Jangan-jangan Tobi juga berasal dari Keluarga Yudistira ini?Pikiran ini mendadak muncul di benak Widia, tetapi dia buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pemikiran itu jauh-jauh. Mana mungkin? Meski wajah Tobi memberikan rasa nyaman, dia juga tidak memiliki karisma seperti Tuan Rio.Sebaliknya, dia lebih terlihat seperti orang biasa. Hanya saja, entah kenapa, makin hari, dia makin enak dipandang dan juga memberikan kesan nyaman.Ayah dan ibunya Widia memandang tuan muda di hadapan mereka. Pemuda itu begitu tenang dan mendominasi, mengenakan pakaian mewah, apalagi karismanya sangat luar biasa. Dibandingkan dengan dirinya, Gavin bukanlah apa-apa.Hal ini membuat mereka bersemangat. Tuan Rio inilah pasangan yang cocok untuk putri mereka. Mengapa putri mereka tidak bertemu dengan tuan muda seperti itu?Ridwan terlihat gugup. Dia hanya bisa menunggu jawaban tuan muda ini dengan sabar.Tuan Rio mendengus dingin, lalu dengan arogannya menjawab, "Kamu akan mengetahui alasan spes
Mendengar itu, ekspresi Widia segera berubah, lalu buru-buru berkata, "Tuan Rio, kepala Keluarga Gumilar menggunakan pengaruh keluarganya untuk menindas kami. Mohon Anda nggak menyetujuinya."Ibunya Widia segera menimpali, "Widia, apa yang kamu bicarakan? Tuan Rio sedang menangani masalah, kenapa malah ikut campur? Tuan Rio, mohon abaikan putriku dan lakukan sesuai yang kamu inginkan.""Lagi pula, Tobi memang bukan orang baik. Membunuhnya juga nggak akan merugikan semua orang.""Ibu!"Widia tampak marah. Dia merasa ibunya sudah kelewat batas. Bagaimanapun juga, ini melibatkan nyawa seseorang.Mendengar kata-kata itu, Rio pun mengalihkan pandangannya ke arah Widia. Matanya tampak berbinar-binar. Sungguh wanita yang cantik, terutama sepasang matanya yang jernih, bagaikan bintang di langit malam.Dia tersenyum dan bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Widia. Kali ini Keluarga Gumilar datang mencari gara-gara karena aku. Kelihatannya, Tuan Rio punya rasa keadilan yang kuat. Tolong jangan biark
Setelah anggota Keluarga Gumilar dibawa pergi, barulah orang-orang di Keluarga Lianto bisa bernapas lega. Wajah mereka terlihat ceria kembali.Kali ini, untung saja Tuan Rio datang ke sini.Ibunya Widia mulai bersemangat dan buru-buru berkata, "Widia, kamu sadar nggak, tatapan Tuan Rio kepadamu berbeda dari yang lainnya? Jangan-jangan dia menyukaimu?""Ibu, apa yang kamu bicarakan!"Widia menanggapi ibunya dengan kesal, "Apa kamu nggak tahu siapa Tuan Rio? Mana mungkin dia tertarik pada orang seperti kita?""Kenapa nggak? Lelaki itu harus kaya, berkuasa dan punya pengaruh, kalau nggak, bukankah itu sama dengan nggak berguna?" Sembari mengatakan ini, ibunya Widia sengaja melirik ke arah Tobi, lalu menambahkan, "Beda halnya dengan wanita. Asalkan pintar dan cantik, yang lainnya nggak begitu penting lagi.""Ada yang pernah mengatakan, wanita menaklukkan dunia dengan menaklukkan pria, sebaliknya, pria menaklukkan wanita dengan menaklukkan dunia."Widia tidak menanggapi ibunya. Dia melangka
Dia segera bertanya, "Tobi, kamu bilang kamu kenal Tuan Rio dan kamu mengundangnya ke sini untuk menghadapi Keluarga Gumilar, 'kan? Lantas, mengapa kamu nggak menyapanya barusan?"Tobi agak kaget. Bagaimana dia menjawab pertanyaan ini?Ibunya Widia juga baru sadar, lalu menatap Tobi yang belum menjelaskan apa pun. Jangan-jangan bocah ini barusan bohong kepadanya?Widia agak panik. Dia baru saja memikirkan cara untuk mengelabui mereka.Namun, di saat ini juga, Rio kembali muncul di sana. Gerakannya begitu cepat, seolah-olah seperti hantu.Semua orang di Keluarga Lianto terkejut, tetapi Kakek Muhar buru-buru menyambutnya dengan hormat, "Tuan Rio!"Rio tidak peduli dengannya, bahkan melewatinya begitu saja. Dia langsung menghampiri Widia dan berkata, "Nona Widia, maaf. Ridwan tiba-tiba bertindak di tengah jalan, lalu mengambil kesempatan dan kabur bersama cucunya serta ahli bela diri lainnya.""Apa!"Begitu mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di Keluarga Lianto seketika berubah dra
Mendengar ucapan itu, wajah Kakek Muhar langsung berubah drastis. Dia menatap tajam Tobi dan bersiap untuk menegur pria itu.Widia tidak berani membiarkan kakeknya berbicara lebih banyak lagi. Jika begitu, bukankah Tuan Rio akan tahu Tobi telah menggunakan namanya, bahkan mengklaim jasanya?Apalagi mengatakan Tuan Rio diundang oleh Tobi ke sini. Jika hal ini ketahuan oleh Tuan Rio, dia pasti akan marah besar. Terlebih melihat betapa sombong dirinya barusan, seolah-olah dia-lah yang paling hebat di dunia ini."Kakek, kami hanya bercanda."Widia buru-buru menjelaskan, "Tuan Rio, kalau begitu, silakan lanjutkan perjalanan Anda. Kami nggak akan mengganggu Anda lagi.""Huh!"Rio mendengus dingin dan langsung pergi. Meski wanita ini menarik perhatiannya, dia terlalu bodoh.Setelah dia pergi, Widia pasti akan menyesal.Hanya saja, menangkap Gavin juga termasuk kali pertamanya dalam melakukan tugas penting sendirian. Jika tidak diselesaikan dengan baik, bukankah dia akan mengecewakan bimbingan
Di saat seperti ini, mereka berani melakukan apa saja.Lantaran mereka kini telah menjadi buronan Aula Varun. Seandainya mereka tertangkap, nyawa mereka sudah pasti akan berakhir. Itu sebabnya, mereka bisa melakukan apa saja demi melarikan diri.Begitu Tobi pergi, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Susan, dia pun segera mengangkatnya."Kak Tobi, apa kamu lagi sibuk?" tanya Susan dengan hati-hati.Apalagi, teringat kejadian dia meminta Kak Tobi untuk berpura-pura menjadi pacarnya, yang berujung disalahpahami oleh istrinya."Nggak, kok. Ada masalah apa? Katakan saja," ucap Tobi."Kamu sudah berbaikan dengannya?" Lantaran ibunya ada di samping, Susan tidak berani menyebut nama Widia langsung. Lagi pula, orang tuanya juga tidak tahu kalau Kak Tobi sudah berkeluarga."Ya, kamu telepon karena ini? Sudah nggak apa-apa, jangan khawatir.""Bukan!"Susan buru-buru menjawab, "Masih ada hal lainnya!""Ada apa?""Kemarin, Yudi, putra dari Keluarga Saswito datang mengunjungi rumah kami, ba
Melihat putrinya menolak dengan tegas, ibunya Susan langsung mengubah nada bicaranya, "Lagian Tobi nggak keberatan. Susan, kamu sendiri nggak mau, tapi Ibu mau. Ibu bersusah payah membesarkanmu hingga sekarang ini, anggap saja itu sebagai penunjang masa tuaku?""Apa kamu tega melihat ayahmu terus bekerja keras seperti ini?""Aku bisa menghasilkan uang untuk membiayai kalian.""Hanya mengandalkan sedikit gajimu, kapan aku bisa tinggal di vila?" balas ibunya Susan, bahkan lanjut menambahkan, "Susan, padahal ini jelas-jelas hadiah untuk kita, kenapa kamu masih ngotot nggak mau terima? Apa kamu mau memaksa ibumu?""Bukan!"Susan tersenyum pahit, lalu berkata tak berdaya, "Bu ... bukannya aku nggak mau terima, tapi kami juga bukan suami istri.""Kalian bukan suami istri, tapi kalian itu sepasang kekasih. Wajar saja dia memberimu hadiah. Bagi Tobi, memberi vila sebagai hadiah itu hanyalah masalah sepele. Jadi, kamu nggak perlu terlalu memikirkan hal ini," kata ibunya Susan."Tapi kami juga b
Ibunya Susan langsung mengancam putrinya dengan nyawanya.Susan benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Di saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Ibunya Susan segera melangkah maju dan membuka pintu. Sesuai harapannya, yang datang adalah Yudi. Dia langsung menyambut Yudi dengan penuh semangat dan gembira. Bisa dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya.Sudah sampai di titik ini, Susan tidak menghentikannya lagi. Selain itu, Kak Tobi juga sudah mengizinkan, apalagi ibunya juga mengancam, dia benar-benar tidak punya pilihan lain lagi.Terlebih, setelah mendengarkan perkataan ibunya, Susan juga merasa Kak Tobi menyukainya.Lantaran Kak Tobi menyukainya, dia terpaksa harus menerimanya. Kapan pun Kak Tobi menginginkan balasannya, dia pasti akan sukarela menyerahkan tubuhnya kepada pria itu.Tobi sama sekali tidak tahu ucapannya itu bisa membuat ibu dan anak itu berdebat panjang. Setelah masuk ke dalam mobil, Tobi pun segera menelepon anak buahnya, lalu meminta mereka melacak lo
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab