Tobi mengatakan hal itu sambil tertawa. Jelas-jelas meremehkan Hugo dan mengejek kata-kata yang pernah diucapkan pria itu.Hal ini makin membuat Hugo kesal. "Tobi, kamu benar-benar cari mati. Kamu tahu nggak, restoran ini milik keluargaku? Percayalah, aku akan menyuruh orang membunuhmu sekarang juga!""Kamu berani!"Widia tidak tahan lagi dan menegurnya, "Hugo, aku ingatkan kamu, andai kami terjadi sesuatu di sini, Keluarga Lianto pasti akan melawanmu sampai mati.""Kalau kamu nggak percaya, coba saja.""Grup Maharta milikmu memang hebat, tapi Grup Lianto kami juga nggak seburuk itu. Demi Tobi, sekalipun Grup Lianto hancur, aku juga akan menyeret Grup Maharta ke dalamnya."Nada bicaranya begitu tegas, seakan-akan dia sungguh akan melakukannya."Tobi, ayo kita pergi. Jangan pedulikan dia!""Kalau dia berani menyentuh kita, Grup Lianto pasti akan melawannya sampai tuntas!" ucap Widia dingin dan tegas.Dia langsung memegang tangan Tobi dan menariknya keluar.Beberapa anak buah yang tadiny
Tentunya Widia paham dengan kata-katanya Tobi. Membayangkan situasi barusan, wajah cantiknya tak kuasa menyembunyikan semburat merah. Dia pun mengomelinya, "Apa yang kamu bicarakan? Aku bisa bilang begitu barusan itu murni karena terpaksa, demi menghadapi lawan.""Hanya demi menghadapi lawan? Bukan karena ingin aku menjadi suamimu?" goda Tobi sambil tersenyum."Jangan mimpi!""Kecuali kamu berhasil membuat prestasi besar dan menduduki jabatan wakil direktur." Widia sengaja menggunakan perasaan untuk membangkitkan minat Tobi agar lebih mengembangkan potensinya."Benarkah? Jadi, aku harus buat prestasi besar seperti apa agar bisa menduduki jabatan wakil direktur?""Tentu saja harus memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan perusahaan. Misalnya, perusahaan kini memperluas bisnisnya ke industri perhiasan dan batu giok. Kalau bisa membantu perusahaan dalam bagian ini, kamu sudah termasuk punya pencapaian besar.""Jadi, bagaimana baru termasuk bantuan besar?" Tobi bertanya lagi, "Apa
Sebenarnya, Widia agak kecewa, lantaran kerja samanya dengan Hugo batal, tetapi setelah mendengar apa yang barusan dikatakan Tobi, suasana hatinya langsung membaik.Tak terasa, hari sudah siang. Mereka berdua pun mencari restoran terdekat untuk makan. Mereka masih belum sadar kalau orang-orangnya Hugo tengah mengikuti mereka.Tak peduli dendam sekecil apa pun itu, Hugo tetap akan membalasnya, dia memang orang seperti itu, apalagi Widia mengancamnya barusan, mana mungkin dia hanya berdiam diri.Begitu mereka berdua memasuki restoran, sosok Widia seketika mencuri perhatian banyak orang, lantaran parasnya yang begitu cantik, bahkan jauh melebihi dari artis besar.Menyadari hal itu, Tobi langsung meminta ruang VIP pribadi dan memesan beberapa hidangan.Pelayan jelas tidak bodoh. Dia sadar dua tamu ini istimewa, apalagi dari tubuh Widia terpancar jelas karisma tinggi, sudah jelas dia bukan orang biasa.Tak butuh waktu lama, hidangan pun disajikan. Namun, baru saja mereka menghabiskan sepulu
Kata-kata itu bahkan membuat Widia terkejut.Dia tidak menyangka Tobi akan berani membual seperti ini di depan Hugo. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, bukankah dia selalu seperti ini sebelumnya? Apalagi, yang dia bualkan itu semuanya malah menjadi kenyataan.Hugo tertegun sejenak, lalu tertawa mengejeknya, "Haha! Lucu sekali!""Bocah, aku salut dengan kebodohanmu! Aku pernah bertemu orang bodoh, tapi belum pernah bertemu yang sebodoh dirimu. Lucu sekali."Tobi menggelengkan kepalanya, jelas tidak ingin berdebat lebih banyak lagi dan hanya menanggapinya dengan tenang, "Tertawalah sepuasnya, lantaran sebentar lagi kamu sudah nggak bisa tertawa lagi.""Mana mungkin? Aku bahkan bisa tertawa seumur hidup, tapi beda halnya dengan kamu. Tampaknya kamu nggak akan bisa melihat matahari besok lagi.""Maju semuanya!"Tadinya sekelompok orang itu telah bersiap-siap mengambil tindakan, tetapi karena ucapan Tobi dan lantaran Hugo tidak memberi perintah, langkah mereka pun terhenti.Hanya saja, mere
Mengenai Keluarga Maharta akan berakhir, begitu juga dengan Grup Maharta, dia sama sekali tidak percaya dan menganggap itu semua hanya bualan Tobi belaka.Bukan hanya dia tidak percaya, bahkan Widia sendiri pun kesulitan menerimanya. Jika bukan karena yang dikatakan Tobi sebelumnya itu semuanya terjadi, dia tidak akan begitu yakin.Saat itu juga, panggilan Tobi telah tersambung.Yang mengangkat panggilan itu adalah Yudi. Dia baru saja memikirkan alasan untuk menghubungi Tobi. Memang benar Darel masih belum datang hari ini, tetapi dia akan tiba paling lambat besok.Dia harus mencari Tobi dan membahas bagaimana cara menghadapi lawan.Meski Tuan Tobi meremehkan ucapan Darel, mungkin dia hanya berlagak saja dan ingin memamerkan kehebatannya. Setelah berhadapan langsung dengan Darel nanti, takutnya tidak akan segampang itu lagi.Bagaimanapun, Darel berasal dari keluarga besar di Jatra. Meski tidak termasuk keluarga yang luar biasa, mereka masih punya pengaruh kuat.Tak disangka, Tuan Tobi b
Yudi juga tersentak mendengar rencana Tobi yang ingin menjatuhkan Grup Maharta.Mana mungkin Keluarga Saswito sanggup melakukan itu?Ternyata, Burhan dan yang lainnya juga ada di samping Yudi. Mereka yang mendengar percakapan itu juga tampak tercengang."Kenapa? Kamu nggak mau?" tanya Tobi dengan ringan."Bukan begitu, aku khawatir Keluarga Saswito nggak akan sanggup. Memang benar Grup Maharta nggak sehebat Keluarga Saswito, tapi kesenjangannya juga nggak begitu besar," jawab Yudi tak berdaya."Kamu nggak perlu khawatirkan masalah ini, aku hanya tanya, kamu bersedia melakukannya atau nggak?" tanya Tobi dengan datar.Yudi tertegun. Dia pun mengalihkan pandangannya ke ayahnya, Burhan, seakan-akan meminta jawabannya.Burhan terlihat ragu, tetapi dia masih tetap mengangguk.Yudi pun buru-buru menjawab, "Ya, kami bersedia, tapi aku harus segera mendiskusikan bagaimana cara bertindak dengan ayahku.""Oke."Tobi menutup telepon, lalu mengirim pesan singkat kepada Lintang : "Hubungi Keluarga S
Semua orang pun mengikuti petunjuknya dan mendadak merasakan nyeri hebat. Mereka refleks melepaskan tangan mereka. Raut wajah mereka berubah."Tapi jangan khawatir, asalkan kalian patuh, aku akan membantu kalian mencabut kurungan itu begitu keluar dari sini.""Hanya saja, kalian harus janji, begitu keluar dari sini, jangan beri tahu siapa pun apa yang terjadi di sini, apalagi menyuruh orang datang. Kalau nggak, kalian pasti nggak akan selamat malam ini."Mendengar itu, mereka langsung berkata, "Kami nggak berani. Kami akan menuruti perintahmu!""Bagus. Kalau begitu, enyahlah!"Tobi langsung menyuruh mereka meninggalkan ruangan itu.Mereka bergegas bangkit dan lari terbirit-birit. Padahal, detik sebelumnya, semuanya masih tergeletak di lantai dan tidak bergerak sedikit pun, tetapi tiba-tiba mereka langsung bersemangat.Alasannya, pemuda di hadapan mereka itu sangatlah menakutkan.Melihat orang-orangnya melarikan diri tanpa peduli dengan dirinya, Hugo langsung marah dan berteriak minta t
"Kamu!"Wajah Inggit menjadi pucat.Lindy yang baru tersadar itu buru-buru berkata, "Kak Inggit, jangan emosi. Pasti ada salah paham di sini.""Tuan Tobi, apa Hugo lagi-lagi membuatmu marah?"Tobi tampak dingin, kemudian menjawab dengan datar, "Nggak, aku hanya nggak senang melihatnya, ingin memberinya pelajaran!"Kata-kata itu seketika membuat Lindy tersentak.Dia ingin membantu Tobi berbicara, tetapi sepertinya tidak ada gunanya lagi.Bayangkan, Inggit itu bukanlah orang biasa. Ayahnya adalah Rizal Nugroho, wakil wali Kota Tawuna. Selain itu, ayahnya juga termasuk sosok yang hebat, bahkan didukung oleh para pemimpin.Pak Teguh telah mengundurkan diri, apalagi Pak Hendro telah mengonfirmasi bahwa dia akan mengambil alih posisi tersebut.Tentu saja, posisi wali kota tidak bisa kosong begitu saja dan akan dipilih langsung dari beberapa wakilnya.Dilihat dari situasi saat ini, sudah pasti akan jatuh ke tangan Rizal, ayahnya Inggit.Di saat Darel bersiap mengunjungi Kota Tawuna, dia juga