masalah!""Bukankah dia hanya Guru Besar? Kalau dia berani cari masalah, aku akan melumpuhkannya."Setelah itu, Tobi langsung menutup telepon.Damar seketika bingung. Guru Besar adalah tingkat kekuatan ahli bela diri
Kali ini, Kakek Muhar juga terdiam. Setelah mendengar keluhan putra dan menantunya tentang kejadian akhir-akhir ini, dia pun mulai bertanya-tanya apa dia telah melakukan kesalahan.Dilihat dari sikap Tobi selama ini, pria itu sangat suka membual. Apalagi, dia juga tidak melakukan apa-apa sepanjang hari dan juga menolak untuk bekerja di perusahaan.Mengandalkan ilmu seni bela dirinya, mengambil tindakan tanpa pandang bulu dan hampir menjerumuskan Keluarga Lianto ke jurang kematian. Hanya itu saja kerjaannya setiap hari.Kalau bukan berkat Joni, mereka sudah berakhir.Saat ayahnya Widia menyadari Kakek Muhar terlihat bimbang, dia segera menambahkan, "Benar. Kita juga nggak mempermasalahkan yang dulu lagi, tapi kali ini, dia malah memprovokasi Keluarga Hutama.""Dengar-dengar, Widia sudah berusaha menghentikannya dan menyuruhnya untuk nggak bertindak sembarangan, tapi Tobi masih nggak mau dengar dan ngotot bicara lancang.""Untungnya, Keluarga Hutama terlibat masalah kali ini. Untungnya,
"Ya, tapi Keluarga Hutama seperti itu nggak pantas untuk disegani."Ibunya Widia bertambah kesal mendengarnya, "Beraninya kamu bicara seperti itu? Kamu bisa hidup sampai sekarang itu semua berkat Tuan Joni. Seharusnya kamu berlutut di depan Tuan Joni dan bersujud padanya!""Kalau bukan Tuan Joni menangani Keluarga Hutama kali ini, aku rasa kamu sudah lama mati tragis.""Tuan Joni? Memangnya dia bisa menangani Keluarga Hutama?"Nada suara Tobi terdengar datar, tetapi penuh dengan sindiran.Melihat Tobi tidak hanya sombong, tetapi juga makin tidak masuk akal, Kakek Muhar tampak tidak senang.Widia juga tak berdaya. Jika bukan Tuan Joni menangani Wahyu, konsekuensinya akan sangat buruk. Kenapa Tobi masih keras kepala dan takut kehilangan muka?Tania sangat bersemangat saat menyaksikan adegan ini, terutama ketika Tobi diserang oleh semua orang.Ayo, lanjut lagi! Kalau bisa, ceraikan Tobi, lalu usir dia keluar dari rumah. Dengan begitu, Tania bisa menjadikan Tobi sebagai pacarnya.Joni yang
Widia kelihatan ragu-ragu. Lagi pula, dia juga termasuk lulusan terbaik manajemen keuangan dan telah memimpin Grup Lianto selama beberapa tahun, jadi dia tidak mungkin senaif itu.Mana mungkin ada investasi yang mengiming-imingi keuntungan besar dalam waktu singkat seperti itu."Widia, kenapa? Jangan-jangan kamu nggak percaya sama aku?""Widia, apa yang kamu ragukan? Tuan Joni sudah banyak berkorban untukmu. Kalau bukan karena kamu, dia nggak mungkin menawarkan keuntungan seperti ini.""Benar, Widia. Jujur saja, aku melakukan semua ini demi kamu," seru Joni sambil terus menyakinkan wanita itu.Bahkan, Kakek Muhar pun termakan omongan Joni. Apalagi, menurut pengamatan sebelumnya, Grup Karawaci termasuk perusahaan berkinerja baik dan memiliki potensi berkembang yang tinggi.Tampaknya, Tuan Joni telah menghabiskan banyak uang demi Widia.Dia tentu tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini."Widia, kenapa masih ragu? Apa alasannya karena Tuan Joni terlalu baik kepadamu?""Pikirkan seber