Share

Bab 80

Author: Anak Ketiga
last update Last Updated: 2024-02-15 18:00:01
Padahal Widia tidak pernah memperlakukan Tobi dengan baik. Dia malah sering salah paham dan menegurnya, tapi entah kenapa, Tobi tidak pernah menyalahkannya.

Sebagai seorang istri, dia melakukan hal seperti itu, bukankah seharusnya dia disalahkan?

Tobi menoleh untuk melihat Bos Wahyu. Ekspresi lembut di wajahnya itu menghilang seketika dan digantikan oleh tatapan dingin.

Melihat kondisi Widia, jika dia tidak datang tepat waktu, kemungkinan dia akan ternodai.

Bos Wahyu juga terlihat marah besar. Selama bertahun-tahun ini, tidak ada seorang pun yang berani mengabaikannya.

"Bos Wahyu, 'kan? Kenalkan, namaku Tobi Yudistira." Nada suara Tobi tampak datar, tetapi niat membunuh dalam matanya itu tidak bisa disembunyikan sama sekali.

"Kamu Tobi? Pria yang telah membuat putraku terluka parah? Baik, padahal aku masih belum mencarimu, tapi kamu sudah datang sendiri ke sini."

"Hari ini, jangan harap kamu bisa keluar dari sini hidup-hidup."

Bos Wahyu tidak takut padanya dan tatapan matanya begitu ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Muhammad Musyawir
ndeeh ... banyak kali iklannya ... sampai bosan menutup iklannya ...
goodnovel comment avatar
Jabrik Muraybatu212
TOLOL MAHAL DOANG
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 81

    Tobi mengambil tongkat besi dan mengayunkannya ke arah lawan secara berulang kali dengan santai. Seketika terdengar erangan kesakitan diiringi dengan tubuh mereka terpental ke belakang dan berguling-guling di tanah.Ada hal yang lebih menakutkan lagi. Saat dia memukul lawan, dia tidak perlu menatapnya sama sekali. Matanya hanya fokus pada wajah Bos Wahyu yang berada di depan itu.Semua orang mulai merasa bergidik. Tanpa sadar, langkah mereka mundur.Jangankan mereka, bahkan Tania dan Widia yang pernah melihat Tobi bertindak sebelumnya pun terpaku di tempat.Mereka tahu seni bela diri Tobi patut diacungi jempol, tetapi setiap kali dia turun tangan, serangannya jauh melebihi bayangan mereka.Tobi mengaitkan jarinya dan berkata dengan tenang, "Ayo, lanjut lagi!""Ayo semuanya, serang dia! Siapa yang bisa memukulnya akan kuberi 200 juta. Kalau ada yang bisa menghajarnya dengan keras, akan kuberi dua miliar. Yang bisa mengalahkannya, aku akan memberinya 20 miliar!" jerit Bos Wahyu dengan su

    Last Updated : 2024-02-15
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 82

    Tania juga ikut membujuknya. Dia takut sesuatu terjadi kepada Tobi lagi.Nada suara Tania saat ini terdengar lembut sekali.Widia pun merasa aneh. Sejak kapan Tania begitu lembut kepada Tobi, tapi dia berpikir mungkin karena Tobi menyelamatkan mereka hari ini.Lagi pula, kalau bukan berkat pertolongan Tobi, hidup mereka akan hancur.Bos Wahyu memandang Tobi dengan tatapan memelas, tetapi dalam lubuk hatinya, dia masih dipenuhi amarah. Benar, pasukannya tidak bisa mengalahkan Tobi.Namun, asalkan dia bisa melewati hari ini, dia pasti akan menyergapnya dengan sekelompok pasukan bersenjata.Tidak peduli seberapa bagus ilmu bela dirimu, bisakah kamu lebih cepat dari peluru?Yang lain mungkin tidak menyadarinya, tetapi Tobi terus memperhatikan niat jahat yang melintas di mata Bos Wahyu. Jika dia melepaskannya hari ini, dia mungkin akan berbalik menyerangnya.Dia tidak masalah jika Wahyu mencarinya, tetapi dia khawatir dia pergi mencari Widia."Nggak bisa. Dia harus mati hari ini."Tatapan T

    Last Updated : 2024-02-15
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 83

    "Tobi, kamu yang memanggil polisi?" tanya Widia dengan penasaran.Tobi menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Bukan!""Eh, kok bisa? Dilihat dari sikap Pak Zainal, sepertinya dia tahu kita ada di sini," kata Widia dengan bingung.Tania juga kebingungan. Bukan Tobi yang memanggilnya? Meski bukan, seharusnya juga ada hubungannya dengan Tobi juga. Hal ini tidak boleh diketahui oleh Widia.Selain itu, dia ingin Widia merasa ini semua perbuatan Tuan Joni dan tersentuh kepadanya.Tiba-tiba dia mendapat sebuah ide dan buru-buru berkata, "Aku tahu. Pasti Tuan Joni!""Tuan Joni?"Widia bingung. Dilihat dari sikap Joni menghadapi Cakra, seharusnya pria itu tidak berani macam-macam kepada Keluarga Hutama. Bukankah Joni sudah ketakutan dibuat Cakra sebelumnya?"Meski kamu merasa Tuan Joni nggak bisa, aku tetap meneleponnya. Dia menyuruhku tetap tenang dan mengatakan kalau pamannya sedang menyelidiki Wahyu.""Kalau tebakanku benar, mungkin karena Tuan Joni terus mendesak para petinggi untuk sege

    Last Updated : 2024-02-16
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 84

    Tobi menyetir sendiri dan tidak mengikuti arah mobil Tania.Namun, dia melaju ke tempat lain, menuju ke rumah sakit.Beraninya wanita tua itu menampar istrinya. Mana mungkin dia melepaskannya begitu saja?Di sisi lain, Pak Zainal dan yang lainnya telah membawa pergi Wahyu. Dalam perjalanan, dia menelepon Pak Hendro dan melaporkan, "Operasi berjalan sangat lancar. Tuan Tobi dan yang lainnya sudah pergi. Wahyu juga dibawa kembali ke kantor polisi.""Oke. Pencapaian besar kali ini milikmu."Pak Hendro juga tampak senang. Menyingkirkan Wahyu sama dengan menyingkirkan penghalang yang telah merugikan banyak warga di Kota Tawuna."Terima kasih, Pak Hendro!"Pak Zainal juga sangat senang. Sebenarnya, mereka juga diam-diam menyelidiki Wahyu. Alasannya karena Wahyu sekeluarga terlalu sombong, bertindak semena-mena dan tidak bisa mengendalikan ulah mereka.Namun, karena kekuatan Keluarga Hutama tak tertandingi, ditambah adanya dukungan dari pihak lain, penyelidikan mereka sempat terhambat untuk s

    Last Updated : 2024-02-16
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 85

    Tania juga penasaran Tobi pergi ke mana, lalu dia diam-diam meneleponnya."Tobi, Widia suruh aku meneleponmu, kamu di mana? Kenapa masih belum pulang?""Aku lagi di rumah sakit. Selesai dari sini, aku langsung pulang."Tobi pun langsung menutup teleponnya dan berjalan masuk. Butuh waktu lama agar dia bisa sampai ke rumah sakit terkenal di Kota Tawuna ini, karena berjarak cukup jauh dari vila.Tania tertegun sejenak, kemudian segera menangkap kalau Tobi pasti pergi balas dendam untuk Widia. Padahal Widia tidak memperlakukannya dengan baik, tetapi pria itu masih begitu baik kepadanya.Saat itu, ponsel Widia berdering. Dia mengira itu dari Tobi dan segera menjawab panggilan itu."Widia, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Sebaiknya kamu patuh dan ikuti perintah putraku sekarang juga. Kalau nggak, aku jamin kamu akan sengsara dan Grup Lianto juga akan hancur total."Selesai mengancam, Nyonya Saskia langsung menutup telepon.Menurutnya, kata-kata itu sudah cukup untuk menakuti Widia.Wi

    Last Updated : 2024-02-16
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 86

    Namun, Tobi tidak bergerak sedikit pun.Sebaliknya, Nyonya Saskia menjerit kesakitan dan terpental ke belakang karena terkena tamparan itu. Bekas sidik jari itu tampak jelas di wajahnya.Nyonya Saskia yang awalnya masih bingung seketika mengumpatnya, "Beraninya kamu memukulku. Apa kamu mau mati? Sini, biar kubunuh kamu!"Setelah itu, dia kembali melangkahkan kakinya ke depan.Plak!Lagi-lagi dia ditampar.Bahkan di tempat yang sama.Argh!Kali ini, Nyonya Saskia mengerang kesakitan, ada sedikit darah merembes keluar dari sudut mulutnya. Dia menutupi pipinya dengan tangannya, seakan tidak percaya dengan kejadian itu.Dia tidak menyangka dirinya yang begitu arogan itu bakal ditampar seperti ini.Tobi terlihat tenang dan berkata dengan nada datar, "Biasanya, aku nggak pernah memukul wanita, tapi untuk orang sepertimu, aku nggak akan segan-segan!""Kamu sudah gila. Sudah kubilang, kamu pasti mati. Keluarga Hutama nggak mungkin melepaskanmu begitu saja!""Keluarga Hutama?"Ekspresi wajah To

    Last Updated : 2024-02-16
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 87

    "Keluarga Hutama benar-benar sudah berakhir?"Tanpa sadar, pertanyaan itu keluar dari mulut Nyonya Saskia. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.Dia bahkan lebih khawatir dengan situasi Keluarga Hutama dibandingkan luka putranya."Sejak kalian menyerang istriku, Keluarga Hutama sudah ditakdirkan akan berakhir," kata Tobi dengan nada datar.Meski polisi tidak mengambil tindakan, dia juga akan menghancurkan Keluarga Hutama."Nggak, nggak mungkin!"Raut wajah Nyonya Saskia memperlihatkan dirinya mulai terguncang.Di saat itu juga, Pak Zainal memimpin sekelompok polisi dan masuk ke ruangan itu.Karena Pak Hendro memberi tahu kalau Tuan Tobi sedang berada di sana dan mungkin akan terjadi sesuatu, jadi dia pun datang untuk menanganinya sendiri.Begitu mereka masuk, situasi di ruangan itu tampak kacau balau.Ketika Nyonya Saskia melihat Pak Zainal yang dikenalnya datang, dia tampak senang dan buru-buru berkata, "Pak Zainal, kamu datang di waktu yang tepat. Ada seorang pembu

    Last Updated : 2024-02-17
  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 88

    "Itu sebabnya kamu sengaja mengarahkanku untuk turun tangan?""Ya, aku telah bersalah!" kata Damar sambil menggertakkan giginya."Untung saja kamu nggak berdalih, kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran," kata Tobi dengan suara datar."Ya. Terima kasih, Raja Naga! Tapi aku mengambil tindakan karena punya dendam kepada ayahnya Wahyu. Dia pernah membunuh saudara terbaikku.""Oh? Jadi, kenapa nggak minta bantuan Sekte Naga?""Aku pernah minta bantuan, tapi nggak ada balasan.""Kali ini aku akan biarkan masalah ini berlalu, tapi jangan sampai terulang lagi.""Baik. Empat tahun yang lalu, ayahnya Wahyu sudah setingkat Guru Besar. Kekuatannya saat ini nggak boleh dianggap remeh. Jika dia kembali, dia mungkin akan mencari masalah denganmu. Raja Naga, harap berhati-hati.""Nggak masalah!""Bukankah dia hanya Guru Besar? Kalau dia berani cari masalah, aku akan melumpuhkannya."Setelah itu, Tobi langsung menutup telepon.Damar seketika bingung. Guru Besar adalah tingkat kekuatan ahli bela diri

    Last Updated : 2024-02-17

Latest chapter

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1610

    Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1609

    Lelaki tua bertopeng itu sepertinya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Widia. Dia tidak menghentikannya dan hanya tersenyum sinis. "Bisa memblokir 30 persen energiku hanya dengan satu telapak tangan, kamu hebat juga.""Tapi sebelum memahami hukum langit dan bumi, kamu masih bukan tandinganku."Begitu selesai berbicara, lelaki tua melambaikan tangan kanannya dan menyerang dengan telapak tangan lainnya.Serangan tapak tangan kali ini terlihat sedikit lebih ringan.Namun, Tobi malah merasa ngeri. Bahkan, seolah-olah kematian tengah menghampirinya. Ekspresinya berubah drastis. Dia bersiap untuk menghindar.Namun, dia merasa kakinya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali, seolah-olah ada kekuatan besar yang menekannya.Sialan! Taktik seperti apa ini!Bisa-bisanya membuatnya kesulitan untuk bergerak.Tobi menggertakkan gigi. Tiba-tiba, sebuah pedang panjang muncul dari udara tipis. Itu adalah Pedang Diraya.Dia mengepalkan tangannya dan mengumpulkan seluruh energi sejatinya

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1608

    Tobi tersenyum pahit. Dia ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian berkata, "Widia, mungkin mereka bukan orang tuamu."Widia tertegun sejenak. Dia mengira Tobi sedang menghiburnya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tobi, aku tahu kamu ingin menghiburku. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.""Ya, ayo kita pergi."Terakhir, Tobi memutuskan untuk menunggu hasil penyelidikan lebih dulu. Jika tidak, Widia pasti akan merasa lebih sedih karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.Dalam dua hari berikutnya, Tobi juga menghabiskan waktu dengan menemani Widia berbelanja, berjalan-jalan, dan juga menyantap berbagai makanan lezat. Keduanya tampak menikmati dunia milik berdua.Pada jam sebelas malam, bulan purnama sudah terlihat di langit.Keduanya berdiri di tepi pantai. Rasanya begitu damai.Lantaran ditemani oleh Tobi, suasana hati Widia juga kian membaik. Dia kini telah merasa jauh lebih tenang.Namun, tepat di saat ini, Tobi tertegun. Wajahnya berubah muram. Dia segera berbalik dan

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1607

    Begitu mendengar perkataan Yesa, Herman hanya tersenyum pahit dan tidak berbicara lagi.Saat Yesa terlibat dalam masalah terakhir kali, Herman mencari bantuan di mana-mana, tetapi tidak ada seorang pun yang berniat membantunya. Hanya Tobi yang bersedia memberikan bantuan.Di saat itu, Herman merasa bahwa yang dilakukan dirinya dan istrinya sudah salah.Oleh karena itu, kata-kata yang Herman ucapkan pada Widia dalam beberapa hari terakhir ini, semuanya berasal dari lubuk hatinya. Lain halnya dengan Yesa, yang berusaha menyenangkan Widia dengan tujuan tertentu.Hanya saja, di hadapan istrinya, dia selalu menuruti perkataannya dan tidak pernah berani membangkang.Selesai berbicara, tatapan tajam tiba-tiba muncul di mata Yesa. Dia pun berkata, "Karena mereka nggak ingin aku hidup dengan baik, aku juga nggak akan biarkan hidup mereka damai. Aku mau lapor polisi. Aku mau pembunuhan yang terjadi barusan dipublikasikan.""Sudah cukup!"Saat ini, akhirnya Herman angkat bicara."Apa ... apa yang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1606

    "Widia, kamu sudah salah paham sama ibumu." Herman juga ikut menimpali. Apa yang terjadi dengan Widia? Kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi pintar dan tahu segalanya?"Ayah, Ibu, ini terakhir kalinya aku memanggil kalian! Putri kalian nggak bodoh. Bukannya aku nggak memahami semua ini. Hanya saja, aku nggak ingin menerima kenyataan ini dan lebih memilih terjebak dalam angan-anganku sendiri.""Tapi kalian berulang kali menunjukkan segalanya di hadapanku. Kalian membuatku kecewa lagi dan lagi. Sekarang kalian masih ingin membodohiku?"Yesa menitikkan air mata. Wajahnya masih terlihat sedih.Keduanya tertegun sejenak, terutama suara serak Widia, yang mengungkapkan kesedihan yang terpendam selama ini. Membuat keduanya tidak mampu berkata-kata."Maafkan aku. Kelak aku nggak bisa memenuhi kewajibanku sebagai putri kalian lagi." Nada bicara Widia begitu tegas, tapi mengandung rasa sakit yang mendalam."Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun dengan kalian lagi.""Tobi, ayo kita pergi!"

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1605

    Selesai menangani Saim, Tobi mengeluarkan bubuk penghilang jejak dari tubuhnya. Dengan terampilnya, dia menaburkan bubuk itu di atas dua mayat itu. Setelah beberapa saat, dua mayat itu telah berubah menjadi genangan air.Kemudian, Tobi melirik Widia. Untungnya, ekspresi wanita itu terlihat tenang. Sebenarnya, Widia sudah mempersiapkan mentalnya dari untuk menghadapi hal-hal seperti ini.Walau ada sedikit tatapan aneh di matanya, tetapi ekspresi wajahnya masih terlihat santai. Bahkan, matanya yang memandang Tobi masih tampak lembut.Ternyata, Naura telah memberikan beberapa perlindungan kepada Widia sebelumnya. Namun, Tobi tidak ingin Widia terlibat dalam perkelahian ini, jadi dia tidak mengetahuinya sama sekali.Melihat Widia baik-baik saja, Tobi baru memusatkan perhatiannya pada Yesa dan Herman.Begitu dilirik oleh Tobi, wajah keduanya langsung berubah drastis. Mereka kini menatap Tobi dengan panik.Menyaksikan Tobi membunuh dua orang berturut-turut, mereka tampak terkejut dan juga ge

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1604

    Wajah Yesa dan Herman juga memucat. Karena ini juga pertama kalinya mereka menyaksikan pembunuhan terjadi di depan mata langsung.Sebaliknya, Widia jauh lebih tenang.Sebenarnya, Widia masih mengkhawatirkan keselamatan Tobi pada awalnya. Meski dia tahu Tobi kuat, lawannya juga kelihatannya tidak bisa dianggap remeh.Hingga saat ini, barulah dia menghela napas lega.Saim, yang barusan ditampar, tentunya tidak terima diperlakukan seperti ini.Gerakan lawan barusan terlihat sangat aneh. Dia menghindari serangannya dan langsung menyerangnya secara diam-diam.Benar. Serangan diam-diam.Pasti serangan diam-diam. Kalau tidak, mana mungkin bocah itu begitu hebat?Namun, Saim yang sekarang ini tidak lagi bersikap tenang dan mendominasi seperti barusan. Dia memandang Tobi dengan hati-hati dan berkata dengan nada tegas, "Bocah, kekuatanmu sudah sampai tingkat mana?"Melihat ekspresi gugup Saim, Tobi langsung berkata dengan nada mengejek, "Sampai tingkat mana? Kamu akan tahu begitu kita bertarung.

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1603

    Yesa baru menyadarinya. Jika Saim menang, mereka pasti akan dibunuh. Sebaliknya, jika Tobi yang menang, mereka pasti akan baik-baik sajaMengenai perilakunya barusan, Yesa masih bisa mencari berbagai alasan untuk membodohi Tobi.Lagi pula, dia yakin bisa membuat hati Widia luluh dan takluk padanya.Jadi, Yesa mulai berdoa agar Tobi bisa mengalahkan lawan.Begitu mendengar apa yang dikatakan lawan, Tobi tersenyum dan berkata dengan nada datar, "Kebetulan sekali. Aku barusan juga nggak menggunakan semua kekuatanku, bahkan hanya 10 persen saja.""Omong kosong!"Saim berkata dengan geram, "Tahukah kamu kalau kekuatanku sudah mencapai Alam Guru Besar tingkat puncak? Sebaliknya, kekuatanmu paling hebat pun baru mencapai Alam Guru Besar tingkat menengah. Jangankan 10 persen, meski mengerahkan seluruh kekuatanmu, kamu juga nggak bisa menghentikan tapak tanganku!"Tobi hanya mendengus dingin dan berkata, "Aku nggak tertarik mendengar omong kosong di sini. Cepat enyah dari Harlanda sekarang juga

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1602

    Hingga detik ini, Widia baru memahami segalanya.Dari awal sampai akhir, ibunya tidak pernah bertobat, apalagi mengubah sikapnya.Tampaknya ibunya melakukan semua ini demi kekuasaan di tangan Tobi dan juga perusahaan yang kini telah dipegang oleh Widia.Sebenarnya Widia pernah memikirkan kemungkinan tersebut. Hanya saja, dia enggan mengakui semua itu, apalagi saat melihat sikap orang tuanya yang berubah drastis dan terus memperlakukannya dengan penuh kasih dalam beberapa hari terakhir ini.Meski semuanya itu hanya kepura-puraan, Widia bahkan lebih memilih untuk memercayainya.Jadi, bukannya Widia tidak pernah membayangkan semua ini. Hanya saja, dia enggan menerima kenyataan dan lebih memilih terjebak dalam angan-angannya sendiri.Namun, saat ini, dia telah tersadar dan mencerna segalanya.Tobi juga memperhatikan ekspresi sedih Widia. Pria itu menepuknya dengan lembut, lalu berkata perlahan, "Jangan sedih. Bukankah masih ada aku di sini? Aku akan selalu menemanimu.""Ada kamu?""Nak, se

DMCA.com Protection Status