Menyadari pandangan semua orang tertuju kepadanya, Hugo pun berkata dengan hati-hati, "Ayahku meneleponku. Dia ... dia mungkin sudah tahu aku terlibat masalah."Intinya, dia ingin memperingatkan Tobi, jangan macam-macam, ayahnya sudah tahu. Namun, lantaran terus-menerus dipukul oleh Tobi, dia benar-benar tidak berani bertindak sembarangan lagi.Dia hanya bisa menunggu. Begitu selamat meninggalkan tempat ini, barulah dia akan membereskan Tobi."Ayahmu yang menelepon?"Mendengar itu panggilan dari ayahnya Hugo, Tobi makin penasaran. Tak disangka, hasilnya akan secepat ini, tampaknya Keluarga Saswito telah memberikan kontribusi besar kali ini.Lantaran hanya Keluarga Saswito yang paling mengenal Grup Maharta dan membuat mereka bisa menemukan titik kelemahannya."Ya!"Melihat Tobi termenung, Hugo mengira pria itu ketakutan, dia pun berkata dengan bangga, "Tobi, lebih baik lepaskan aku sekarang, kalau nggak, ayahku pasti nggak akan berdiam diri.""Haha. Sebaiknya kamu jawab teleponnya dulu.
"Yudi, menurutmu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Burhan tak berdaya. Dia bahkan mulai bimbang, sebenarnya Tuan Tobi ini bisa diandalkan atau tidak.Bisa-bisanya dia menyerahkan misi mustahil seperti ini kepada Keluarga Saswito?Yudi ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Tuan Tobi bukanlah sembarang orang. Dia bisa membuat Winson tunduk dan sopan kepadanya, bahkan membuat Pak Damar begitu hormat kepadanya. Dia bisa memberikan tugas seperti ini, pasti dia punya alasan sendiri."Burhan agak terkejut, lalu mengangguk dan berkata, "Aku rasa juga begitu, tapi hanya berdasarkan kita ...."Namun, sebelum dia selesai berbicara, ponselnya berdering. Dia menundukkan kepalanya dan menatap layar ponselnya. Sebuah nomor yang tidak dikenal. Dia tertegun. Mungkinkah Tuan Tobi punya rencana cadangan?Lantaran bukan semua orang bisa mendapatkan nomor teleponnya dengan mudah, dia pun segera menjawab panggilan itu dan berkata dengan gugup, "Halo!""Halo, apa ini Burhan Saswito, kepala Keluarga Saswito? I
"Baik, tunggu sebentar. Aku akan segera telepon. Asalkan uangnya belum cair, pinjamannya harus ditangguhkan!" Lintang langsung menutup telepon, lalu menghubungi Hendro.Tobi telah memperkenalkan mereka sebelumnya. Lagi pula, sekarang mereka tidak meminta Hendro melakukan hal yang ilegal.Sekadar melaporkan kepada Hendro bahwa Grup Maharta tengah melakukan berbagai penghindaran pajak dan perusahaan itu kini berada di ambang kebangkrutan, jadi mereka ingin menghentikan sementara pinjaman bisnis Grup Maharta.Saat Hendro mendengar permintaan Tobi, dia segera meminta orangnya untuk menanyakan pihak bank. Mengetahui pinjamannya masih belum cair, dia langsung berkata, "Tak disangka, Grup Maharta punya masalah sebesar itu. Demi keamanan dana bank, aku akan meminta mereka menghentikan pencairan pinjaman ini.""Baiklah, terima kasih banyak, Pak Hendro.""Sama-sama. Aku melakukan semua ini juga demi kepentingan negara. Andai pinjaman itu ditipu oleh perusahaan bermasalah seperti Grup Maharta, ma
"Bahkan, Grup Maharta juga berutang banyak kepada mereka, jadi mereka pasti akan langsung mencari tahu hal ini."Burhan makin yakin. Awalnya, dia masih mengira hal ini tidak mungkin terjadi, tetapi dalam waktu singkat ini, dia merasa kepercayaan dirinya makin meningkat."Idenya bagus, tapi selain itu, kita juga harus mulai dengan opini publik."Lintang segera menambahkan, "Apa kamu punya rumor buruk mengenai mereka? Kalau ada, segera kirim semuanya kepadaku, tak peduli itu benar atau nggak sepenuhnya benar, asalkan bisa membuat orang lain mengira Grup Maharta sudah tamat.""Kali ini, Grup Maharta akan terperosok dan nggak mampu bangkit lagi!""Sudah pasti mereka akan bangkrut.""Ya, sebenarnya kami sudah melakukan persiapan sebelumnya, tapi kalau Pak Lintang yang turun tangan sendiri, aku rasa hasilnya pasti akan lebih baik. Kalau begitu, aku akan minta orang-orangku untuk bersiap-siap."Sebelum bertindak, mereka berdua terus mempersiapkan rencana itu dengan matang.Begitu tindakan mer
"Bukan hanya itu saja, tetapi Winson, yang notabene salah satu kepala keluarga dari empat keluarga besar juga sangat menghormatinya, bahkan Pak Damar dan yang lainnya juga begitu.""Kekuatan Tuan Tobi jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan.""Kalau nggak, kamu kira siapa yang mendadak bisa mengerahkan kekuatan sebesar itu dalam waktu sesingkat ini?"Bahkan, ketika menyebutkan semua ini, dia sendiri juga sangat terkejut.Namun, hal ini juga membuatnya bertambah senang. Dengan begitu, bukankah Tuan Tobi bisa menghadapi Tuan Darel? Meski tidak takluk sepenuhnya, setidaknya mereka masih menyainginya secara langsung.Frengki langsung terduduk dengan tatapan kosong, lalu bergumam pelan, "Jadi, ini semua karena Hugo? Dia memprovokasi Tuan Tobi?""Ya!""Apalagi, saat ini, Hugo mungkin masih berada di tangan Tuan Tobi," tukas Burhan.Frengki tampak syok, lalu mengeluarkan ponselnya, bersiap-siap untuk menelepon putranya.Namun, Burhan menghentikannya, menggelengkan kepalanya sambil berkata,
Frengki tampak gusar."Ma ... mana mungkin!""Apanya yang nggak mungkin? Kami semua sudah dicelakai olehmu. Sekarang kamu harus patuh dan dengarkan semua kata Tuan Tobi."Usai mengatakan itu, Frengki langsung menutup telepon dan berkata dengan getir, "Burhan, aku serahkan sisanya kepadamu. Tolong bantu kami bicara di depan Tuan Tobi."Burhan menepuk pundaknya dengan simpati. Frengki telah bekerja keras sepanjang hidupnya, tak disangka, semuanya akan berakhir seperti ini. Semua ini gara-gara dia punya putra yang tak berguna itu.Burhan juga diam-diam sempat menyelidiki Hugo. Ternyata pemuda itu banyak melakukan kejahatan, bahkan Frengki sendiri juga terlibat dalam beberapa hal tercela.Itu sebabnya, dia berkali-kali mengingatkan Lindy agar tidak terlalu dekat dengan Hugo. Hanya saja, putrinya itu sama sekali tidak mengindahkannya."Mana mungkin bisa begini!"Mengapa ayahnya bisa menyuruhnya mendengar ucapan Tuan Tobi? Memikirkan hal itu, Hugo makin ketakutan. Mungkinkah yang dikatakan T
"Apa!"Widia dan Lindy seketika membeku di tempat, seakan-akan tidak memercayai apa yang barusan mereka dengar.Bisa-bisanya dia memperoleh Grup Maharta dengan harga dua ratus miliar. Bagaimanapun juga, Grup Maharta punya aset triliunan. Meski saat ini mereka menghadapi banyak krisis, nilai pasarnya tetap ada.Apalagi, Grup Maharta termasuk perusahaan yang sepenuhnya dikuasai oleh Keluarga Maharta.Mereka bahkan tidak mengungkit harga dua miliar yang ditawarkan oleh Frengki sebelumnya.Widia masih tidak sanggup memercayainya. Mungkin dia salah dengar, jadi dia memastikan sekali lagi, "Tobi, apa kamu ada salah? Kamu membeli Grup Maharta dengan harga dua ratus miliar?""Nggak, kok. Lagi pula, aku yang berinisiatif memberikan dua ratus miliar."Tobi tersenyum dan berkata, "Tapi selanjutnya kamu mungkin akan sibuk, jadi kamu harus segera membuat persiapan.""Aku?""Ya, aku nggak punya dua ratus miliar, jadi hanya kamu yang bisa membelinya. Bukankah kamu baru saja memasuki industri perhiasa
Sesampainya di rumah, tak ada satu pun yang peduli dengan luka-luka di tubuh Hugo. Mereka langsung menangkapnya dan mengurungnya di dalam kamar.Begitu Frengki pulang, tanpa berbasa-basi, dia langsung memukul Hugo dengan kasar. Makin dipukul, dia makin emosi, apalagi dia baru saja selesai menandatangani kontrak dan kehilangan perusahaan seluruhnya.Kalau bukan istrinya menghentikannya, Hugo pasti sudah kehilangan separuh nyawanya."Ayah, kita benar-benar kehilangan Grup Maharta?"Hingga saat ini, Hugo masih tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini.Emosi Frengki sudah mereda. Bagaimanapun juga, Hugo itu putra semata wayangnya. Dia menghela napas, lalu menyerahkan kontrak di tangannya sambil berkata, "Lihat sendiri."Melihat kontrak di tangannya, Hugo menjadi pucat dan langsung terkulai lemas.Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi, apalagi ini semua diakibatkan oleh perilakunya sendiri, hingga membuat keluarganya kehilangan aset triliunan, kehilangan hasil jerih paya
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp