"Kenapa? Nggak berani?" tanya Tobi dengan nada datar.Jika Lindy tidak mau kembali, dia juga tidak ingin membantu Keluarga Saswito. Buat apa dia menyia-nyiakan waktunya untuk menyelamatkan gadis yang bahkan tidak peduli dengan hidup mati keluarganya?Untungnya, Lindy tidak begitu dan buru-buru menjawab, "Nggak, aku ... aku hanya takut, tapi aku tetap mau pulang. Aku nggak mungkin kabur sendirian dan membiarkan Keluarga Saswito menanggung semuanya.""Bagus. Andai kamu nggak mau pulang, aku juga nggak perlu menyelamatkan orang sepertimu lagi," ucap Tobi dengan ringan.Lindy tertegun, sekaligus terkejut. Andai dia salah bicara tadi, bukankah satu-satunya penyelamatnya akan hilang?Meski sampai sekarang, dia masih belum sepenuhnya yakin, penyelamat ini entah mampu menahan kekuatan keluarga besar dari Jatra itu atau tidak.Lindy melirik ke arah Inggit dan buru-buru menjelaskan, "Kak Inggit, Darel dari Jatra sudah datang, aku harus pulang menghadapinya, jadi aku nggak bisa menemanimu lagi."
Yudi cemas dan langsung menjelaskan, "Ah, buat apa kamu pulang sekarang? Darel nggak sederhana. Orang-orang di sekitarnya semua ahli hebat. Kalau dia ingin membawamu pergi dengan paksa, kami juga nggak bisa menghentikannya.""Nggak masalah, bukankah masih ada Tuan Tobi?" kata Lindy."Kalau Tuan Tobi ada di sini, aku juga nggak perlu khawatir, tapi Tuan Tobi masih belum datang. Aku juga nggak tahu kapan dia akan datang, siapa tahu dia nggak datang, 'kan?" ucap Yudi menjelaskan."Kak, bukankah kamu selalu percaya pada Tuan Tobi?""Tentu saja, tapi aku lebih khawatir denganmu. Jangan sampai membuat kesalahan sedikit pun, kalau nggak, nggak ada gunanya menyesal saat itu.""Haha. Kak, tenang saja, Tuan Tobi sedang menyetir. Kebetulan aku lagi bersamanya dan dia mengantarku kembali. Lagi pula, dia sudah bilang, kita nggak perlu terlalu khawatir.""Bagi Tuan Tobi, menghadapi Tuan Darel hanyalah masalah sepele."Selesai berbicara, Lindy melirik ke arah Tobi sejenak, menempelkan ponselnya ke te
Menyadari ada yang tidak biasa, Tobi segera bertanya, "Sepertinya ada sesuatu. Apa yang terjadi?"Meski mereka berdua tidak banyak berinteraksi, Jessi juga punya posisi di hatinya. Jika bukan karena dia menikah dengan tuan muda paling hebat di Sekte Suganda, Tobi mungkin akan menghentikannya."Bukan apa-apa." Jessi buru-buru menyangkal"Benarkah? Kalau ada masalah, katakan saja kepadaku. Berdasarkan kemampuanku, sejauh ini, belum ada yang nggak bisa kuselesaikan," ucap Tobi."Benarkah? Kalau begitu, aku menyukai Kak Tobi, terus nggak mau menikah dengan Tuan Evan, apa bisa begitu?""Ini ...."Tobi hanya tersenyum kecut."Kenapa? Nggak bisa? Sudah kuduga, kamu hanya membual."Jessi berkata dengan manja, "Tapi jangan dimasukkan dalam hati, aku hanya bercanda saja."Namun, Tobi mengerutkan kening. Dia merasa Jessi tidak bercanda, apalagi dia juga merasakan gadis itu mulai tertekan.Jadi, dia pun segera berkata, "Tapi aku nggak bercanda. Kalau kamu memang nggak menyukai Tuan Evan, aku juga
Jadi, dia hanya punya satu pilihan, yaitu menerima segalanya dengan patuh.Setelah tahu semua kebenaran ini, Jessi makin tidak ingin menghubungi Tobi lagi. Dia hanya bisa menahan kerinduan di hatinya dan membuang jauh-jauh pemikirannya.Lantaran dia tahu Kak Tobi mungkin tidak begitu menyukainya. Andai terjadi sesuatu kepadanya, Kak Tobi pasti tidak akan membiarkannya begitu saja.Sekalipun harus menahan kekosongan di dalam hati yang dia rasakan akibat sekian lama tidak pernah menghubungi pria ituPokoknya, dia tidak akan mencelakai Kak Tobi.Makin dekat dengan Tuan Evan, Jessi makin sadar pria itu sangat kejam dan jahat, bahkan tidak ada yang tidak takut kepadanya. Andai pria itu tahu dia menyukai Kak Tobi, dia pasti akan membuatnya berakhir tragis.Demi keselamatan Kak Tobi, dia harus tetap menahan keinginan untuk menghubungi Kak Tobi.Lantaran harus menyimpan semua ini, hatinya sesak dan terasa menyakitkan.Jadi, seperti yang dia duga, pada akhirnya, dia menyerah juga. Dia menelepon
Keluarga Saswito!Wajah Darel terlihat begitu sombong. Dia mendengus dingin dan berkata, "Burhan, aku sudah memberimu kesempatan. Kalau kamu nggak memanfaatkannya baik-baik, nggak ada gunanya kamu berlutut dan memohon pengampunan saat itu."Hati Burhan diliputi rasa takut dan cemas. Dia tidak tahu Tuan Tobi entah datang ke sana atau tidak, jadi dia hanya bisa terus mengulur waktu. "Tuan Darel, masalah besar seperti ini harus kami diskusikan dan pertimbangkan lebih dulu, jadi mohon bersabarlah.""Baiklah, aku akan beri kalian dua puluh menit lagi, tapi kalian nggak mungkin membiarkanku duduk di sini saja, 'kan? Panggil Lindy keluar. Biar dia yang menemaniku."Darel sangat menyukai pesona muda yang terpancar dari tubuh seksi Lindy.Wanita seperti itu pasti sangat menggairahkan di ranjangWajah Burhan sedikit berubah. Dia buru-buru menjawab, "Tuan Darel, maaf, Lindy lagi keluar bersama temannya. Dia sekarang nggak ada di kediaman Keluarga Saswito.""Dia benar-benar lagi di luar atau kalia
Plak!Terdengar sebuah tamparan kencang.Darel beranjak dari tempat duduknya dan langsung menampar wajah Burhan dengan keras.Burhan merasakan sensasi terbakar di pipinya. Kekuatan lawan lebih hebat dibandingkan orang biasa, bahkan dia hampir mengerang kesakitan.Dia berusaha sekuat tenaga menopang dirinya agar tidak terjatuh."Burhan, kamu sadar apa yang kamu bicarakan?""Apa maksudmu dengan 'melepaskan Lindy'? Apa aku sudah mempersulitnya?""Aku itu memberinya kesempatan. Aku bisa tertarik kepadanya, itu sudah termasuk anugerah untuknya. Seharusnya dia tahu bersyukur," ucap Darel dengan nada ketus. Wajahnya penuh dengan ekspresi sombong dan mendominasi.Sikap, perilaku, dan perkataan Darel sungguh membuat seluruh Keluarga Saswito emosi. Hanya saja, meski jumlah mereka banyak, mereka juga tidak berani berbuat apa-apa dan hanya berdiri mematung di sana.Semuanya terlihat kesal, tetapi tidak berani mengatakannya langsung dan hanya memendamnya dalam hati.Yudi tidak tahan melihat ayahnya
Mengenai Tuan Tobi bisa mengalahkan Darel atau tidak, untuk saat ini, mereka tidak peduli begitu banyak lagi.Setelah mendengar kata-kata Tobi, terakhir Darel pun mengalihkan pandangan ke arahnya sambil memasang ekspresi mengejek, "Bocah, kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Memangnya kamu siapa?""Hanya berdasarkan kamu? Ingin membantunya? Tahukah kamu siapa aku?""Tahu!" kata Tobi dengan datar."Sudah tahu masih berani lancang? Tampaknya kamu cari mati." Darel bertambah kesal. Padahal bocah itu tahu siapa dirinya, tetapi masih sombong seperti itu. Apa dia memandang rendah kemampuannya?"Yang cari mati itu kamu!""Kamu barusan beri kesempatan kepada Keluarga Saswito, 'kan? Kalau begitu, aku sekarang juga beri kamu kesempatan!""Kalau kamu enyah dari kediaman Keluarga Saswito sekarang juga, nggak cari masalah lagi dengan Keluarga Saswito, aku akan mengampunimu kali ini," ucap Tobi dengan dingin.'Apa? Beri aku kesempatan? Mengampuniku kali ini?'Darel merasa ucapan itu seolah-olah sedan
Pak Zul langsung dihantam oleh kekuatan yang menakutkan. Mulutnya mengeluarkan erangan teredam, tubuhnya terpental ke belakang dan ambruk ke lantai, juga menyemburkan seteguk darah.Dengan begitu, barulah dia merasa sedikit lebih nyaman. Kemudian, dia menatap Tobi dengan ekspresi terkejut dan berkata, "Se ... sebenarnya apa kekuatanmu?""Tak peduli apa pun kekuatanku, aku masih lebih dari cukup untuk menghadapimu, kamu nggak menyangkal hal ini, 'kan?" ujar Tobi datar."Tentu saja. Kalau kamu nggak berbelas kasihan kepadaku barusan, mungkin sekarang aku sudah lumpuh. Terima kasih."Pak Zul kemudian berbalik dan berkata, "Tuan Darel, maaf, kekuatan pria ini benar-benar di luar kemampuanku. Di hadapannya, aku bukanlah apa-apa."Setelah itu, dia pun berjalan ke samping, duduk bersila dan mulai mengobati lukanya.Bisa dikatakan, Pak Zul itu ahli bela diri yang telah dibayar mahal oleh Keluarga Capaldi. Dia bukan budaknya Keluarga Capaldi, jadi dia punya kebebasannya sendiri dan tidak terika
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab