Namun, memikirkan kejadian sebelumnya, dia selalu salah paham kepada Tobi. Itu sebabnya, kali ini, dia memutuskan untuk percaya kepada pria itu.Widia pun bertanya, "Tuan Rio, benarkah Anda telah menangani mereka? Anda sendiri yang turun tangan membunuhnya?"Mendengar pertanyaan itu, Rio langsung menjawab dengan tegas, "Tentu saja, Nona Widia nggak percaya?""Bukan begitu!"Widia buru-buru menjelaskan, "Aku hanya ingin memastikan. Bagaimanapun, Keluarga Gumilar terlalu berbahaya.""Memang benar. Bagiku, Keluarga Gumilar hanyalah pecundang kecil, tapi bagi Keluarga Lianto, mereka sangatlah hebat."Rio sengaja memamerkan kekuatan Keluarga Yudistira, kemudian bertanya, "Nona Widia, apa kamu tertarik untuk mengembangkan bisnis di Jatra? Aku pasti akan memberimu banyak bantuan di sana."Tentu saja, Widia mengerti maksud dari ucapan itu. Dia pun menjawab dengan cepat, "Terima kasih Tuan Rio. Saat ini, bisnis keluarga masih relatif kecil dan kami juga nggak punya rencana seperti itu!""Baikla
"Memohon ampun? Kamu melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?" tanya Kakek Muhar."Nggak!"Kakek Muhar balik bertanya, "Dia pasti mengambil rekaman untuk menipumu. Kalau kamu begitu percaya kepadanya, mengapa kamu tadi nggak bertanya kepada Tuan Rio? Bandingkan ucapan mereka berdua, dengan begitu, bukankah kebenarannya akan terungkap?""Aku sudah memikirkan hal ini, tapi Tuan Rio jelas-jelas berbohong. Kalau aku membeberkannya, bukankah dia akan kehilangan harga dirinya?" tanya Widia.Sebenarnya, dia masih punya alasan lain. Padahal Tobi telah menyuruhnya merahasiakan masalah ini, tetapi dia malah memberitahukan keluarganya.Jika dia memberi tahu masalah ini kepada Tuan Rio, entah masalah apa lagi yang akan menimpa Tobi. Selain itu, jika Tuan Rio ketahuan berbohong, dia pasti akan emosi dan juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan.Kakek Muhar tampak kesal. Cucunya ini benar-benar telah ditipu oleh Tobi. Hanya saja, seni bela diri bocah itu sangat hebat. Dia juga kesulitan menemukan o
Sungguh gadis cantik yang sangat menarik."Kamu Tobi, 'kan?" Meski gadis ini belum pernah bertemu langsung dengan Tobi, dia telah melihat fotonya dan hari ini dia memang sengaja datang menemuinya.Tobi sedikit terkejut. Dia tidak kenal gadis ini. Dia mengangguk dan berkata, "Ya, benar. Kamu siapa?"Gadis itu langsung mengomelinya dengan ketus, "Kamu bahkan nggak tahu siapa aku? Tapi kamu masih berani bilang bisa membantu keluarga kami, menipu Keluarga Saswito demi mendapatkan vila mewah?"Mendengar itu, Tobi telah menebak asal usul gadis itu. Temperamen yang begitu galak, seharusnya dia Lindy, si pembawa masalah itu."Kenapa? Tak bisa berkelit lagi?" ucap Lindy sambil mendengus dingin.Pria di sebelahnya ikut menimpali, "Bocah, nyalimu hebat juga. Beraninya kamu menipu Keluarga Saswito dan menerima sebuah vila. Apa kamu nggak takut mati tinggal di dalamnya?"Tobi mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu siapa lagi?""Siapa aku? Kalau aku bilang namaku, mungkin kamu akan takut setengah ma
Mendengar pertanyaan ini, Lindy ragu-ragu sejenak dan bertanya, "Hugo, kamu bilang kamu menyukaiku dan bersedia melakukan apa pun untukku, benarkah itu?""Tentu saja. Demi kamu, aku rela melakukan apa saja, sekalipun harus mengarungi luasnya samudra, aku juga nggak akan ragu sedetik pun," janji Hugo.Bukankah gadis-gadis suka mendengar gombalan manis seperti ini?Benar saja. Begitu mendengar kata-kata itu, Lindy sangat tersentuh.Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Selama ini Lindy tidak menerima perasaan Hugo. Sebenarnya, paras Hugo cukup tampan, apalagi keluarganya juga sepadan dengannya. Tak disangka, perasaannya kepada Lindy begitu dalam."Lindy, kenapa diam saja?" Hugo memandang Lindy yang jelas-jelas tersentuh dengan ucapannya. Dia diam-diam merasa bangga kalau bisa menikahi putri Keluarga Saswito ini.Andai dia bisa menikahi putri Keluarga Saswito, bukankah akan bermanfaat bagi bisnis keluarganya? Apalagi, belakangan ini, bisnis mereka tidak berjalan mulus."Bukan a
Dengan kata lain, kakaknya juga tidak setuju dengan pemberian vila.Setelah sampai di rumah, meski sudah larut, Lindy masih menyelinap mencari kakaknya dan berkata dengan gembira, "Kak, tahukah kamu apa yang aku lakukan hari ini?""Apa yang kamu lakukan? Saat ini situasi agak khusus. Tolong jangan main-main." Entah kenapa, Yudi tiba-tiba merasa khawatir,"Tenang saja. Memangnya aku tipe orang yang suka main-main? Hari ini, aku sengaja pergi mencari penipu bernama Tobi itu," ucap Lindy dengan gembira."Apa!"Yudi ketakutan, wajahnya menjadi pucat, lalu buru-buru bertanya dengan cemas, "Lindy, kamu bilang apa sama dia? Buat apa kamu pergi mencari Tuan Tobi? Kamu nggak mengacau, 'kan?""Siapa yang mengacau? Aku menemuinya dan menyuruhnya mengembalikan vila kita, tapi dia hanya mentransfer 60 miliar untuk membeli vila itu. Aku hebat, 'kan?" ucap Lindy dengan girang."Apa!"" ...."Yudi tersentak, membeku di tempat dengan ekspresi wajah kusut. Dia mengangkat tangan kanannya, ingin menampar
Asalkan bisa menyelesaikan masalah Darel, Burhan tak akan ragu untuk mengeluarkan setengah dari aset Keluarga Saswito. Dengan syarat, Tobi harus benar-benar bisa menangani Darel.Kalau tidak, Keluarga Saswito juga tidak punya apa-apa lagi untuknya.Mendengar itu, Lindy tampak cemas dan berkata, "Ayah, apa yang kamu bicarakan? Setengah dari aset Keluarga Saswito? Setidaknya itu ada triliunan, 'kan?""Kenapa?""Kamu masih berani bilang? Kalau bukan karena kamu begitu ceroboh, apa kita perlu terpuruk sampai di titik ini?" ucap Burhan dengan marah."Tapi, dia terlihat sangat biasa. Selain itu, aku juga sudah menyelidikinya. Dia hanya tahu sedikit seni bela diri, apalagi nggak punya latar belakang. Dia bahkan nggak bisa menangani ibu mertuanya sendiri, jadi bagaimana dia bisa membantu kita?"Tampaknya Lindy juga tidak bodoh-bodoh amat, bahkan dia sempat menyelidiki Tobi."Kamu!""Kamu sungguh membuatku kesal setengah mati!""Kamu rasa dia nggak berguna, 'kan? Di matamu, Pak Damar dari Serik
Yudi juga tak kuasa menyembunyikan keterkejutannya. Jelas-jelas, adiknya telah membuat marah Tuan Tobi.Bagaimana ini?Sekarang mereka tengah mengalami situasi genting. Dengar-dengar, Darel akan tiba di Kota Tawuna besok malam. Andai mereka mendatangi rumahnya, Keluarga Saswito tidak punya pilihan selain berkompromi."Telepon lagi!"Burhan menggertakkan gigi dan bergumam dalam hati, 'Kali ini sepertinya harus mengeluarkan setengah aset Keluarga Saswito.'Yudi mengangguk, lalu menelepon lagi.Begitu melihat nomor itu, Tobi mengerutkan kening dan menutup telepon lagi.Jika pertama kali, mungkin mereka akan beranggapan dia tidak sengaja menutup telepon, tetapi jika kedua kalinya, itu berarti dia tidak senang dan tidak ingin menjawab panggilan mereka.Kalau mereka terus lanjut menelepon, mungkin akan berdampak sebaliknya."Ayah, bagaimana ini?" tanya Yudi tak berdaya."Mau bagaimana lagi? Aku akan menemuinya besok," kata Burhan tak berdaya. Apalagi, Tobi-lah satu-satunya yang bisa menyelam
Kode yang diberikan Susan terlalu jelas.Lagi pula, Tobi tidak bodoh. Meski Susan tidak mengatakan langsung, hanya berdasarkan semburat merah di pipinya, ditambah gerakan tubuhnya yang gugup saja, pria itu sudah bisa menebaknya.Hanya saja, Tobi tidak ingin membuatnya canggung, lalu dia berkata, "Seharusnya kamu tahu direktur perusahaan ini istriku, 'kan? Jadi, bisa dikatakan, perusahaan ini juga termasuk milikku.""Kalau kamu memang ingin balas budi, aku punya hal yang bisa kamu lakukan.""Apa itu? Kak Tobi, katakan saja." Jantung Susan berdetak makin kencang. Mungkinkah Kak Tobi ingin mereka melakukannya di dalam kantor?Bukankah itu akan sangat memalukan? Bagaimana kalau ketahuan? Kelak, bagaimana dia bisa menghadapi orang lain?Namun, dia sudah bilang, semuanya terserah Kak Tobi, mana mungkin dia menarik kembali kata-katanya? Membayangkan bagaimana rasanya melakukan hal itu di kantor, tubuhnya seketika memanas.Namun, Tobi malah berkata, "Bekerjalah baik-baik, kemudian ciptakan man
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab