Yudi juga tersentak mendengar rencana Tobi yang ingin menjatuhkan Grup Maharta.Mana mungkin Keluarga Saswito sanggup melakukan itu?Ternyata, Burhan dan yang lainnya juga ada di samping Yudi. Mereka yang mendengar percakapan itu juga tampak tercengang."Kenapa? Kamu nggak mau?" tanya Tobi dengan ringan."Bukan begitu, aku khawatir Keluarga Saswito nggak akan sanggup. Memang benar Grup Maharta nggak sehebat Keluarga Saswito, tapi kesenjangannya juga nggak begitu besar," jawab Yudi tak berdaya."Kamu nggak perlu khawatirkan masalah ini, aku hanya tanya, kamu bersedia melakukannya atau nggak?" tanya Tobi dengan datar.Yudi tertegun. Dia pun mengalihkan pandangannya ke ayahnya, Burhan, seakan-akan meminta jawabannya.Burhan terlihat ragu, tetapi dia masih tetap mengangguk.Yudi pun buru-buru menjawab, "Ya, kami bersedia, tapi aku harus segera mendiskusikan bagaimana cara bertindak dengan ayahku.""Oke."Tobi menutup telepon, lalu mengirim pesan singkat kepada Lintang : "Hubungi Keluarga S
Semua orang pun mengikuti petunjuknya dan mendadak merasakan nyeri hebat. Mereka refleks melepaskan tangan mereka. Raut wajah mereka berubah."Tapi jangan khawatir, asalkan kalian patuh, aku akan membantu kalian mencabut kurungan itu begitu keluar dari sini.""Hanya saja, kalian harus janji, begitu keluar dari sini, jangan beri tahu siapa pun apa yang terjadi di sini, apalagi menyuruh orang datang. Kalau nggak, kalian pasti nggak akan selamat malam ini."Mendengar itu, mereka langsung berkata, "Kami nggak berani. Kami akan menuruti perintahmu!""Bagus. Kalau begitu, enyahlah!"Tobi langsung menyuruh mereka meninggalkan ruangan itu.Mereka bergegas bangkit dan lari terbirit-birit. Padahal, detik sebelumnya, semuanya masih tergeletak di lantai dan tidak bergerak sedikit pun, tetapi tiba-tiba mereka langsung bersemangat.Alasannya, pemuda di hadapan mereka itu sangatlah menakutkan.Melihat orang-orangnya melarikan diri tanpa peduli dengan dirinya, Hugo langsung marah dan berteriak minta t
"Kamu!"Wajah Inggit menjadi pucat.Lindy yang baru tersadar itu buru-buru berkata, "Kak Inggit, jangan emosi. Pasti ada salah paham di sini.""Tuan Tobi, apa Hugo lagi-lagi membuatmu marah?"Tobi tampak dingin, kemudian menjawab dengan datar, "Nggak, aku hanya nggak senang melihatnya, ingin memberinya pelajaran!"Kata-kata itu seketika membuat Lindy tersentak.Dia ingin membantu Tobi berbicara, tetapi sepertinya tidak ada gunanya lagi.Bayangkan, Inggit itu bukanlah orang biasa. Ayahnya adalah Rizal Nugroho, wakil wali Kota Tawuna. Selain itu, ayahnya juga termasuk sosok yang hebat, bahkan didukung oleh para pemimpin.Pak Teguh telah mengundurkan diri, apalagi Pak Hendro telah mengonfirmasi bahwa dia akan mengambil alih posisi tersebut.Tentu saja, posisi wali kota tidak bisa kosong begitu saja dan akan dipilih langsung dari beberapa wakilnya.Dilihat dari situasi saat ini, sudah pasti akan jatuh ke tangan Rizal, ayahnya Inggit.Di saat Darel bersiap mengunjungi Kota Tawuna, dia juga
Lindy seketika panik mendengar itu. Tuan Tobi telah berjanji akan membantu keluarganya. Di saat seperti ini, dia tak akan membiarkan hal seperti ini menimpa pria itu. Dia pun buru-buru berkata, "Kak Inggit, jangan emosi.""Tuan Tobi, Kak Inggit bukan dari kalangan biasa. Pak Rizal, ayahnya itu wakil wali kota dan juga tokoh yang berkuasa di Kota Tawuna.""Lantas, kenapa?" tanya Tobi balik.Lindy kebingungan. Padahal, dia telah memberi kode yang cukup jelas.Tak disangka, Tuan Tobi masih begitu mendominasi.Inggit bertambah marah, "Lantas, kenapa? Bocah, kamu pikir kamu itu orang hebat?""Kalau kamu berani, beri tahu aku namamu, lihat bagaimana aku membereskanmu.""Oke, nggak masalah. Namaku Tobi Yudistira. Saat ini, aku bekerja di Grup Lianto," kata Tobi dengan tenang."Oke, kalau itu yang kamu inginkan.""Tunggu saja, kamu pasti akan menyesal.""Lindy, ayo kita pergi!"Usai mengucapkan kata-kata itu, Inggit langsung pergi. Dia yakin Lindy pasti akan mengikutinya.Namun, Lindy tampak r
Menyadari pandangan semua orang tertuju kepadanya, Hugo pun berkata dengan hati-hati, "Ayahku meneleponku. Dia ... dia mungkin sudah tahu aku terlibat masalah."Intinya, dia ingin memperingatkan Tobi, jangan macam-macam, ayahnya sudah tahu. Namun, lantaran terus-menerus dipukul oleh Tobi, dia benar-benar tidak berani bertindak sembarangan lagi.Dia hanya bisa menunggu. Begitu selamat meninggalkan tempat ini, barulah dia akan membereskan Tobi."Ayahmu yang menelepon?"Mendengar itu panggilan dari ayahnya Hugo, Tobi makin penasaran. Tak disangka, hasilnya akan secepat ini, tampaknya Keluarga Saswito telah memberikan kontribusi besar kali ini.Lantaran hanya Keluarga Saswito yang paling mengenal Grup Maharta dan membuat mereka bisa menemukan titik kelemahannya."Ya!"Melihat Tobi termenung, Hugo mengira pria itu ketakutan, dia pun berkata dengan bangga, "Tobi, lebih baik lepaskan aku sekarang, kalau nggak, ayahku pasti nggak akan berdiam diri.""Haha. Sebaiknya kamu jawab teleponnya dulu.
"Yudi, menurutmu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Burhan tak berdaya. Dia bahkan mulai bimbang, sebenarnya Tuan Tobi ini bisa diandalkan atau tidak.Bisa-bisanya dia menyerahkan misi mustahil seperti ini kepada Keluarga Saswito?Yudi ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Tuan Tobi bukanlah sembarang orang. Dia bisa membuat Winson tunduk dan sopan kepadanya, bahkan membuat Pak Damar begitu hormat kepadanya. Dia bisa memberikan tugas seperti ini, pasti dia punya alasan sendiri."Burhan agak terkejut, lalu mengangguk dan berkata, "Aku rasa juga begitu, tapi hanya berdasarkan kita ...."Namun, sebelum dia selesai berbicara, ponselnya berdering. Dia menundukkan kepalanya dan menatap layar ponselnya. Sebuah nomor yang tidak dikenal. Dia tertegun. Mungkinkah Tuan Tobi punya rencana cadangan?Lantaran bukan semua orang bisa mendapatkan nomor teleponnya dengan mudah, dia pun segera menjawab panggilan itu dan berkata dengan gugup, "Halo!""Halo, apa ini Burhan Saswito, kepala Keluarga Saswito? I
"Baik, tunggu sebentar. Aku akan segera telepon. Asalkan uangnya belum cair, pinjamannya harus ditangguhkan!" Lintang langsung menutup telepon, lalu menghubungi Hendro.Tobi telah memperkenalkan mereka sebelumnya. Lagi pula, sekarang mereka tidak meminta Hendro melakukan hal yang ilegal.Sekadar melaporkan kepada Hendro bahwa Grup Maharta tengah melakukan berbagai penghindaran pajak dan perusahaan itu kini berada di ambang kebangkrutan, jadi mereka ingin menghentikan sementara pinjaman bisnis Grup Maharta.Saat Hendro mendengar permintaan Tobi, dia segera meminta orangnya untuk menanyakan pihak bank. Mengetahui pinjamannya masih belum cair, dia langsung berkata, "Tak disangka, Grup Maharta punya masalah sebesar itu. Demi keamanan dana bank, aku akan meminta mereka menghentikan pencairan pinjaman ini.""Baiklah, terima kasih banyak, Pak Hendro.""Sama-sama. Aku melakukan semua ini juga demi kepentingan negara. Andai pinjaman itu ditipu oleh perusahaan bermasalah seperti Grup Maharta, ma
"Bahkan, Grup Maharta juga berutang banyak kepada mereka, jadi mereka pasti akan langsung mencari tahu hal ini."Burhan makin yakin. Awalnya, dia masih mengira hal ini tidak mungkin terjadi, tetapi dalam waktu singkat ini, dia merasa kepercayaan dirinya makin meningkat."Idenya bagus, tapi selain itu, kita juga harus mulai dengan opini publik."Lintang segera menambahkan, "Apa kamu punya rumor buruk mengenai mereka? Kalau ada, segera kirim semuanya kepadaku, tak peduli itu benar atau nggak sepenuhnya benar, asalkan bisa membuat orang lain mengira Grup Maharta sudah tamat.""Kali ini, Grup Maharta akan terperosok dan nggak mampu bangkit lagi!""Sudah pasti mereka akan bangkrut.""Ya, sebenarnya kami sudah melakukan persiapan sebelumnya, tapi kalau Pak Lintang yang turun tangan sendiri, aku rasa hasilnya pasti akan lebih baik. Kalau begitu, aku akan minta orang-orangku untuk bersiap-siap."Sebelum bertindak, mereka berdua terus mempersiapkan rencana itu dengan matang.Begitu tindakan mer