Mendengar pertanyaan ini, Lindy ragu-ragu sejenak dan bertanya, "Hugo, kamu bilang kamu menyukaiku dan bersedia melakukan apa pun untukku, benarkah itu?""Tentu saja. Demi kamu, aku rela melakukan apa saja, sekalipun harus mengarungi luasnya samudra, aku juga nggak akan ragu sedetik pun," janji Hugo.Bukankah gadis-gadis suka mendengar gombalan manis seperti ini?Benar saja. Begitu mendengar kata-kata itu, Lindy sangat tersentuh.Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Selama ini Lindy tidak menerima perasaan Hugo. Sebenarnya, paras Hugo cukup tampan, apalagi keluarganya juga sepadan dengannya. Tak disangka, perasaannya kepada Lindy begitu dalam."Lindy, kenapa diam saja?" Hugo memandang Lindy yang jelas-jelas tersentuh dengan ucapannya. Dia diam-diam merasa bangga kalau bisa menikahi putri Keluarga Saswito ini.Andai dia bisa menikahi putri Keluarga Saswito, bukankah akan bermanfaat bagi bisnis keluarganya? Apalagi, belakangan ini, bisnis mereka tidak berjalan mulus."Bukan a
Dengan kata lain, kakaknya juga tidak setuju dengan pemberian vila.Setelah sampai di rumah, meski sudah larut, Lindy masih menyelinap mencari kakaknya dan berkata dengan gembira, "Kak, tahukah kamu apa yang aku lakukan hari ini?""Apa yang kamu lakukan? Saat ini situasi agak khusus. Tolong jangan main-main." Entah kenapa, Yudi tiba-tiba merasa khawatir,"Tenang saja. Memangnya aku tipe orang yang suka main-main? Hari ini, aku sengaja pergi mencari penipu bernama Tobi itu," ucap Lindy dengan gembira."Apa!"Yudi ketakutan, wajahnya menjadi pucat, lalu buru-buru bertanya dengan cemas, "Lindy, kamu bilang apa sama dia? Buat apa kamu pergi mencari Tuan Tobi? Kamu nggak mengacau, 'kan?""Siapa yang mengacau? Aku menemuinya dan menyuruhnya mengembalikan vila kita, tapi dia hanya mentransfer 60 miliar untuk membeli vila itu. Aku hebat, 'kan?" ucap Lindy dengan girang."Apa!"" ...."Yudi tersentak, membeku di tempat dengan ekspresi wajah kusut. Dia mengangkat tangan kanannya, ingin menampar
Asalkan bisa menyelesaikan masalah Darel, Burhan tak akan ragu untuk mengeluarkan setengah dari aset Keluarga Saswito. Dengan syarat, Tobi harus benar-benar bisa menangani Darel.Kalau tidak, Keluarga Saswito juga tidak punya apa-apa lagi untuknya.Mendengar itu, Lindy tampak cemas dan berkata, "Ayah, apa yang kamu bicarakan? Setengah dari aset Keluarga Saswito? Setidaknya itu ada triliunan, 'kan?""Kenapa?""Kamu masih berani bilang? Kalau bukan karena kamu begitu ceroboh, apa kita perlu terpuruk sampai di titik ini?" ucap Burhan dengan marah."Tapi, dia terlihat sangat biasa. Selain itu, aku juga sudah menyelidikinya. Dia hanya tahu sedikit seni bela diri, apalagi nggak punya latar belakang. Dia bahkan nggak bisa menangani ibu mertuanya sendiri, jadi bagaimana dia bisa membantu kita?"Tampaknya Lindy juga tidak bodoh-bodoh amat, bahkan dia sempat menyelidiki Tobi."Kamu!""Kamu sungguh membuatku kesal setengah mati!""Kamu rasa dia nggak berguna, 'kan? Di matamu, Pak Damar dari Serik
Yudi juga tak kuasa menyembunyikan keterkejutannya. Jelas-jelas, adiknya telah membuat marah Tuan Tobi.Bagaimana ini?Sekarang mereka tengah mengalami situasi genting. Dengar-dengar, Darel akan tiba di Kota Tawuna besok malam. Andai mereka mendatangi rumahnya, Keluarga Saswito tidak punya pilihan selain berkompromi."Telepon lagi!"Burhan menggertakkan gigi dan bergumam dalam hati, 'Kali ini sepertinya harus mengeluarkan setengah aset Keluarga Saswito.'Yudi mengangguk, lalu menelepon lagi.Begitu melihat nomor itu, Tobi mengerutkan kening dan menutup telepon lagi.Jika pertama kali, mungkin mereka akan beranggapan dia tidak sengaja menutup telepon, tetapi jika kedua kalinya, itu berarti dia tidak senang dan tidak ingin menjawab panggilan mereka.Kalau mereka terus lanjut menelepon, mungkin akan berdampak sebaliknya."Ayah, bagaimana ini?" tanya Yudi tak berdaya."Mau bagaimana lagi? Aku akan menemuinya besok," kata Burhan tak berdaya. Apalagi, Tobi-lah satu-satunya yang bisa menyelam
Kode yang diberikan Susan terlalu jelas.Lagi pula, Tobi tidak bodoh. Meski Susan tidak mengatakan langsung, hanya berdasarkan semburat merah di pipinya, ditambah gerakan tubuhnya yang gugup saja, pria itu sudah bisa menebaknya.Hanya saja, Tobi tidak ingin membuatnya canggung, lalu dia berkata, "Seharusnya kamu tahu direktur perusahaan ini istriku, 'kan? Jadi, bisa dikatakan, perusahaan ini juga termasuk milikku.""Kalau kamu memang ingin balas budi, aku punya hal yang bisa kamu lakukan.""Apa itu? Kak Tobi, katakan saja." Jantung Susan berdetak makin kencang. Mungkinkah Kak Tobi ingin mereka melakukannya di dalam kantor?Bukankah itu akan sangat memalukan? Bagaimana kalau ketahuan? Kelak, bagaimana dia bisa menghadapi orang lain?Namun, dia sudah bilang, semuanya terserah Kak Tobi, mana mungkin dia menarik kembali kata-katanya? Membayangkan bagaimana rasanya melakukan hal itu di kantor, tubuhnya seketika memanas.Namun, Tobi malah berkata, "Bekerjalah baik-baik, kemudian ciptakan man
Susan buru-buru menolaknya. Lagi pula, Kak Tobi telah mengisyaratkan dengan jelas kalau mereka berdua tidak ada hubungan lain selain rekan kerja. Mana mungkin dia berani menerima barang dengan memanfaatkan Kak Tobi?Di sisi lain, setelah menerima kabar itu, Lindy langsung bersiap-siap. Diantar oleh Susan, kini dia sudah tiba di depan ruangannya Tobi.Susan mengetuk pintu, memberi tahu Tobi kalau Lindy sudah datang. Setelah itu, dia pun segera berlalu.Lindy menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya, lalu dengan hati-hati berjalan masuk. Dalam ruangan itu, Tobi sedang duduk santai.Jika hal ini terjadi kemarin, dia pasti mengira pria ini hanya bisa bermalas-malasan, bahkan dia mungkin akan mengejeknya.Namun, hari ini, entah kenapa dia merasa pria itu begitu tenang dan percaya diri, seolah-olah tak ada hal yang tak bisa diselesaikannya.Pokoknya, rasanya sangat berbeda.Lindy melangkah maju, membungkuk, lalu menyapa dengan sopan dan penuh hormat, "Tu, Tuan Tobi!"Tanpa men
"Benarkah? Ternyata aku begitu hebat? Kalau begitu, kemarilah, duduk di pangkuanku," kata Tobi dengan tenang.Lindy tertegun sejenak. Semburat merah muncul di pipinya, lalu dengan ragu-ragu bertanya, "Tuan Tobi, kamu yakin bisa melindungiku?""Kamu nggak percaya?""Kalau nggak percaya, buat apa kamu datang ke sini minta maaf?" tanya Tobi."Lantaran aku nggak punya pilihan lain lagi.""Oke. Kalau begitu, tunggu setelah aku selesai menangani Darel," ucap Tobi dengan acuh tak acuh.Mendengar itu, wajah Lindy langsung sumringah dan buru-buru bertanya, "Tuan Tobi, maksudmu, kamu sudah memaafkan kesalahanku sebelumnya?""Ya.""Masih ada hal lain? Kalau nggak ada, kembalilah," ujar Tobi dengan datar."Baik, tapi Tuan Tobi, bisakah Anda memberi nomor rekening? Saya akan menyuruh keluarga mentransfer uangnya.""Nggak usah buru-buru. Kita bicarakan lagi setelah masalah Darel selesai."Lindy agak kaget mendengar itu, lalu kembali memastikan, "Tuan Tobi, Anda nggak takut Keluarga Saswito ingkar ja
Sosoknya begitu cantik, begitu indah, begitu memikat, bak bidadari yang turun ke bumi.Dia berulang kali membayangkan memiliki wanita seperti itu. Sayangnya, Widia hanya datang membahas kerja sama dengannya. Hubungan mereka hanya sebatas itu, tidak lebih.Sekalipun dia rela membayar lebih, bahkan memberikan banyak kode, sayangnya, dia tetap tidak memperoleh tanggapan dari wanita itu.Namun, tidak perlu terburu-buru. Asalkan mereka terus bekerja sama, suatu hari nanti, dia pasti akan berhasil menaklukkan wanita itu, sekalipun harus menggunakan trik kotor.Dia segera berdiri dan menyapanya, mengulurkan tangan kanannya dan berkata sambil tersenyum, "Bu Widia, kamu datang. Setiap kali bertemu denganmu, kamu tetap begitu anggun.""Entah pria mana yang begitu beruntung bisa memperoleh hatimu."Widia tidak menyukai gaya bicaranya, apalagi tatapan matanya, yang membuatnya enggan untuk berjabat tangan. Namun, dia tetap harus bersikap sopan kepada kliennya, jadi dia pun terpaksa mengulurkan tang