Begitu kata-kata itu keluar, ayah dan ibunya Widia langsung terkejut.Wajah Widia juga berubah. Dia mengira kakeknya tidak sadar, ternyata beliau sudah menebaknya."Dalam situasi seperti itu, bisa-bisanya Tuan Gavin menelepon dan bilang begitu. Sudah pasti dia diancam, tapi kalian masih bodoh dan nggak sadar akan hal itu."Kakek Muhar berkata dengan getir, "Hanya karena dia berjanji, kalian melepaskannya begitu saja. Aku yakin, setelah dia pergi, dia pasti nggak akan menepati janjinya, melainkan mencari bala bantuan untuk membalas dendam.""Mungkin saat ini Keluarga Gumilar tengah membuat persiapan, besok pasti akan ada pergerakan besar.""Ah ....""Nggak akan secepat itu, 'kan?"Widia tampak ketakutan, wajahnya menjadi pucat.Ibunya Widia juga tak kalah kagetnya, lalu berkata dengan cemas, "Ayah, maksudmu, Gavin mau balas dendam kepada kita?""Tentu saja!"Kakek Muhar berkata dengan nada dingin, "Widia, biasanya kamu itu sangat pintar, bagaimana kamu bisa membuat kesalahan seperti ini
"Ya, aku mengerti," ucap Tobi dengan nada datar."Kok kamu begitu tenang? Asal kamu tahu, jangan menyepelekan masalah ini. Mungkin nggak ada anggota Keluarga Lianto yang lebih hebat darimu, tapi jangan lupa, kakekku bisa mengutus orang lain."Widia buru-buru memperingatkan begitu mendengar reaksi Tobi yang seakan-akan acuh tak acuh dengan masalah ini."Tenang saja, kita berdua masih belum menghabiskan malam bersama, jadi nggak akan terjadi sesuatu kepadaku," ucap Tobi sambil tersenyum."Apa-apaan!"Wajah Widia memanas. Mendadak dia membayangkan momen di hotel itu. Hanya saja, dia tidak ingat begitu banyak, tetapi tetap ada perasaan yang tak bisa dijabarkan di hatinya.Bahkan setelah menutup telepon, Widia juga merasa sedikit gelisah.Tak lama setelah Kakek Muhar mengutus orang untuk melacak keberadaan Tobi, akhirnya ditemukan juga. Hanya saja, mana mungkin mereka bisa menjadi lawan Tobi? Mereka langsung ditaklukkan dengan mudah.Kakek Muhar bergadang sepanjang malam, demi menunggu kaba
Apa!Begitu mendengar kalimat itu, Kakek Muhar dan lainnya merasa bingung dan hampir tidak memahami situasinya. Butuh waktu lama bagi mereka untuk mencerna kata-kata itu. Setelah beberapa saat, barulah mereka bertanya dengan marah, "Tobi, kamu sudah gila?""Kamu sadar apa yang kamu lakukan? Kamu sengaja memprovokasi Keluarga Gumilar, lalu menyeret mereka datang ke Keluarga Lianto. Apa kamu ingin Keluarga Lianto kami hancur?"Tobi tertawa dan berkata, "Kakek Muhar, bukankah kamu selalu berpikir begitu? Lantaran kamu begitu yakin aku ingin mencelakai Keluarga Lianto, aku akan mengabulkan keinginanmu.""Kamu!""Tobi, kamu nggak merasa ini sudah kelewat batas? Aku selalu menjagamu dengan baik, tapi kamu membalas kebaikanku dengan kejahatan?" ucap Kakek Muhar dengan geram."Menjagaku dengan baik?""Kamu terus-terusan mengutus orang untuk mengincarku, bahkan ingin membunuhku? Inikah yang kamu maksud 'menjagaku dengan baik' itu?""Mengenai membalas kebaikanmu dengan kejahatan?""Kita masih be
"Oh ya, aku hampir lupa. Kamu bilang bisa menangani masalah ini, apa mereka akan bertindak hari ini?" tanya Widia lagi."Ya!""Mereka sudah mengikuti dari belakang, dalam perjalanan menuju kediaman Keluarga Lianto."Tobi telah menerima kepastian berita itu."Benarkah? Syukurlah. Tobi, tak disangka, kamu begitu hebat dan bisa mengundang mereka untuk menghadapi Keluarga Gumilar."Widia sengaja mengatakan itu dengan suara lantang. Dia ingin keluarganya tahu ini semua berkat bantuan Tobi.Walaupun bukan Tobi yang mencari orang-orang itu, tetapi Keluarga Gumilar sendiri yang membuat masalah hingga menarik perhatian Aula Varun, hanya saja, keluarganya tidak tahu hal ini sama sekali, jadi dia bisa memperdaya mereka.Jangankan mereka, bahkan Tobi sendiri pun merasa sedikit terkejut.Kapan dia bilang kepada Widia bahwa dialah yang mencari orang untuk menangani Keluarga Gumilar? Kenapa wanita itu bisa tahu?Semua anggota Keluarga Lianto dibuat bingung. Mereka bertanya dengan heran, "Widia, apa y
Melihat Kakek Muhar terhempas jauh, semua orang langsung tercengang. Padahal dia hanya melakukan gerakan biasa, tetapi bisa-bisanya pria tua itu terlempar keluar.Widia buru-buru berlari mendekatinya. Untung saja, kakeknya mendarat dengan selamat dan tidak terluka parah.Sebenarnya, itu semua berkat Tobi, yang berdiri tak jauh dari sana. Dia menggunakan kekuatannya untuk mendukung Kakek Muhar.Jika tidak, Kakek Muhar pasti akan terluka parah, bahkan mungkin tidak bisa bangkit lagi.Ayah dan ibunya Widia juga tampak gugup.Begitu juga dengan ibunya Widia. Kakinya bergetar hebat, tetapi saat mendengar pertanyaan Ridwan, dia langsung antusias, lalu menunjuk ke arah Tobi dan berkata, "Yang itu! Dialah Tobi!""Kami selalu mendukung Tuan Gavin dan ingin putri kami menikah dengannya. Tobi-lah yang merusak semua ini dan juga melakukan banyak kejahatan lainnya."Mendengar itu, Ridwan langsung menatap Tobi yang berdiri di seberangnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Ternyata Tobi itu kamu. Bis
Entah kenapa, ketika mendengar itu, Widia masih terlihat acuh tak acuh. Meskipun perkataan Gavin tidak enak didengar, dia juga tidak begitu emosi.Bisa-bisanya dirinya disukai oleh orang seperti ini, menjijikkan sekali!Namun, mengapa penolong yang disebut Tobi barusan masih belum datang? Bagaimana kalau Ridwan ingin menghabisi Tobi sekarang juga? Tidak bisa, dia harus mengulur waktu.Tidak ada yang begitu memperhatikan saat Gavin menyebut Widia sebagai perempuan bekas. Namun, kilatan dingin melintas di sorot mata Tobi. Dia hampir mengambil tindakan untuk menghabisi Gavin.Saat ini, Ridwan ikut menimpali dengan nada dingin, "Gavin, tak perlu omong kosong dengan orang berstatus rendah seperti ini. Tenang saja, mengenai wanita itu, aku jamin malam ini kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan.""Sekarang, Tobi, kamu mau lumpuhkan seni bela dirimu sendiri, berlutut di depanku dan memohon pengampunan atau mau aku turun tangan sendiri?"Cucunya sudah bilang, sebelum menghabisi Tobi, di
Jangan-jangan Tobi juga berasal dari Keluarga Yudistira ini?Pikiran ini mendadak muncul di benak Widia, tetapi dia buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pemikiran itu jauh-jauh. Mana mungkin? Meski wajah Tobi memberikan rasa nyaman, dia juga tidak memiliki karisma seperti Tuan Rio.Sebaliknya, dia lebih terlihat seperti orang biasa. Hanya saja, entah kenapa, makin hari, dia makin enak dipandang dan juga memberikan kesan nyaman.Ayah dan ibunya Widia memandang tuan muda di hadapan mereka. Pemuda itu begitu tenang dan mendominasi, mengenakan pakaian mewah, apalagi karismanya sangat luar biasa. Dibandingkan dengan dirinya, Gavin bukanlah apa-apa.Hal ini membuat mereka bersemangat. Tuan Rio inilah pasangan yang cocok untuk putri mereka. Mengapa putri mereka tidak bertemu dengan tuan muda seperti itu?Ridwan terlihat gugup. Dia hanya bisa menunggu jawaban tuan muda ini dengan sabar.Tuan Rio mendengus dingin, lalu dengan arogannya menjawab, "Kamu akan mengetahui alasan spes
Mendengar itu, ekspresi Widia segera berubah, lalu buru-buru berkata, "Tuan Rio, kepala Keluarga Gumilar menggunakan pengaruh keluarganya untuk menindas kami. Mohon Anda nggak menyetujuinya."Ibunya Widia segera menimpali, "Widia, apa yang kamu bicarakan? Tuan Rio sedang menangani masalah, kenapa malah ikut campur? Tuan Rio, mohon abaikan putriku dan lakukan sesuai yang kamu inginkan.""Lagi pula, Tobi memang bukan orang baik. Membunuhnya juga nggak akan merugikan semua orang.""Ibu!"Widia tampak marah. Dia merasa ibunya sudah kelewat batas. Bagaimanapun juga, ini melibatkan nyawa seseorang.Mendengar kata-kata itu, Rio pun mengalihkan pandangannya ke arah Widia. Matanya tampak berbinar-binar. Sungguh wanita yang cantik, terutama sepasang matanya yang jernih, bagaikan bintang di langit malam.Dia tersenyum dan bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Widia. Kali ini Keluarga Gumilar datang mencari gara-gara karena aku. Kelihatannya, Tuan Rio punya rasa keadilan yang kuat. Tolong jangan biark
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp