Asalkan bisa menyelesaikan masalah Darel, Burhan tak akan ragu untuk mengeluarkan setengah dari aset Keluarga Saswito. Dengan syarat, Tobi harus benar-benar bisa menangani Darel.Kalau tidak, Keluarga Saswito juga tidak punya apa-apa lagi untuknya.Mendengar itu, Lindy tampak cemas dan berkata, "Ayah, apa yang kamu bicarakan? Setengah dari aset Keluarga Saswito? Setidaknya itu ada triliunan, 'kan?""Kenapa?""Kamu masih berani bilang? Kalau bukan karena kamu begitu ceroboh, apa kita perlu terpuruk sampai di titik ini?" ucap Burhan dengan marah."Tapi, dia terlihat sangat biasa. Selain itu, aku juga sudah menyelidikinya. Dia hanya tahu sedikit seni bela diri, apalagi nggak punya latar belakang. Dia bahkan nggak bisa menangani ibu mertuanya sendiri, jadi bagaimana dia bisa membantu kita?"Tampaknya Lindy juga tidak bodoh-bodoh amat, bahkan dia sempat menyelidiki Tobi."Kamu!""Kamu sungguh membuatku kesal setengah mati!""Kamu rasa dia nggak berguna, 'kan? Di matamu, Pak Damar dari Serik
Yudi juga tak kuasa menyembunyikan keterkejutannya. Jelas-jelas, adiknya telah membuat marah Tuan Tobi.Bagaimana ini?Sekarang mereka tengah mengalami situasi genting. Dengar-dengar, Darel akan tiba di Kota Tawuna besok malam. Andai mereka mendatangi rumahnya, Keluarga Saswito tidak punya pilihan selain berkompromi."Telepon lagi!"Burhan menggertakkan gigi dan bergumam dalam hati, 'Kali ini sepertinya harus mengeluarkan setengah aset Keluarga Saswito.'Yudi mengangguk, lalu menelepon lagi.Begitu melihat nomor itu, Tobi mengerutkan kening dan menutup telepon lagi.Jika pertama kali, mungkin mereka akan beranggapan dia tidak sengaja menutup telepon, tetapi jika kedua kalinya, itu berarti dia tidak senang dan tidak ingin menjawab panggilan mereka.Kalau mereka terus lanjut menelepon, mungkin akan berdampak sebaliknya."Ayah, bagaimana ini?" tanya Yudi tak berdaya."Mau bagaimana lagi? Aku akan menemuinya besok," kata Burhan tak berdaya. Apalagi, Tobi-lah satu-satunya yang bisa menyelam
Kode yang diberikan Susan terlalu jelas.Lagi pula, Tobi tidak bodoh. Meski Susan tidak mengatakan langsung, hanya berdasarkan semburat merah di pipinya, ditambah gerakan tubuhnya yang gugup saja, pria itu sudah bisa menebaknya.Hanya saja, Tobi tidak ingin membuatnya canggung, lalu dia berkata, "Seharusnya kamu tahu direktur perusahaan ini istriku, 'kan? Jadi, bisa dikatakan, perusahaan ini juga termasuk milikku.""Kalau kamu memang ingin balas budi, aku punya hal yang bisa kamu lakukan.""Apa itu? Kak Tobi, katakan saja." Jantung Susan berdetak makin kencang. Mungkinkah Kak Tobi ingin mereka melakukannya di dalam kantor?Bukankah itu akan sangat memalukan? Bagaimana kalau ketahuan? Kelak, bagaimana dia bisa menghadapi orang lain?Namun, dia sudah bilang, semuanya terserah Kak Tobi, mana mungkin dia menarik kembali kata-katanya? Membayangkan bagaimana rasanya melakukan hal itu di kantor, tubuhnya seketika memanas.Namun, Tobi malah berkata, "Bekerjalah baik-baik, kemudian ciptakan man
Susan buru-buru menolaknya. Lagi pula, Kak Tobi telah mengisyaratkan dengan jelas kalau mereka berdua tidak ada hubungan lain selain rekan kerja. Mana mungkin dia berani menerima barang dengan memanfaatkan Kak Tobi?Di sisi lain, setelah menerima kabar itu, Lindy langsung bersiap-siap. Diantar oleh Susan, kini dia sudah tiba di depan ruangannya Tobi.Susan mengetuk pintu, memberi tahu Tobi kalau Lindy sudah datang. Setelah itu, dia pun segera berlalu.Lindy menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya, lalu dengan hati-hati berjalan masuk. Dalam ruangan itu, Tobi sedang duduk santai.Jika hal ini terjadi kemarin, dia pasti mengira pria ini hanya bisa bermalas-malasan, bahkan dia mungkin akan mengejeknya.Namun, hari ini, entah kenapa dia merasa pria itu begitu tenang dan percaya diri, seolah-olah tak ada hal yang tak bisa diselesaikannya.Pokoknya, rasanya sangat berbeda.Lindy melangkah maju, membungkuk, lalu menyapa dengan sopan dan penuh hormat, "Tu, Tuan Tobi!"Tanpa men
"Benarkah? Ternyata aku begitu hebat? Kalau begitu, kemarilah, duduk di pangkuanku," kata Tobi dengan tenang.Lindy tertegun sejenak. Semburat merah muncul di pipinya, lalu dengan ragu-ragu bertanya, "Tuan Tobi, kamu yakin bisa melindungiku?""Kamu nggak percaya?""Kalau nggak percaya, buat apa kamu datang ke sini minta maaf?" tanya Tobi."Lantaran aku nggak punya pilihan lain lagi.""Oke. Kalau begitu, tunggu setelah aku selesai menangani Darel," ucap Tobi dengan acuh tak acuh.Mendengar itu, wajah Lindy langsung sumringah dan buru-buru bertanya, "Tuan Tobi, maksudmu, kamu sudah memaafkan kesalahanku sebelumnya?""Ya.""Masih ada hal lain? Kalau nggak ada, kembalilah," ujar Tobi dengan datar."Baik, tapi Tuan Tobi, bisakah Anda memberi nomor rekening? Saya akan menyuruh keluarga mentransfer uangnya.""Nggak usah buru-buru. Kita bicarakan lagi setelah masalah Darel selesai."Lindy agak kaget mendengar itu, lalu kembali memastikan, "Tuan Tobi, Anda nggak takut Keluarga Saswito ingkar ja
Sosoknya begitu cantik, begitu indah, begitu memikat, bak bidadari yang turun ke bumi.Dia berulang kali membayangkan memiliki wanita seperti itu. Sayangnya, Widia hanya datang membahas kerja sama dengannya. Hubungan mereka hanya sebatas itu, tidak lebih.Sekalipun dia rela membayar lebih, bahkan memberikan banyak kode, sayangnya, dia tetap tidak memperoleh tanggapan dari wanita itu.Namun, tidak perlu terburu-buru. Asalkan mereka terus bekerja sama, suatu hari nanti, dia pasti akan berhasil menaklukkan wanita itu, sekalipun harus menggunakan trik kotor.Dia segera berdiri dan menyapanya, mengulurkan tangan kanannya dan berkata sambil tersenyum, "Bu Widia, kamu datang. Setiap kali bertemu denganmu, kamu tetap begitu anggun.""Entah pria mana yang begitu beruntung bisa memperoleh hatimu."Widia tidak menyukai gaya bicaranya, apalagi tatapan matanya, yang membuatnya enggan untuk berjabat tangan. Namun, dia tetap harus bersikap sopan kepada kliennya, jadi dia pun terpaksa mengulurkan tang
Meski dampaknya parah, tanpa bantuan Tobi, Grup Lianto pasti sudah hancur sejak lama.Sekalipun bukan karena alasan ini, Widia juga tidak akan membiarkan Tobi dipermalukan begitu saja. Dia pun berkata dengan nada dingin, "Tentu saja nggak!""Nggak?"Hugo agak bingung, bahkan mengira dia salah dengar."Aku lupa, Pak Hugo, kenalkan ini Tobi Yudistira, suamiku. Bisa dikatakan, perusahaanku juga termasuk miliknya.""Lantaran dia bilang nggak mau kerja sama, jadi tentu saja aku akan menurutinya.""Apa? Kalian suami istri?"Wajah Hugo berubah kusut. Dia kesal lantaran Widia memilih untuk membantu Tobi. Dia bahkan lebih kesal lagi saat tahu Widia sudah memiliki suami, apalagi suaminya itu orang yang sangat dia benci.Dia segera berkata, "Bu Widia, kamu nggak bercanda, 'kan? Bisa-bisanya kamu menikah dengan pria nggak berguna ini?"Meski dia tidak tahu identitas Tobi, Lindy sudah bilang, pria itu hanya orang desa yang tidak memiliki latar belakang kuat.Bisa dikatakan, dia hanya pria tak bergu
Tobi mengatakan hal itu sambil tertawa. Jelas-jelas meremehkan Hugo dan mengejek kata-kata yang pernah diucapkan pria itu.Hal ini makin membuat Hugo kesal. "Tobi, kamu benar-benar cari mati. Kamu tahu nggak, restoran ini milik keluargaku? Percayalah, aku akan menyuruh orang membunuhmu sekarang juga!""Kamu berani!"Widia tidak tahan lagi dan menegurnya, "Hugo, aku ingatkan kamu, andai kami terjadi sesuatu di sini, Keluarga Lianto pasti akan melawanmu sampai mati.""Kalau kamu nggak percaya, coba saja.""Grup Maharta milikmu memang hebat, tapi Grup Lianto kami juga nggak seburuk itu. Demi Tobi, sekalipun Grup Lianto hancur, aku juga akan menyeret Grup Maharta ke dalamnya."Nada bicaranya begitu tegas, seakan-akan dia sungguh akan melakukannya."Tobi, ayo kita pergi. Jangan pedulikan dia!""Kalau dia berani menyentuh kita, Grup Lianto pasti akan melawannya sampai tuntas!" ucap Widia dingin dan tegas.Dia langsung memegang tangan Tobi dan menariknya keluar.Beberapa anak buah yang tadiny
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp