Melihat tubuh seksi Tania, wajah Bos Wahyu tampak penuh nafsu dan berkata, "Bagus, ada wanita cantik lagi. Sudah lama aku nggak menikmati dilayani dua wanita bersamaan."Wajah Widia makin putus asa. Terutama saat melihat Bos Wahyu, dia makin marah.Dia benar-benar tidak menyangka Bos Wahyu yang memiliki status tinggi itu adalah orang yang tak tahu batas diri.Biasanya, mereka yang bisa mencapai posisi setinggi itu adalah orang-orang yang luar biasa.Siapa sangka, kelakuan Bos Wahyu ini sama seperti preman kecil."Kamu mau mulai sendiri atau mau aku yang ke sana?" tanya Bos Wahyu sambil berjalan mendekati Widia."Jangan harap!"Widia refleks mundur beberapa langkah karena takut. "Meski harus mati, aku nggak akan membiarkanmu mendapatkan apa yang kamu inginkan," seru Widia dengan putus asa."Mati?"Bos Wahyu tampak menyeringai, "Percaya nggak? Meski kamu mati, aku juga nggak akan melepaskan tubuhmu.""Kamu, kamu bukan manusia!""Kamu benar, aku memang bukan manusia! Bukan hanya nggak aka
Padahal Widia tidak pernah memperlakukan Tobi dengan baik. Dia malah sering salah paham dan menegurnya, tapi entah kenapa, Tobi tidak pernah menyalahkannya.Sebagai seorang istri, dia melakukan hal seperti itu, bukankah seharusnya dia disalahkan?Tobi menoleh untuk melihat Bos Wahyu. Ekspresi lembut di wajahnya itu menghilang seketika dan digantikan oleh tatapan dingin.Melihat kondisi Widia, jika dia tidak datang tepat waktu, kemungkinan dia akan ternodai.Bos Wahyu juga terlihat marah besar. Selama bertahun-tahun ini, tidak ada seorang pun yang berani mengabaikannya."Bos Wahyu, 'kan? Kenalkan, namaku Tobi Yudistira." Nada suara Tobi tampak datar, tetapi niat membunuh dalam matanya itu tidak bisa disembunyikan sama sekali."Kamu Tobi? Pria yang telah membuat putraku terluka parah? Baik, padahal aku masih belum mencarimu, tapi kamu sudah datang sendiri ke sini.""Hari ini, jangan harap kamu bisa keluar dari sini hidup-hidup."Bos Wahyu tidak takut padanya dan tatapan matanya begitu ta
Tobi mengambil tongkat besi dan mengayunkannya ke arah lawan secara berulang kali dengan santai. Seketika terdengar erangan kesakitan diiringi dengan tubuh mereka terpental ke belakang dan berguling-guling di tanah.Ada hal yang lebih menakutkan lagi. Saat dia memukul lawan, dia tidak perlu menatapnya sama sekali. Matanya hanya fokus pada wajah Bos Wahyu yang berada di depan itu.Semua orang mulai merasa bergidik. Tanpa sadar, langkah mereka mundur.Jangankan mereka, bahkan Tania dan Widia yang pernah melihat Tobi bertindak sebelumnya pun terpaku di tempat.Mereka tahu seni bela diri Tobi patut diacungi jempol, tetapi setiap kali dia turun tangan, serangannya jauh melebihi bayangan mereka.Tobi mengaitkan jarinya dan berkata dengan tenang, "Ayo, lanjut lagi!""Ayo semuanya, serang dia! Siapa yang bisa memukulnya akan kuberi 200 juta. Kalau ada yang bisa menghajarnya dengan keras, akan kuberi dua miliar. Yang bisa mengalahkannya, aku akan memberinya 20 miliar!" jerit Bos Wahyu dengan su
Tania juga ikut membujuknya. Dia takut sesuatu terjadi kepada Tobi lagi.Nada suara Tania saat ini terdengar lembut sekali.Widia pun merasa aneh. Sejak kapan Tania begitu lembut kepada Tobi, tapi dia berpikir mungkin karena Tobi menyelamatkan mereka hari ini.Lagi pula, kalau bukan berkat pertolongan Tobi, hidup mereka akan hancur.Bos Wahyu memandang Tobi dengan tatapan memelas, tetapi dalam lubuk hatinya, dia masih dipenuhi amarah. Benar, pasukannya tidak bisa mengalahkan Tobi.Namun, asalkan dia bisa melewati hari ini, dia pasti akan menyergapnya dengan sekelompok pasukan bersenjata.Tidak peduli seberapa bagus ilmu bela dirimu, bisakah kamu lebih cepat dari peluru?Yang lain mungkin tidak menyadarinya, tetapi Tobi terus memperhatikan niat jahat yang melintas di mata Bos Wahyu. Jika dia melepaskannya hari ini, dia mungkin akan berbalik menyerangnya.Dia tidak masalah jika Wahyu mencarinya, tetapi dia khawatir dia pergi mencari Widia."Nggak bisa. Dia harus mati hari ini."Tatapan T
"Tobi, kamu yang memanggil polisi?" tanya Widia dengan penasaran.Tobi menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Bukan!""Eh, kok bisa? Dilihat dari sikap Pak Zainal, sepertinya dia tahu kita ada di sini," kata Widia dengan bingung.Tania juga kebingungan. Bukan Tobi yang memanggilnya? Meski bukan, seharusnya juga ada hubungannya dengan Tobi juga. Hal ini tidak boleh diketahui oleh Widia.Selain itu, dia ingin Widia merasa ini semua perbuatan Tuan Joni dan tersentuh kepadanya.Tiba-tiba dia mendapat sebuah ide dan buru-buru berkata, "Aku tahu. Pasti Tuan Joni!""Tuan Joni?"Widia bingung. Dilihat dari sikap Joni menghadapi Cakra, seharusnya pria itu tidak berani macam-macam kepada Keluarga Hutama. Bukankah Joni sudah ketakutan dibuat Cakra sebelumnya?"Meski kamu merasa Tuan Joni nggak bisa, aku tetap meneleponnya. Dia menyuruhku tetap tenang dan mengatakan kalau pamannya sedang menyelidiki Wahyu.""Kalau tebakanku benar, mungkin karena Tuan Joni terus mendesak para petinggi untuk sege
Tobi menyetir sendiri dan tidak mengikuti arah mobil Tania.Namun, dia melaju ke tempat lain, menuju ke rumah sakit.Beraninya wanita tua itu menampar istrinya. Mana mungkin dia melepaskannya begitu saja?Di sisi lain, Pak Zainal dan yang lainnya telah membawa pergi Wahyu. Dalam perjalanan, dia menelepon Pak Hendro dan melaporkan, "Operasi berjalan sangat lancar. Tuan Tobi dan yang lainnya sudah pergi. Wahyu juga dibawa kembali ke kantor polisi.""Oke. Pencapaian besar kali ini milikmu."Pak Hendro juga tampak senang. Menyingkirkan Wahyu sama dengan menyingkirkan penghalang yang telah merugikan banyak warga di Kota Tawuna."Terima kasih, Pak Hendro!"Pak Zainal juga sangat senang. Sebenarnya, mereka juga diam-diam menyelidiki Wahyu. Alasannya karena Wahyu sekeluarga terlalu sombong, bertindak semena-mena dan tidak bisa mengendalikan ulah mereka.Namun, karena kekuatan Keluarga Hutama tak tertandingi, ditambah adanya dukungan dari pihak lain, penyelidikan mereka sempat terhambat untuk s
Tania juga penasaran Tobi pergi ke mana, lalu dia diam-diam meneleponnya."Tobi, Widia suruh aku meneleponmu, kamu di mana? Kenapa masih belum pulang?""Aku lagi di rumah sakit. Selesai dari sini, aku langsung pulang."Tobi pun langsung menutup teleponnya dan berjalan masuk. Butuh waktu lama agar dia bisa sampai ke rumah sakit terkenal di Kota Tawuna ini, karena berjarak cukup jauh dari vila.Tania tertegun sejenak, kemudian segera menangkap kalau Tobi pasti pergi balas dendam untuk Widia. Padahal Widia tidak memperlakukannya dengan baik, tetapi pria itu masih begitu baik kepadanya.Saat itu, ponsel Widia berdering. Dia mengira itu dari Tobi dan segera menjawab panggilan itu."Widia, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Sebaiknya kamu patuh dan ikuti perintah putraku sekarang juga. Kalau nggak, aku jamin kamu akan sengsara dan Grup Lianto juga akan hancur total."Selesai mengancam, Nyonya Saskia langsung menutup telepon.Menurutnya, kata-kata itu sudah cukup untuk menakuti Widia.Wi
Namun, Tobi tidak bergerak sedikit pun.Sebaliknya, Nyonya Saskia menjerit kesakitan dan terpental ke belakang karena terkena tamparan itu. Bekas sidik jari itu tampak jelas di wajahnya.Nyonya Saskia yang awalnya masih bingung seketika mengumpatnya, "Beraninya kamu memukulku. Apa kamu mau mati? Sini, biar kubunuh kamu!"Setelah itu, dia kembali melangkahkan kakinya ke depan.Plak!Lagi-lagi dia ditampar.Bahkan di tempat yang sama.Argh!Kali ini, Nyonya Saskia mengerang kesakitan, ada sedikit darah merembes keluar dari sudut mulutnya. Dia menutupi pipinya dengan tangannya, seakan tidak percaya dengan kejadian itu.Dia tidak menyangka dirinya yang begitu arogan itu bakal ditampar seperti ini.Tobi terlihat tenang dan berkata dengan nada datar, "Biasanya, aku nggak pernah memukul wanita, tapi untuk orang sepertimu, aku nggak akan segan-segan!""Kamu sudah gila. Sudah kubilang, kamu pasti mati. Keluarga Hutama nggak mungkin melepaskanmu begitu saja!""Keluarga Hutama?"Ekspresi wajah To
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh