Widia kebingungan saat mendengar permohonan maaf yang begitu menyedihkan itu.Bisa-bisanya Gavin tidak peduli dengan harga dirinya hingga berlutut dan bersujud memohon pengampunan?Benar-benar hal yang sulit diterima!Namun, itu memang suara Gavin.Dia pun bertanya, "Benarkah ini Gavin? Kamu nggak memalsukan rekaman audio untuk menipuku, 'kan?"Tobi tersenyum pahit. Istrinya benar-benar memiliki imajinasi yang luar biasa.Sebelum Tobi menanggapinya, Gavin sudah buru-buru menjawab, "Ini bukan rekaman. Kalau rekaman, mana mungkin aku bisa bicara denganmu.""Tuan Tobi terlalu hebat, kami bukanlah tandingannya. Bu Widia, saya bersalah. Tolong bantu selamatkan saya."Mendengar kata-kata itu, barulah Widia percaya Tobi benar-benar telah menangkap Gavin. Jika tidak, Gavin tidak mungkin akan ketakutan seperti itu.Demi melindungi Keluarga Lianto, Tobi bahkan pergi sendirian menghadapi Keluarga Gumilar . Dia mempertaruhkan nyawanya untuk Keluarga Lianto, tetapi kakeknya dan keluarganya sama sek
Tobi sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Widia. Setelah meletakkan ponselnya, dia pun berkata dengan tenang, "Gavin, aku sudah beri kamu kesempatan, tapi bahkan orang yang baik hati seperti Widia pun nggak mau menolongmu.""Kalau begitu, jangan salahkan aku lagi. Jadilah orang baik di kehidupan selanjutnya.""Jangan, jangan ....""Saya mohon, saya mohon, saya bisa memberi Anda segalanya.""Asalkan Anda sudi melepaskan saya, segala sesuatu yang ada di Keluarga Gumilar akan menjadi milik Anda."Gavin benar-benar panik mendengar kata-kata Tobi.Detik berikutnya, Tobi menekan tangan kanannya dengan ringan, lalu berkata dengan nada datar, "Sejak Aula Varun muncul, Keluarga Gumilar sudah ditakdirkan lenyap. Jadi, kamu nggak perlu bernegosiasi denganku.""Jangan! Argh!"Gavin mengerang kesakitan. Dia merasakan sebuah kekuatan menerpa organ dalamnya, tepatnya di bagian jantung. Detik berikutnya, mulutnya menganga lebar.Kemudian, tubuhnya pun ambruk ke bawah.Di saat-saat terakhirnya, d
Begitu ditemukan, mereka bergegas menuju lokasi. Sayangnya, ketika sampai di sana, mereka menemukan Ridwan dan Gavin telah meninggal, sedangkan yang lainnya menghilang tanpa jejak.Dia tertegun sejenak, lalu segera memeriksa seluruh ruangan itu. Sayangnya, mereka tidak menemukan petunjuk apa pun.Dilihat dari kondisi Gavin dan kakeknya, seperti orang yang menghabisi mereka sangatlah kuat. Mungkin saja dia itu ahli bela diri yang kekuatannya mendekati Guru Besar.Tak disangka, di Kota Tawuna ini masih ada ahli bela diri yang kekuatannya mendekati Guru Besar.Meski Gavin dan kakeknya sudah meninggal, toh jenazah mereka sekarang masih ada di sini. Jadi, nanti Rio akan mengatakan dirinya-lah yang menaklukkan mereka.Lagi pula, orang-orang yang ikut bersamanya itu semuanya berpihak kepadanya. Mana mungkin mereka berani melawan perintahnya.Di sisi lain, Tobi mengantar empat ahli bela diri ke tempat yang aman. Setelah menurunkan mereka, barulah dia pergi.Mereka berempat menatap punggung Tob
"Apa? Widia, kamu tahu apa yang kamu bicarakan?""Kamu pikir orang seperti Tobi bisa mengalahkan kepala Keluarga Gumilar?""Jangankan kepala Keluarga Gumilar, asalkan dia bisa menahan salah satu pengikut mereka, aku juga nggak begitu meremehkannya!" ucap Kakek Muhar dengan kesal.Apa cucunya telah terobsesi dengan Tobi? Bisa-bisanya dia mengucapkan omong kosong yang begitu tidak masuk akal.Namun, setelah dipikir-pikir lagi, wajar saja. Lagi pula cucunya sama sekali tidak memahami dunia bela diri, jadi mana mungkin dia tahu status apa yang telah dicapai oleh ahli bela diri seperti Ridwan.Hanya saja, Widia tidak terima begitu saja dan langsung berkata, "Yang kubilang itu semua benar. Aku barusan telepon Tobi dan dia bilang dia sudah menangani Ridwan dan lainnya.""Dia sudah menanganinya?"Mata Kakek Muhar dipenuhi dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan."Benar, Tobi bilang seni bela diri yang dimiliki Keluarga Gumilar itu bukanlah apa-apa. Mereka sama sekali bukan tandingannya. Jadi,
Namun, memikirkan kejadian sebelumnya, dia selalu salah paham kepada Tobi. Itu sebabnya, kali ini, dia memutuskan untuk percaya kepada pria itu.Widia pun bertanya, "Tuan Rio, benarkah Anda telah menangani mereka? Anda sendiri yang turun tangan membunuhnya?"Mendengar pertanyaan itu, Rio langsung menjawab dengan tegas, "Tentu saja, Nona Widia nggak percaya?""Bukan begitu!"Widia buru-buru menjelaskan, "Aku hanya ingin memastikan. Bagaimanapun, Keluarga Gumilar terlalu berbahaya.""Memang benar. Bagiku, Keluarga Gumilar hanyalah pecundang kecil, tapi bagi Keluarga Lianto, mereka sangatlah hebat."Rio sengaja memamerkan kekuatan Keluarga Yudistira, kemudian bertanya, "Nona Widia, apa kamu tertarik untuk mengembangkan bisnis di Jatra? Aku pasti akan memberimu banyak bantuan di sana."Tentu saja, Widia mengerti maksud dari ucapan itu. Dia pun menjawab dengan cepat, "Terima kasih Tuan Rio. Saat ini, bisnis keluarga masih relatif kecil dan kami juga nggak punya rencana seperti itu!""Baikla
"Memohon ampun? Kamu melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?" tanya Kakek Muhar."Nggak!"Kakek Muhar balik bertanya, "Dia pasti mengambil rekaman untuk menipumu. Kalau kamu begitu percaya kepadanya, mengapa kamu tadi nggak bertanya kepada Tuan Rio? Bandingkan ucapan mereka berdua, dengan begitu, bukankah kebenarannya akan terungkap?""Aku sudah memikirkan hal ini, tapi Tuan Rio jelas-jelas berbohong. Kalau aku membeberkannya, bukankah dia akan kehilangan harga dirinya?" tanya Widia.Sebenarnya, dia masih punya alasan lain. Padahal Tobi telah menyuruhnya merahasiakan masalah ini, tetapi dia malah memberitahukan keluarganya.Jika dia memberi tahu masalah ini kepada Tuan Rio, entah masalah apa lagi yang akan menimpa Tobi. Selain itu, jika Tuan Rio ketahuan berbohong, dia pasti akan emosi dan juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan.Kakek Muhar tampak kesal. Cucunya ini benar-benar telah ditipu oleh Tobi. Hanya saja, seni bela diri bocah itu sangat hebat. Dia juga kesulitan menemukan o
Sungguh gadis cantik yang sangat menarik."Kamu Tobi, 'kan?" Meski gadis ini belum pernah bertemu langsung dengan Tobi, dia telah melihat fotonya dan hari ini dia memang sengaja datang menemuinya.Tobi sedikit terkejut. Dia tidak kenal gadis ini. Dia mengangguk dan berkata, "Ya, benar. Kamu siapa?"Gadis itu langsung mengomelinya dengan ketus, "Kamu bahkan nggak tahu siapa aku? Tapi kamu masih berani bilang bisa membantu keluarga kami, menipu Keluarga Saswito demi mendapatkan vila mewah?"Mendengar itu, Tobi telah menebak asal usul gadis itu. Temperamen yang begitu galak, seharusnya dia Lindy, si pembawa masalah itu."Kenapa? Tak bisa berkelit lagi?" ucap Lindy sambil mendengus dingin.Pria di sebelahnya ikut menimpali, "Bocah, nyalimu hebat juga. Beraninya kamu menipu Keluarga Saswito dan menerima sebuah vila. Apa kamu nggak takut mati tinggal di dalamnya?"Tobi mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu siapa lagi?""Siapa aku? Kalau aku bilang namaku, mungkin kamu akan takut setengah ma
Mendengar pertanyaan ini, Lindy ragu-ragu sejenak dan bertanya, "Hugo, kamu bilang kamu menyukaiku dan bersedia melakukan apa pun untukku, benarkah itu?""Tentu saja. Demi kamu, aku rela melakukan apa saja, sekalipun harus mengarungi luasnya samudra, aku juga nggak akan ragu sedetik pun," janji Hugo.Bukankah gadis-gadis suka mendengar gombalan manis seperti ini?Benar saja. Begitu mendengar kata-kata itu, Lindy sangat tersentuh.Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Selama ini Lindy tidak menerima perasaan Hugo. Sebenarnya, paras Hugo cukup tampan, apalagi keluarganya juga sepadan dengannya. Tak disangka, perasaannya kepada Lindy begitu dalam."Lindy, kenapa diam saja?" Hugo memandang Lindy yang jelas-jelas tersentuh dengan ucapannya. Dia diam-diam merasa bangga kalau bisa menikahi putri Keluarga Saswito ini.Andai dia bisa menikahi putri Keluarga Saswito, bukankah akan bermanfaat bagi bisnis keluarganya? Apalagi, belakangan ini, bisnis mereka tidak berjalan mulus."Bukan a
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp