"Bahkan, Grup Maharta juga berutang banyak kepada mereka, jadi mereka pasti akan langsung mencari tahu hal ini."Burhan makin yakin. Awalnya, dia masih mengira hal ini tidak mungkin terjadi, tetapi dalam waktu singkat ini, dia merasa kepercayaan dirinya makin meningkat."Idenya bagus, tapi selain itu, kita juga harus mulai dengan opini publik."Lintang segera menambahkan, "Apa kamu punya rumor buruk mengenai mereka? Kalau ada, segera kirim semuanya kepadaku, tak peduli itu benar atau nggak sepenuhnya benar, asalkan bisa membuat orang lain mengira Grup Maharta sudah tamat.""Kali ini, Grup Maharta akan terperosok dan nggak mampu bangkit lagi!""Sudah pasti mereka akan bangkrut.""Ya, sebenarnya kami sudah melakukan persiapan sebelumnya, tapi kalau Pak Lintang yang turun tangan sendiri, aku rasa hasilnya pasti akan lebih baik. Kalau begitu, aku akan minta orang-orangku untuk bersiap-siap."Sebelum bertindak, mereka berdua terus mempersiapkan rencana itu dengan matang.Begitu tindakan mer
"Bukan hanya itu saja, tetapi Winson, yang notabene salah satu kepala keluarga dari empat keluarga besar juga sangat menghormatinya, bahkan Pak Damar dan yang lainnya juga begitu.""Kekuatan Tuan Tobi jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan.""Kalau nggak, kamu kira siapa yang mendadak bisa mengerahkan kekuatan sebesar itu dalam waktu sesingkat ini?"Bahkan, ketika menyebutkan semua ini, dia sendiri juga sangat terkejut.Namun, hal ini juga membuatnya bertambah senang. Dengan begitu, bukankah Tuan Tobi bisa menghadapi Tuan Darel? Meski tidak takluk sepenuhnya, setidaknya mereka masih menyainginya secara langsung.Frengki langsung terduduk dengan tatapan kosong, lalu bergumam pelan, "Jadi, ini semua karena Hugo? Dia memprovokasi Tuan Tobi?""Ya!""Apalagi, saat ini, Hugo mungkin masih berada di tangan Tuan Tobi," tukas Burhan.Frengki tampak syok, lalu mengeluarkan ponselnya, bersiap-siap untuk menelepon putranya.Namun, Burhan menghentikannya, menggelengkan kepalanya sambil berkata,
Frengki tampak gusar."Ma ... mana mungkin!""Apanya yang nggak mungkin? Kami semua sudah dicelakai olehmu. Sekarang kamu harus patuh dan dengarkan semua kata Tuan Tobi."Usai mengatakan itu, Frengki langsung menutup telepon dan berkata dengan getir, "Burhan, aku serahkan sisanya kepadamu. Tolong bantu kami bicara di depan Tuan Tobi."Burhan menepuk pundaknya dengan simpati. Frengki telah bekerja keras sepanjang hidupnya, tak disangka, semuanya akan berakhir seperti ini. Semua ini gara-gara dia punya putra yang tak berguna itu.Burhan juga diam-diam sempat menyelidiki Hugo. Ternyata pemuda itu banyak melakukan kejahatan, bahkan Frengki sendiri juga terlibat dalam beberapa hal tercela.Itu sebabnya, dia berkali-kali mengingatkan Lindy agar tidak terlalu dekat dengan Hugo. Hanya saja, putrinya itu sama sekali tidak mengindahkannya."Mana mungkin bisa begini!"Mengapa ayahnya bisa menyuruhnya mendengar ucapan Tuan Tobi? Memikirkan hal itu, Hugo makin ketakutan. Mungkinkah yang dikatakan T
"Apa!"Widia dan Lindy seketika membeku di tempat, seakan-akan tidak memercayai apa yang barusan mereka dengar.Bisa-bisanya dia memperoleh Grup Maharta dengan harga dua ratus miliar. Bagaimanapun juga, Grup Maharta punya aset triliunan. Meski saat ini mereka menghadapi banyak krisis, nilai pasarnya tetap ada.Apalagi, Grup Maharta termasuk perusahaan yang sepenuhnya dikuasai oleh Keluarga Maharta.Mereka bahkan tidak mengungkit harga dua miliar yang ditawarkan oleh Frengki sebelumnya.Widia masih tidak sanggup memercayainya. Mungkin dia salah dengar, jadi dia memastikan sekali lagi, "Tobi, apa kamu ada salah? Kamu membeli Grup Maharta dengan harga dua ratus miliar?""Nggak, kok. Lagi pula, aku yang berinisiatif memberikan dua ratus miliar."Tobi tersenyum dan berkata, "Tapi selanjutnya kamu mungkin akan sibuk, jadi kamu harus segera membuat persiapan.""Aku?""Ya, aku nggak punya dua ratus miliar, jadi hanya kamu yang bisa membelinya. Bukankah kamu baru saja memasuki industri perhiasa
Sesampainya di rumah, tak ada satu pun yang peduli dengan luka-luka di tubuh Hugo. Mereka langsung menangkapnya dan mengurungnya di dalam kamar.Begitu Frengki pulang, tanpa berbasa-basi, dia langsung memukul Hugo dengan kasar. Makin dipukul, dia makin emosi, apalagi dia baru saja selesai menandatangani kontrak dan kehilangan perusahaan seluruhnya.Kalau bukan istrinya menghentikannya, Hugo pasti sudah kehilangan separuh nyawanya."Ayah, kita benar-benar kehilangan Grup Maharta?"Hingga saat ini, Hugo masih tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini.Emosi Frengki sudah mereda. Bagaimanapun juga, Hugo itu putra semata wayangnya. Dia menghela napas, lalu menyerahkan kontrak di tangannya sambil berkata, "Lihat sendiri."Melihat kontrak di tangannya, Hugo menjadi pucat dan langsung terkulai lemas.Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi, apalagi ini semua diakibatkan oleh perilakunya sendiri, hingga membuat keluarganya kehilangan aset triliunan, kehilangan hasil jerih paya
Kata-kata itu seketika membuat Tobi tidak mampu berkutik lagi. Dia pun menerimanya dan berkata, "Ya sudah, aku akan turuti perkataanmu, tetapi setelah perusahaan stabil, kamu harus memuaskan keinginanku.""Apa-apaan ...."Wajah Widia memerah, lalu menegurnya, "Apa yang kamu pikirkan? Selain wanita, apa kamu nggak punya hal lainnya lagi?""Ya, selain wanita, nggak ada yang lainnya lagi."Tobi malah mengiakannya, hanya saja, dia buru-buru menambahkan, "Tapi, aku hanya memikirkanmu."Kalimat itu seketika membuat hati Widia berbunga-bunga, tetapi dia masih menyembunyikannya dan berkata dengan nada ketus, "Masih berpikir untuk menipuku? Aku nggak akan percaya."Seakan sadar dirinya tak mampu menahan rayuan manis Tobi, dia pun berkata, "Sudah larut. Aku harus kembali dan istirahat dulu.""Ya, baiklah.""Aku pikir, lantaran sudah memberikan kontribusi besar, kita akan menginap di hotel malam ini," ucap Tobi sambil menghela napas."Jangan mimpi!"Widia memutar bola matanya ke arah Tobi, kemudi
"Tuan Tobi!"Hendro menyapanya dengan sopan sekaligus memberi isyarat kepada Juneidi agar tidak berbicara dulu.Kebetulan Juneidi datang menemuinya malam ini. Mereka berdua sedang mendiskusikan sesuatu."Ya, Pak Hendro, terima kasih atas bantuanmu hari ini," ujar Tobi."Sama-sama, Dokter Tobi. Aku hanya melaksanakan tugasku hari ini. Kalau nggak, entah bencana seperti apa yang akan terjadi.""Untunglah ada Dokter Tobi yang mengambil tindakan dan menyelesaikan semuanya dengan sigap hingga kita bisa terhindar dari masalah yang lebih besar," ucap Hendro."Benar juga, tapi Pak Hendro bisa memberikan bantuan hari ini, apa kamu nggak takut aku nggak bisa menanganinya dengan baik? Kalau begitu, perusahaan bukan hanya akan bangkrut, tapi juga menimbulkan sensasi, bahkan memengaruhi pekerjaanmu?" tanya Tobi.Hendro langsung menanggapinya, "Dokter Tobi, jangan bercanda. Lantaran Anda sudah buka suara, saya pasti percaya sama Anda.""Bagus, kalau begitu, aku juga mau memberitahumu kabar baik. Pen
Setelah sibuk sepanjang hari, Tobi langsung pergi beristirahat.Dia tidak tahu ada orang yang tengah mengincarnya.Setelah Inggit kembali, dia langsung mengeluh kepada ayahnya, mengatakan betapa sombongnya kelakuan Tobi hari ini, bahkan pria itu berani meremehkan ayahnya.Tidak tahan melihat putrinya ditindas seperti itu, Rizal langsung marah.Dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyingkirkan Tobi beserta Grup Lianto.Keesokan harinya. Tobi bangun pagi-pagi sekali dan sudah sampai di perusahaan pada jam setengah sembilan.Begitu karyawan-karyawan berpapasan dengannya, mereka langsung menyapanya dengan sopan. Tobi bergegas menuju ruangannya Widia. Mereka berdua pun mendiskusikan dan mengkonfirmasi masalah Grup Maharta.Selanjutnya, mereka juga membahas masalah manajemen departemen penjualan.Bagaimanapun, Tobi kini akan mengelola Grup Maharta dan menjabat sebagai direktur baru. Tentu saja, dia tidak punya waktu untuk menangani masalah di sini lagi, jadi jabatan direktur penjua
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab