Dia segera bertanya, "Tobi, kamu bilang kamu kenal Tuan Rio dan kamu mengundangnya ke sini untuk menghadapi Keluarga Gumilar, 'kan? Lantas, mengapa kamu nggak menyapanya barusan?"Tobi agak kaget. Bagaimana dia menjawab pertanyaan ini?Ibunya Widia juga baru sadar, lalu menatap Tobi yang belum menjelaskan apa pun. Jangan-jangan bocah ini barusan bohong kepadanya?Widia agak panik. Dia baru saja memikirkan cara untuk mengelabui mereka.Namun, di saat ini juga, Rio kembali muncul di sana. Gerakannya begitu cepat, seolah-olah seperti hantu.Semua orang di Keluarga Lianto terkejut, tetapi Kakek Muhar buru-buru menyambutnya dengan hormat, "Tuan Rio!"Rio tidak peduli dengannya, bahkan melewatinya begitu saja. Dia langsung menghampiri Widia dan berkata, "Nona Widia, maaf. Ridwan tiba-tiba bertindak di tengah jalan, lalu mengambil kesempatan dan kabur bersama cucunya serta ahli bela diri lainnya.""Apa!"Begitu mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di Keluarga Lianto seketika berubah dra
Mendengar ucapan itu, wajah Kakek Muhar langsung berubah drastis. Dia menatap tajam Tobi dan bersiap untuk menegur pria itu.Widia tidak berani membiarkan kakeknya berbicara lebih banyak lagi. Jika begitu, bukankah Tuan Rio akan tahu Tobi telah menggunakan namanya, bahkan mengklaim jasanya?Apalagi mengatakan Tuan Rio diundang oleh Tobi ke sini. Jika hal ini ketahuan oleh Tuan Rio, dia pasti akan marah besar. Terlebih melihat betapa sombong dirinya barusan, seolah-olah dia-lah yang paling hebat di dunia ini."Kakek, kami hanya bercanda."Widia buru-buru menjelaskan, "Tuan Rio, kalau begitu, silakan lanjutkan perjalanan Anda. Kami nggak akan mengganggu Anda lagi.""Huh!"Rio mendengus dingin dan langsung pergi. Meski wanita ini menarik perhatiannya, dia terlalu bodoh.Setelah dia pergi, Widia pasti akan menyesal.Hanya saja, menangkap Gavin juga termasuk kali pertamanya dalam melakukan tugas penting sendirian. Jika tidak diselesaikan dengan baik, bukankah dia akan mengecewakan bimbingan
Di saat seperti ini, mereka berani melakukan apa saja.Lantaran mereka kini telah menjadi buronan Aula Varun. Seandainya mereka tertangkap, nyawa mereka sudah pasti akan berakhir. Itu sebabnya, mereka bisa melakukan apa saja demi melarikan diri.Begitu Tobi pergi, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Susan, dia pun segera mengangkatnya."Kak Tobi, apa kamu lagi sibuk?" tanya Susan dengan hati-hati.Apalagi, teringat kejadian dia meminta Kak Tobi untuk berpura-pura menjadi pacarnya, yang berujung disalahpahami oleh istrinya."Nggak, kok. Ada masalah apa? Katakan saja," ucap Tobi."Kamu sudah berbaikan dengannya?" Lantaran ibunya ada di samping, Susan tidak berani menyebut nama Widia langsung. Lagi pula, orang tuanya juga tidak tahu kalau Kak Tobi sudah berkeluarga."Ya, kamu telepon karena ini? Sudah nggak apa-apa, jangan khawatir.""Bukan!"Susan buru-buru menjawab, "Masih ada hal lainnya!""Ada apa?""Kemarin, Yudi, putra dari Keluarga Saswito datang mengunjungi rumah kami, ba
Melihat putrinya menolak dengan tegas, ibunya Susan langsung mengubah nada bicaranya, "Lagian Tobi nggak keberatan. Susan, kamu sendiri nggak mau, tapi Ibu mau. Ibu bersusah payah membesarkanmu hingga sekarang ini, anggap saja itu sebagai penunjang masa tuaku?""Apa kamu tega melihat ayahmu terus bekerja keras seperti ini?""Aku bisa menghasilkan uang untuk membiayai kalian.""Hanya mengandalkan sedikit gajimu, kapan aku bisa tinggal di vila?" balas ibunya Susan, bahkan lanjut menambahkan, "Susan, padahal ini jelas-jelas hadiah untuk kita, kenapa kamu masih ngotot nggak mau terima? Apa kamu mau memaksa ibumu?""Bukan!"Susan tersenyum pahit, lalu berkata tak berdaya, "Bu ... bukannya aku nggak mau terima, tapi kami juga bukan suami istri.""Kalian bukan suami istri, tapi kalian itu sepasang kekasih. Wajar saja dia memberimu hadiah. Bagi Tobi, memberi vila sebagai hadiah itu hanyalah masalah sepele. Jadi, kamu nggak perlu terlalu memikirkan hal ini," kata ibunya Susan."Tapi kami juga b
Ibunya Susan langsung mengancam putrinya dengan nyawanya.Susan benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Di saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Ibunya Susan segera melangkah maju dan membuka pintu. Sesuai harapannya, yang datang adalah Yudi. Dia langsung menyambut Yudi dengan penuh semangat dan gembira. Bisa dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya.Sudah sampai di titik ini, Susan tidak menghentikannya lagi. Selain itu, Kak Tobi juga sudah mengizinkan, apalagi ibunya juga mengancam, dia benar-benar tidak punya pilihan lain lagi.Terlebih, setelah mendengarkan perkataan ibunya, Susan juga merasa Kak Tobi menyukainya.Lantaran Kak Tobi menyukainya, dia terpaksa harus menerimanya. Kapan pun Kak Tobi menginginkan balasannya, dia pasti akan sukarela menyerahkan tubuhnya kepada pria itu.Tobi sama sekali tidak tahu ucapannya itu bisa membuat ibu dan anak itu berdebat panjang. Setelah masuk ke dalam mobil, Tobi pun segera menelepon anak buahnya, lalu meminta mereka melacak lo
Begitu mendengar suara itu, ekspresi semua orang langsung berubah. Mereka sadar, bukankah itu suara Tobi?Semua orang menoleh dan melihat ke sumber suara. Pintu dibuka dengan mudah, diikuti dengan sosok Tobi yang berjalan masuk.Bagaimana Tobi bisa datang ke sini?Bukannya mereka takut kepada Tobi, hanya saja, jika Tobi bisa menemukan tempat ini, bukankah Rio dan lainnya juga tidak terkecuali?Ridwan menatap tajam Tobi. Dia akui, bocah ini lumayan tangguh. Hanya saja, saat ini, dia lebih khawatir dengan hal lainnya.Dia fokus melihat ke arah pintu. Dia ingin tahu apa ada orang lain yang muncul bersama Tobi?Sorot mata Gavin penuh dengan niat jahat. Jika memungkinkan, dia ingin mencabik-cabik tubuh Tobi, seakan-akan pria itu telah melakukan kesalahan besar kepadanya.Menghadapi tatapan tajam dan kejam dari sekelompok orang, Tobi masih tenang, bahkan menutup pintu dengan ringan.Walau kunci pintu telah dibobolnya, tetapi masih bisa ditutup dengan mudah. Setidaknya, kunci itu tidak terlih
"Kamulah yang cari mati!"Ridwan tampak marah. Dia memusatkan kekuatannya ke tangan kanannya. Dalam sekejap, tubuhnya mengeluarkan cahaya dan langsung menerjang Tobi. Dalam serangannya kali ini, dia tidak mengerahkan seluruh kekuatannya.Lagi pula, dia merasa kekuatan yang dimilikinya sangatlah tinggi.Jika dia mengeluarkan seluruh kekuatannya, kemungkinan besar Tobi akan terbunuh dalam satu gerakan.Namun, dia tidak menyangka Tobi akan menanggapinya dengan senyuman. Detik berikutnya, dia melambaikan tangan kanannya perlahan dan kekuatan mendominasi itu langsung sirna.Bam!Terdengar suara benturan keras. Ekspresi Ridwan seketika berubah. Tubuhnya langsung terhempas kembali. Lantaran saat itu, kekuatan dahsyat datang dari telapak tangan lawan.Bisa dikatakan, kekuatan itu setara dengan 30 persen kekuatannya sendiri.Begitu Ridwan mendarat, kilatan keterkejutan muncul di sorot matanya. Dia pun berkata dengan nada dingin, "Nak, tak kusangka, di usia semuda ini, kamu bisa begitu kuat. Tam
Apa!Ahli bela diri setingkat Guru Besar!Begitu mendengar ucapan Ridwan, semua orang Keluarga Gumilar langsung terpana. Wajah mereka memucat. Tak disangka, lawan mereka itu seorang ahli bela diri setingkat Guru Besar. Sekalipun kekuatan mereka hebat, mereka juga tidak bisa menandinginya.Guru Besar?Tidak mungkin, tidak mungkin. Gavin terus menggelengkan kepalanya.Dia tidak percaya, pria tak berguna yang selama ini dia remehkan itu ternyata seorang ahli bela diri Guru Besar.Jika Tobi sungguh ahli bela diri Guru Besar, mengapa dia membiarkan Gavin melakukan hal yang merugikannya?Gavin yakin Tobi tidak menyentuhnya selama ini mungkin karena takut menghadapi kekuatan yang dimiliki oleh keluarganya."Gavin!"Ridwan berteriak memanggil Gavin yang termenung. Kemudian, menatap Tobi dengan tajam, berharap memperoleh jawaban dari mulutnya.Tobi tampak tenang. Menghadapi sekelompok orang yang sudah sekarat, dia juga tidak berniat menyembunyikannya lagi. Dia berkata dengan nada datar, "Benar,
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp