Apa!Ahli bela diri setingkat Guru Besar!Begitu mendengar ucapan Ridwan, semua orang Keluarga Gumilar langsung terpana. Wajah mereka memucat. Tak disangka, lawan mereka itu seorang ahli bela diri setingkat Guru Besar. Sekalipun kekuatan mereka hebat, mereka juga tidak bisa menandinginya.Guru Besar?Tidak mungkin, tidak mungkin. Gavin terus menggelengkan kepalanya.Dia tidak percaya, pria tak berguna yang selama ini dia remehkan itu ternyata seorang ahli bela diri Guru Besar.Jika Tobi sungguh ahli bela diri Guru Besar, mengapa dia membiarkan Gavin melakukan hal yang merugikannya?Gavin yakin Tobi tidak menyentuhnya selama ini mungkin karena takut menghadapi kekuatan yang dimiliki oleh keluarganya."Gavin!"Ridwan berteriak memanggil Gavin yang termenung. Kemudian, menatap Tobi dengan tajam, berharap memperoleh jawaban dari mulutnya.Tobi tampak tenang. Menghadapi sekelompok orang yang sudah sekarat, dia juga tidak berniat menyembunyikannya lagi. Dia berkata dengan nada datar, "Benar,
Inikah rencana Langit yang ingin menghancurkan Keluarga Gumilar? Mengapa Keluarga Gumilar bisa bertemu dengan pembawa sial seperti ini?Jelas-jelas dia tidak tahu Tobi telah mencapai tingkat puncak Guru Besar. Hanya saja, ini termasuk kartu truf Tobi. Jika bukan situasi terdesak, dia juga tidak mengungkapkannya dengan mudah.Ridwan mendadak teringat dengan sesuatu.Dia masih belum tahu siapa yang begitu ingin menghancurkan Keluarga Gumilar? Siapa yang begitu berkemampuan dan mampu melakukan hal seperti itu?Dari awal, dia tidak pernah mencurigai Tobi sedikit pun. Dia menganggap pria itu tidak mungkin punya kemampuan sehebat itu, tetapi sekarang tidak demikian lagi."Keluarga Gumilar diburu oleh Aula Varun, apa itu ulahmu?" tanya Ridwan dengan gemetar.Tobi agak kaget, tetapi dia tidak menyembunyikannya dan berkata, "Ya! Salahkan cucumu terlalu banyak bertingkah. Dia terus-terusan menipu dan menyentuh istriku.""Begitu rupanya!""Gavin, kamu benar-benar cucuku yang baik."Ridwan tampak
Gavin benar-benar ketakutan, apalagi Keluarga Gumilar kini telah menjadi sasaran Aula Varun, bahkan kakeknya juga sudah meninggal. Pria yang berada di hadapannya ini bukan hanya menakutkan, tetapi dia juga telah menyinggungnya.Dia sangat menyesal. Seandainya, dia tahu Tobi begitu menakutkan, dia juga tidak akan berani memprovokasi Widia ataupun Tobi.Namun, penyesalan selalu datang terlambat.Saat ini, selain berlutut dan memohon pengampunan, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi."Kamu berlutut? Kamu lupa apa yang kamu katakan sebelumnya?""Bukankah kamu mau aku berlutut di hadapanmu, bersujud, dan memohon pengampunan?" ejek Tobi."Bu, bukan seperti itu! Status Anda begitu mulia, seharusnya saya yang berlutut dan bersujud kepada Anda!""Oh, statusku sekarang mulia? Bukan lagi orang desa?""Maaf, maafkan saya. Sebelumnya saya nggak tahu diri, bodoh dan nggak tahu apa-apa. Berbelas kasihanlah, tolong lepaskan saya kali ini saja.""Asalkan Anda mau melepaskan saya, saya bisa
Widia kebingungan saat mendengar permohonan maaf yang begitu menyedihkan itu.Bisa-bisanya Gavin tidak peduli dengan harga dirinya hingga berlutut dan bersujud memohon pengampunan?Benar-benar hal yang sulit diterima!Namun, itu memang suara Gavin.Dia pun bertanya, "Benarkah ini Gavin? Kamu nggak memalsukan rekaman audio untuk menipuku, 'kan?"Tobi tersenyum pahit. Istrinya benar-benar memiliki imajinasi yang luar biasa.Sebelum Tobi menanggapinya, Gavin sudah buru-buru menjawab, "Ini bukan rekaman. Kalau rekaman, mana mungkin aku bisa bicara denganmu.""Tuan Tobi terlalu hebat, kami bukanlah tandingannya. Bu Widia, saya bersalah. Tolong bantu selamatkan saya."Mendengar kata-kata itu, barulah Widia percaya Tobi benar-benar telah menangkap Gavin. Jika tidak, Gavin tidak mungkin akan ketakutan seperti itu.Demi melindungi Keluarga Lianto, Tobi bahkan pergi sendirian menghadapi Keluarga Gumilar . Dia mempertaruhkan nyawanya untuk Keluarga Lianto, tetapi kakeknya dan keluarganya sama sek
Tobi sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Widia. Setelah meletakkan ponselnya, dia pun berkata dengan tenang, "Gavin, aku sudah beri kamu kesempatan, tapi bahkan orang yang baik hati seperti Widia pun nggak mau menolongmu.""Kalau begitu, jangan salahkan aku lagi. Jadilah orang baik di kehidupan selanjutnya.""Jangan, jangan ....""Saya mohon, saya mohon, saya bisa memberi Anda segalanya.""Asalkan Anda sudi melepaskan saya, segala sesuatu yang ada di Keluarga Gumilar akan menjadi milik Anda."Gavin benar-benar panik mendengar kata-kata Tobi.Detik berikutnya, Tobi menekan tangan kanannya dengan ringan, lalu berkata dengan nada datar, "Sejak Aula Varun muncul, Keluarga Gumilar sudah ditakdirkan lenyap. Jadi, kamu nggak perlu bernegosiasi denganku.""Jangan! Argh!"Gavin mengerang kesakitan. Dia merasakan sebuah kekuatan menerpa organ dalamnya, tepatnya di bagian jantung. Detik berikutnya, mulutnya menganga lebar.Kemudian, tubuhnya pun ambruk ke bawah.Di saat-saat terakhirnya, d
Begitu ditemukan, mereka bergegas menuju lokasi. Sayangnya, ketika sampai di sana, mereka menemukan Ridwan dan Gavin telah meninggal, sedangkan yang lainnya menghilang tanpa jejak.Dia tertegun sejenak, lalu segera memeriksa seluruh ruangan itu. Sayangnya, mereka tidak menemukan petunjuk apa pun.Dilihat dari kondisi Gavin dan kakeknya, seperti orang yang menghabisi mereka sangatlah kuat. Mungkin saja dia itu ahli bela diri yang kekuatannya mendekati Guru Besar.Tak disangka, di Kota Tawuna ini masih ada ahli bela diri yang kekuatannya mendekati Guru Besar.Meski Gavin dan kakeknya sudah meninggal, toh jenazah mereka sekarang masih ada di sini. Jadi, nanti Rio akan mengatakan dirinya-lah yang menaklukkan mereka.Lagi pula, orang-orang yang ikut bersamanya itu semuanya berpihak kepadanya. Mana mungkin mereka berani melawan perintahnya.Di sisi lain, Tobi mengantar empat ahli bela diri ke tempat yang aman. Setelah menurunkan mereka, barulah dia pergi.Mereka berempat menatap punggung Tob
"Apa? Widia, kamu tahu apa yang kamu bicarakan?""Kamu pikir orang seperti Tobi bisa mengalahkan kepala Keluarga Gumilar?""Jangankan kepala Keluarga Gumilar, asalkan dia bisa menahan salah satu pengikut mereka, aku juga nggak begitu meremehkannya!" ucap Kakek Muhar dengan kesal.Apa cucunya telah terobsesi dengan Tobi? Bisa-bisanya dia mengucapkan omong kosong yang begitu tidak masuk akal.Namun, setelah dipikir-pikir lagi, wajar saja. Lagi pula cucunya sama sekali tidak memahami dunia bela diri, jadi mana mungkin dia tahu status apa yang telah dicapai oleh ahli bela diri seperti Ridwan.Hanya saja, Widia tidak terima begitu saja dan langsung berkata, "Yang kubilang itu semua benar. Aku barusan telepon Tobi dan dia bilang dia sudah menangani Ridwan dan lainnya.""Dia sudah menanganinya?"Mata Kakek Muhar dipenuhi dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan."Benar, Tobi bilang seni bela diri yang dimiliki Keluarga Gumilar itu bukanlah apa-apa. Mereka sama sekali bukan tandingannya. Jadi,
Namun, memikirkan kejadian sebelumnya, dia selalu salah paham kepada Tobi. Itu sebabnya, kali ini, dia memutuskan untuk percaya kepada pria itu.Widia pun bertanya, "Tuan Rio, benarkah Anda telah menangani mereka? Anda sendiri yang turun tangan membunuhnya?"Mendengar pertanyaan itu, Rio langsung menjawab dengan tegas, "Tentu saja, Nona Widia nggak percaya?""Bukan begitu!"Widia buru-buru menjelaskan, "Aku hanya ingin memastikan. Bagaimanapun, Keluarga Gumilar terlalu berbahaya.""Memang benar. Bagiku, Keluarga Gumilar hanyalah pecundang kecil, tapi bagi Keluarga Lianto, mereka sangatlah hebat."Rio sengaja memamerkan kekuatan Keluarga Yudistira, kemudian bertanya, "Nona Widia, apa kamu tertarik untuk mengembangkan bisnis di Jatra? Aku pasti akan memberimu banyak bantuan di sana."Tentu saja, Widia mengerti maksud dari ucapan itu. Dia pun menjawab dengan cepat, "Terima kasih Tuan Rio. Saat ini, bisnis keluarga masih relatif kecil dan kami juga nggak punya rencana seperti itu!""Baikla
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab