Martha agak tertekan saat mendengar ancaman itu. Dia mulai gugup. Namun, dia teringat keluarga bibinya juga punya pengaruh, jadi dia pun berkata, "Apa yang kamu pamerkan? Kamu kira hanya pacarmu satu-satunya yang berkuasa di dunia ini?""Kamu bilang aku pamer? Martha, sepertinya kamu masih belum sadar diri. Tahukah kamu siapa pacarku? Tuan Nicky dari Keluarga Tandiono. Apalagi, Keluarga Tandiono termasuk salah satu dari empat keluarga hebat di Kota Tawuna. Aku rasa hanya segelintir orang di Kota Tawuna yang berani memprovokasinya," ucap Isabel dengan kesal.Begitu tahu latar belakang pacarnya Isabel begitu hebat, wajah Martha seketika berubah drastis.Meski dia tidak tinggal di Kota Tawuna, dia sering mendengar dari keluarga bibinya. Jadi, dia cukup paham dengan keluarga hebat di Kota Tawuna, terutama empat keluarga besar, yang semuanya sangat menakutkan.Bahkan keluarga bibinya juga tidak mampu menghadapi salah satu dari empat keluarga besar. Keluarga mereka pasti akan ditaklukkan dal
Kata-kata ini langsung memancing emosi Isabel. Dia pun berkata dengan marah, "Ka ... kamu!""Baiklah, aku akan perhitungan dengan kalian soal itu nanti. Kalian sudah menabrak mobilku barusan, apalagi itu mobil mewah yang harganya lebih dari dua miliar. Jadi, kalian harus ganti rugi.""Cepat bayar satu miliar. Kalau nggak, jangan harap kalian bisa pergi dari sini."Tobi tersenyum, lalu berkata dengan tenang, "Mau ganti rugi berapa banyak, siapa yang mengganti rugi, ini semua bukan hal yang bisa kamu putuskan sendiri. Kita panggil polisi lalu lintas ke sini saja, lalu dengar apa kata mereka.""Polisi lalu lintas?""Haha. Kamu kira polisi akan datang membantumu?""Asal kamu tahu, Pak Janu dari tim polisi lalu lintas berasal dari Keluarga Tandiono. Mereka sangat dekat denganku. Menurutmu, siapa yang akan mereka bantu saat mereka datang ke sini?" ejek Isabel."Aku nggak tahu. Aku rasa polisi seharusnya bersikap adil. Mereka pasti akan membantu menegakkan keadilan," kata Tobi dengan tenang.
Isabel segera menelepon. Kali ini dia langsung menelepon Nicky Tandiono, putra kedua dari Keluarga Tandiono.Tuan muda kedua Keluarga Tandiono sangat menyukainya. Dia selalu menuruti segala permintaannya. Dia bahkan sempat berdiskusi dengan keluarganya dan mengatakan ingin menikah dengan Isabel.Jika Tobi mengetahui hal ini, dia pasti akan menggelengkan kepalanya. Entah apa yang dipikirkan tuan muda kedua ini? Bisa-bisanya dia tertarik dengan wanita seperti ini? Apalagi, Keluarga Tandiono juga ingin wanita itu menjadi menantu mereka?Belum sepuluh menit setelah dia menelepon, tampak beberapa mobil mewah melaju mendekati mereka. Kemudian, pintu mobil terbuka dan sekelompok pemuda turun.Terutama, pemuda yang memimpin itu. Dia tampak mengenakan pakaian bermerek Versace, memakai jam tangan bermerek, bahkan ada anting di telinganya, memamerkan penampilannya yang mendominasi.Isabel segera mendekatinya dan meraih tangannya sambil bersikap manja, "Kak Nicky, akhirnya kamu datang juga. Aku su
Bukannya Tobi tidak mampu menyelamatkan Faris. Hanya saja, sebelum dia turun tangan, dia ingin mereka melihat wajah asli sekelompok orang ini.Lantaran semua orang kini tengah berdiri di depan mobil, kamera dasbor juga bisa merekam semuanya dengan jelas. Terlebih lagi, masih ada satu polisi lalu lintas yang tengah merekam kejadian ini.Selain itu, dia juga memiliki rekaman audio dari keseluruhan kejadian itu.Hanya saja, Tuan Nicky sepertinya tidak terlalu ambil pusing dengan semua ini. Padahal, dia bisa dengan jelas melihat alat perekam itu ada di tangan polisi lalu lintas yang satunya lagi.Baru saja Tobi hendak mengambil tindakan, tiba-tiba sebuah mobil polisi berhenti di sekitar mereka, yang langsung menarik perhatian semua orang.Saat pintu mobil terbuka, ada dua orang yang keluar. Dilihat dari seragamnya, pangkat polisi ini pasti sangatlah tinggi. Dialah Pak Anwar, polisi yang ditelepon Isabel barusan.Begitu Pak Anwar turun, dia melihat Nicky tengah berdiri di sana. Wajahnya pen
Melihat Martha begitu merendah, Isabel bertambah senang. Dia mendengus dingin sambil berkata, "Sekarang baru mengaku bersalah. Kalau sudah tahu bakal berakhir seperti ini, mengapa kamu masih melakukannya!""Maafkan aku. Akulah yang terlalu bodoh. Memandang kita pernah jadi teman sekelas, tolong lepaskan aku kali ini."Martha tampak sedih. Ini pertama kalinya dia menerima perlakuan seperti ini.Apalagi, dulu Martha selalu meremehkan Isabel. Sekarang malah dirinya yang berbalik dipermalukan di depan umum oleh wanita itu."Cuih! Orang sepertimu jadi teman sekelasku? Memalukan sekali!"Isabel berkata dengan nada mengejek, "Kalau dari awal kamu minta maaf dengan benar, mengakui kesalahanmu, dan memberi kompensasi sebesar satu miliar, aku akan membiarkan masalah ini berlalu.""Sekarang sudah nggak semudah itu. Tapi, kita juga termasuk kenalan lama, jadi aku bisa memberimu kesempatan.""Begini saja. Kami mau kompensasi satu miliar, lalu ditambah kalian berdua harus merangkak melewati selangka
Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu. Apa otaknya sudah bermasalah?Bukankah ini sama dengan cari mati sendiri? Apa dia berencana menyeretnya untuk menemaninya mati bersama?Tidak boleh terjadi!Apa yang harus dia lakukan? Martha diam-diam mengeluarkan ponselnya dan bersiap menelepon kakak sepupunya. Siapa tahu kakak sepupunya punya koneksi yang bisa membantunya menyelesaikan masalah ini.Polisi lalu lintas, Faris, yang berdiri di samping itu menyaksikan semua ini dengan bengong. Barusan, dia sempat mengira Tobi sudah menyerah. Sekalipun pria itu menyerah, dia juga menganggap itu wajar.Lagi pula, sekelompok orang ini terlalu arogan. Hanya saja, dia tidak menyangka Tobi akan berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Bukankah dia sedang memprovokasi tuan muda kaya itu?Hais!Pemuda ini lumayan baik. Sayangnya, nyawanya sudah mau berakhir.Dia ingin membantu, tetapi dia sadar tidak bisa membantu apa-apa. Sebelum sempat melawan, dia sudah langsung ditaklukkan begitu saja.Pak A
Nicky tahu ayahnya biasanya sangat jarang meneleponnya. Kecuali dia melakukan hal yang buruk, barulah ayahnya akan meneleponnya dan menegurnya.Namun, kenapa dia bisa meneleponnya sekarang? Belakangan ini, dia sangat patuh dan tidak melakukan hal buruk.Setelah berjalan ke samping, Nicky buru-buru mengangkat panggilan itu. Apalagi, dia sudah membuat ayahnya menunggu lama, "Ayah, ada apa? Kenapa kamu bisa meneleponku?"Sayangnya, sebelum dia selesai bertanya, nada tinggi dari seberang sana langsung terdengar, "Dasar bajingan, kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?"Mendengar omelan itu, Nicky tertegun. Apa yang terjadi? Dia pun bertanya dengan bingung, "Ayah, apa maksudnya?""Apa maksudku? Tahukah kamu siapa yang kamu provokasi itu? Dialah sosok menakutkan yang sudah aku peringatkan berkali-kali agar kamu nggak memprovokasinya," tukas Gandhi."Kuperingatkan, tak peduli cara apa pun yang kamu gunakan, kamu harus meredakan emosinya dan minta pengampunan darinya. Kalau nggak, kamu juga ngg
Tuan Nicky sudah mengerahkan bala bantuan. Entah seberapa menakutkan dan hebatnya orang-orang yang akan datang membantunya itu.Berakhir sudah!Kali ini, mereka sudah pasti akan berakhir.Sekalipun dia menelepon kakak sepupunya sekarang, mungkin juga tidak ada gunanya lagi. Namun, apa pun yang terjadi, dia juga harus mencobanya, Jadi, dia pun segera menelepon.Hanya saja, ekspresinya kembali putus asa. Kakak sepupunya tidak mengangkat telepon. Jangan-jangan dia sedang rapat?Entah apa yang sedang dilakukan kakak sepupunya. Pokoknya, dia tidak bisa menghubunginya.Gawat, gawat! Bahkan Langit pun tidak ingin membantunya lagi.Melihat ekspresi cemas Martha yang terus-terusan menelepon, Isabel tersenyum sinis dan berkata, "Martha, sekarang kamu baru sibuk menelepon? Asal kamu tahu saja, sudah nggak ada gunanya lagi.""Tak peduli siapa pun yang kamu cari, mereka bukanlah tandingan Kak Nicky. Sudah kubilang sebelumnya, Kak Nicky itu putra kedua Keluarga Tandiono, tapi kamu nggak percaya, 'ka