"Memohon ampun? Kamu melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?" tanya Kakek Muhar."Nggak!"Kakek Muhar balik bertanya, "Dia pasti mengambil rekaman untuk menipumu. Kalau kamu begitu percaya kepadanya, mengapa kamu tadi nggak bertanya kepada Tuan Rio? Bandingkan ucapan mereka berdua, dengan begitu, bukankah kebenarannya akan terungkap?""Aku sudah memikirkan hal ini, tapi Tuan Rio jelas-jelas berbohong. Kalau aku membeberkannya, bukankah dia akan kehilangan harga dirinya?" tanya Widia.Sebenarnya, dia masih punya alasan lain. Padahal Tobi telah menyuruhnya merahasiakan masalah ini, tetapi dia malah memberitahukan keluarganya.Jika dia memberi tahu masalah ini kepada Tuan Rio, entah masalah apa lagi yang akan menimpa Tobi. Selain itu, jika Tuan Rio ketahuan berbohong, dia pasti akan emosi dan juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan.Kakek Muhar tampak kesal. Cucunya ini benar-benar telah ditipu oleh Tobi. Hanya saja, seni bela diri bocah itu sangat hebat. Dia juga kesulitan menemukan o
Sungguh gadis cantik yang sangat menarik."Kamu Tobi, 'kan?" Meski gadis ini belum pernah bertemu langsung dengan Tobi, dia telah melihat fotonya dan hari ini dia memang sengaja datang menemuinya.Tobi sedikit terkejut. Dia tidak kenal gadis ini. Dia mengangguk dan berkata, "Ya, benar. Kamu siapa?"Gadis itu langsung mengomelinya dengan ketus, "Kamu bahkan nggak tahu siapa aku? Tapi kamu masih berani bilang bisa membantu keluarga kami, menipu Keluarga Saswito demi mendapatkan vila mewah?"Mendengar itu, Tobi telah menebak asal usul gadis itu. Temperamen yang begitu galak, seharusnya dia Lindy, si pembawa masalah itu."Kenapa? Tak bisa berkelit lagi?" ucap Lindy sambil mendengus dingin.Pria di sebelahnya ikut menimpali, "Bocah, nyalimu hebat juga. Beraninya kamu menipu Keluarga Saswito dan menerima sebuah vila. Apa kamu nggak takut mati tinggal di dalamnya?"Tobi mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu siapa lagi?""Siapa aku? Kalau aku bilang namaku, mungkin kamu akan takut setengah ma
Mendengar pertanyaan ini, Lindy ragu-ragu sejenak dan bertanya, "Hugo, kamu bilang kamu menyukaiku dan bersedia melakukan apa pun untukku, benarkah itu?""Tentu saja. Demi kamu, aku rela melakukan apa saja, sekalipun harus mengarungi luasnya samudra, aku juga nggak akan ragu sedetik pun," janji Hugo.Bukankah gadis-gadis suka mendengar gombalan manis seperti ini?Benar saja. Begitu mendengar kata-kata itu, Lindy sangat tersentuh.Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Selama ini Lindy tidak menerima perasaan Hugo. Sebenarnya, paras Hugo cukup tampan, apalagi keluarganya juga sepadan dengannya. Tak disangka, perasaannya kepada Lindy begitu dalam."Lindy, kenapa diam saja?" Hugo memandang Lindy yang jelas-jelas tersentuh dengan ucapannya. Dia diam-diam merasa bangga kalau bisa menikahi putri Keluarga Saswito ini.Andai dia bisa menikahi putri Keluarga Saswito, bukankah akan bermanfaat bagi bisnis keluarganya? Apalagi, belakangan ini, bisnis mereka tidak berjalan mulus."Bukan a
Dengan kata lain, kakaknya juga tidak setuju dengan pemberian vila.Setelah sampai di rumah, meski sudah larut, Lindy masih menyelinap mencari kakaknya dan berkata dengan gembira, "Kak, tahukah kamu apa yang aku lakukan hari ini?""Apa yang kamu lakukan? Saat ini situasi agak khusus. Tolong jangan main-main." Entah kenapa, Yudi tiba-tiba merasa khawatir,"Tenang saja. Memangnya aku tipe orang yang suka main-main? Hari ini, aku sengaja pergi mencari penipu bernama Tobi itu," ucap Lindy dengan gembira."Apa!"Yudi ketakutan, wajahnya menjadi pucat, lalu buru-buru bertanya dengan cemas, "Lindy, kamu bilang apa sama dia? Buat apa kamu pergi mencari Tuan Tobi? Kamu nggak mengacau, 'kan?""Siapa yang mengacau? Aku menemuinya dan menyuruhnya mengembalikan vila kita, tapi dia hanya mentransfer 60 miliar untuk membeli vila itu. Aku hebat, 'kan?" ucap Lindy dengan girang."Apa!"" ...."Yudi tersentak, membeku di tempat dengan ekspresi wajah kusut. Dia mengangkat tangan kanannya, ingin menampar
Asalkan bisa menyelesaikan masalah Darel, Burhan tak akan ragu untuk mengeluarkan setengah dari aset Keluarga Saswito. Dengan syarat, Tobi harus benar-benar bisa menangani Darel.Kalau tidak, Keluarga Saswito juga tidak punya apa-apa lagi untuknya.Mendengar itu, Lindy tampak cemas dan berkata, "Ayah, apa yang kamu bicarakan? Setengah dari aset Keluarga Saswito? Setidaknya itu ada triliunan, 'kan?""Kenapa?""Kamu masih berani bilang? Kalau bukan karena kamu begitu ceroboh, apa kita perlu terpuruk sampai di titik ini?" ucap Burhan dengan marah."Tapi, dia terlihat sangat biasa. Selain itu, aku juga sudah menyelidikinya. Dia hanya tahu sedikit seni bela diri, apalagi nggak punya latar belakang. Dia bahkan nggak bisa menangani ibu mertuanya sendiri, jadi bagaimana dia bisa membantu kita?"Tampaknya Lindy juga tidak bodoh-bodoh amat, bahkan dia sempat menyelidiki Tobi."Kamu!""Kamu sungguh membuatku kesal setengah mati!""Kamu rasa dia nggak berguna, 'kan? Di matamu, Pak Damar dari Serik
Yudi juga tak kuasa menyembunyikan keterkejutannya. Jelas-jelas, adiknya telah membuat marah Tuan Tobi.Bagaimana ini?Sekarang mereka tengah mengalami situasi genting. Dengar-dengar, Darel akan tiba di Kota Tawuna besok malam. Andai mereka mendatangi rumahnya, Keluarga Saswito tidak punya pilihan selain berkompromi."Telepon lagi!"Burhan menggertakkan gigi dan bergumam dalam hati, 'Kali ini sepertinya harus mengeluarkan setengah aset Keluarga Saswito.'Yudi mengangguk, lalu menelepon lagi.Begitu melihat nomor itu, Tobi mengerutkan kening dan menutup telepon lagi.Jika pertama kali, mungkin mereka akan beranggapan dia tidak sengaja menutup telepon, tetapi jika kedua kalinya, itu berarti dia tidak senang dan tidak ingin menjawab panggilan mereka.Kalau mereka terus lanjut menelepon, mungkin akan berdampak sebaliknya."Ayah, bagaimana ini?" tanya Yudi tak berdaya."Mau bagaimana lagi? Aku akan menemuinya besok," kata Burhan tak berdaya. Apalagi, Tobi-lah satu-satunya yang bisa menyelam
Kode yang diberikan Susan terlalu jelas.Lagi pula, Tobi tidak bodoh. Meski Susan tidak mengatakan langsung, hanya berdasarkan semburat merah di pipinya, ditambah gerakan tubuhnya yang gugup saja, pria itu sudah bisa menebaknya.Hanya saja, Tobi tidak ingin membuatnya canggung, lalu dia berkata, "Seharusnya kamu tahu direktur perusahaan ini istriku, 'kan? Jadi, bisa dikatakan, perusahaan ini juga termasuk milikku.""Kalau kamu memang ingin balas budi, aku punya hal yang bisa kamu lakukan.""Apa itu? Kak Tobi, katakan saja." Jantung Susan berdetak makin kencang. Mungkinkah Kak Tobi ingin mereka melakukannya di dalam kantor?Bukankah itu akan sangat memalukan? Bagaimana kalau ketahuan? Kelak, bagaimana dia bisa menghadapi orang lain?Namun, dia sudah bilang, semuanya terserah Kak Tobi, mana mungkin dia menarik kembali kata-katanya? Membayangkan bagaimana rasanya melakukan hal itu di kantor, tubuhnya seketika memanas.Namun, Tobi malah berkata, "Bekerjalah baik-baik, kemudian ciptakan man
Susan buru-buru menolaknya. Lagi pula, Kak Tobi telah mengisyaratkan dengan jelas kalau mereka berdua tidak ada hubungan lain selain rekan kerja. Mana mungkin dia berani menerima barang dengan memanfaatkan Kak Tobi?Di sisi lain, setelah menerima kabar itu, Lindy langsung bersiap-siap. Diantar oleh Susan, kini dia sudah tiba di depan ruangannya Tobi.Susan mengetuk pintu, memberi tahu Tobi kalau Lindy sudah datang. Setelah itu, dia pun segera berlalu.Lindy menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya, lalu dengan hati-hati berjalan masuk. Dalam ruangan itu, Tobi sedang duduk santai.Jika hal ini terjadi kemarin, dia pasti mengira pria ini hanya bisa bermalas-malasan, bahkan dia mungkin akan mengejeknya.Namun, hari ini, entah kenapa dia merasa pria itu begitu tenang dan percaya diri, seolah-olah tak ada hal yang tak bisa diselesaikannya.Pokoknya, rasanya sangat berbeda.Lindy melangkah maju, membungkuk, lalu menyapa dengan sopan dan penuh hormat, "Tu, Tuan Tobi!"Tanpa men