"Oh ya, aku hampir lupa. Kamu bilang bisa menangani masalah ini, apa mereka akan bertindak hari ini?" tanya Widia lagi."Ya!""Mereka sudah mengikuti dari belakang, dalam perjalanan menuju kediaman Keluarga Lianto."Tobi telah menerima kepastian berita itu."Benarkah? Syukurlah. Tobi, tak disangka, kamu begitu hebat dan bisa mengundang mereka untuk menghadapi Keluarga Gumilar."Widia sengaja mengatakan itu dengan suara lantang. Dia ingin keluarganya tahu ini semua berkat bantuan Tobi.Walaupun bukan Tobi yang mencari orang-orang itu, tetapi Keluarga Gumilar sendiri yang membuat masalah hingga menarik perhatian Aula Varun, hanya saja, keluarganya tidak tahu hal ini sama sekali, jadi dia bisa memperdaya mereka.Jangankan mereka, bahkan Tobi sendiri pun merasa sedikit terkejut.Kapan dia bilang kepada Widia bahwa dialah yang mencari orang untuk menangani Keluarga Gumilar? Kenapa wanita itu bisa tahu?Semua anggota Keluarga Lianto dibuat bingung. Mereka bertanya dengan heran, "Widia, apa y
Melihat Kakek Muhar terhempas jauh, semua orang langsung tercengang. Padahal dia hanya melakukan gerakan biasa, tetapi bisa-bisanya pria tua itu terlempar keluar.Widia buru-buru berlari mendekatinya. Untung saja, kakeknya mendarat dengan selamat dan tidak terluka parah.Sebenarnya, itu semua berkat Tobi, yang berdiri tak jauh dari sana. Dia menggunakan kekuatannya untuk mendukung Kakek Muhar.Jika tidak, Kakek Muhar pasti akan terluka parah, bahkan mungkin tidak bisa bangkit lagi.Ayah dan ibunya Widia juga tampak gugup.Begitu juga dengan ibunya Widia. Kakinya bergetar hebat, tetapi saat mendengar pertanyaan Ridwan, dia langsung antusias, lalu menunjuk ke arah Tobi dan berkata, "Yang itu! Dialah Tobi!""Kami selalu mendukung Tuan Gavin dan ingin putri kami menikah dengannya. Tobi-lah yang merusak semua ini dan juga melakukan banyak kejahatan lainnya."Mendengar itu, Ridwan langsung menatap Tobi yang berdiri di seberangnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Ternyata Tobi itu kamu. Bis
Entah kenapa, ketika mendengar itu, Widia masih terlihat acuh tak acuh. Meskipun perkataan Gavin tidak enak didengar, dia juga tidak begitu emosi.Bisa-bisanya dirinya disukai oleh orang seperti ini, menjijikkan sekali!Namun, mengapa penolong yang disebut Tobi barusan masih belum datang? Bagaimana kalau Ridwan ingin menghabisi Tobi sekarang juga? Tidak bisa, dia harus mengulur waktu.Tidak ada yang begitu memperhatikan saat Gavin menyebut Widia sebagai perempuan bekas. Namun, kilatan dingin melintas di sorot mata Tobi. Dia hampir mengambil tindakan untuk menghabisi Gavin.Saat ini, Ridwan ikut menimpali dengan nada dingin, "Gavin, tak perlu omong kosong dengan orang berstatus rendah seperti ini. Tenang saja, mengenai wanita itu, aku jamin malam ini kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan.""Sekarang, Tobi, kamu mau lumpuhkan seni bela dirimu sendiri, berlutut di depanku dan memohon pengampunan atau mau aku turun tangan sendiri?"Cucunya sudah bilang, sebelum menghabisi Tobi, di
Jangan-jangan Tobi juga berasal dari Keluarga Yudistira ini?Pikiran ini mendadak muncul di benak Widia, tetapi dia buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pemikiran itu jauh-jauh. Mana mungkin? Meski wajah Tobi memberikan rasa nyaman, dia juga tidak memiliki karisma seperti Tuan Rio.Sebaliknya, dia lebih terlihat seperti orang biasa. Hanya saja, entah kenapa, makin hari, dia makin enak dipandang dan juga memberikan kesan nyaman.Ayah dan ibunya Widia memandang tuan muda di hadapan mereka. Pemuda itu begitu tenang dan mendominasi, mengenakan pakaian mewah, apalagi karismanya sangat luar biasa. Dibandingkan dengan dirinya, Gavin bukanlah apa-apa.Hal ini membuat mereka bersemangat. Tuan Rio inilah pasangan yang cocok untuk putri mereka. Mengapa putri mereka tidak bertemu dengan tuan muda seperti itu?Ridwan terlihat gugup. Dia hanya bisa menunggu jawaban tuan muda ini dengan sabar.Tuan Rio mendengus dingin, lalu dengan arogannya menjawab, "Kamu akan mengetahui alasan spes
Mendengar itu, ekspresi Widia segera berubah, lalu buru-buru berkata, "Tuan Rio, kepala Keluarga Gumilar menggunakan pengaruh keluarganya untuk menindas kami. Mohon Anda nggak menyetujuinya."Ibunya Widia segera menimpali, "Widia, apa yang kamu bicarakan? Tuan Rio sedang menangani masalah, kenapa malah ikut campur? Tuan Rio, mohon abaikan putriku dan lakukan sesuai yang kamu inginkan.""Lagi pula, Tobi memang bukan orang baik. Membunuhnya juga nggak akan merugikan semua orang.""Ibu!"Widia tampak marah. Dia merasa ibunya sudah kelewat batas. Bagaimanapun juga, ini melibatkan nyawa seseorang.Mendengar kata-kata itu, Rio pun mengalihkan pandangannya ke arah Widia. Matanya tampak berbinar-binar. Sungguh wanita yang cantik, terutama sepasang matanya yang jernih, bagaikan bintang di langit malam.Dia tersenyum dan bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Widia. Kali ini Keluarga Gumilar datang mencari gara-gara karena aku. Kelihatannya, Tuan Rio punya rasa keadilan yang kuat. Tolong jangan biark
Setelah anggota Keluarga Gumilar dibawa pergi, barulah orang-orang di Keluarga Lianto bisa bernapas lega. Wajah mereka terlihat ceria kembali.Kali ini, untung saja Tuan Rio datang ke sini.Ibunya Widia mulai bersemangat dan buru-buru berkata, "Widia, kamu sadar nggak, tatapan Tuan Rio kepadamu berbeda dari yang lainnya? Jangan-jangan dia menyukaimu?""Ibu, apa yang kamu bicarakan!"Widia menanggapi ibunya dengan kesal, "Apa kamu nggak tahu siapa Tuan Rio? Mana mungkin dia tertarik pada orang seperti kita?""Kenapa nggak? Lelaki itu harus kaya, berkuasa dan punya pengaruh, kalau nggak, bukankah itu sama dengan nggak berguna?" Sembari mengatakan ini, ibunya Widia sengaja melirik ke arah Tobi, lalu menambahkan, "Beda halnya dengan wanita. Asalkan pintar dan cantik, yang lainnya nggak begitu penting lagi.""Ada yang pernah mengatakan, wanita menaklukkan dunia dengan menaklukkan pria, sebaliknya, pria menaklukkan wanita dengan menaklukkan dunia."Widia tidak menanggapi ibunya. Dia melangka
Dia segera bertanya, "Tobi, kamu bilang kamu kenal Tuan Rio dan kamu mengundangnya ke sini untuk menghadapi Keluarga Gumilar, 'kan? Lantas, mengapa kamu nggak menyapanya barusan?"Tobi agak kaget. Bagaimana dia menjawab pertanyaan ini?Ibunya Widia juga baru sadar, lalu menatap Tobi yang belum menjelaskan apa pun. Jangan-jangan bocah ini barusan bohong kepadanya?Widia agak panik. Dia baru saja memikirkan cara untuk mengelabui mereka.Namun, di saat ini juga, Rio kembali muncul di sana. Gerakannya begitu cepat, seolah-olah seperti hantu.Semua orang di Keluarga Lianto terkejut, tetapi Kakek Muhar buru-buru menyambutnya dengan hormat, "Tuan Rio!"Rio tidak peduli dengannya, bahkan melewatinya begitu saja. Dia langsung menghampiri Widia dan berkata, "Nona Widia, maaf. Ridwan tiba-tiba bertindak di tengah jalan, lalu mengambil kesempatan dan kabur bersama cucunya serta ahli bela diri lainnya.""Apa!"Begitu mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di Keluarga Lianto seketika berubah dra
Mendengar ucapan itu, wajah Kakek Muhar langsung berubah drastis. Dia menatap tajam Tobi dan bersiap untuk menegur pria itu.Widia tidak berani membiarkan kakeknya berbicara lebih banyak lagi. Jika begitu, bukankah Tuan Rio akan tahu Tobi telah menggunakan namanya, bahkan mengklaim jasanya?Apalagi mengatakan Tuan Rio diundang oleh Tobi ke sini. Jika hal ini ketahuan oleh Tuan Rio, dia pasti akan marah besar. Terlebih melihat betapa sombong dirinya barusan, seolah-olah dia-lah yang paling hebat di dunia ini."Kakek, kami hanya bercanda."Widia buru-buru menjelaskan, "Tuan Rio, kalau begitu, silakan lanjutkan perjalanan Anda. Kami nggak akan mengganggu Anda lagi.""Huh!"Rio mendengus dingin dan langsung pergi. Meski wanita ini menarik perhatiannya, dia terlalu bodoh.Setelah dia pergi, Widia pasti akan menyesal.Hanya saja, menangkap Gavin juga termasuk kali pertamanya dalam melakukan tugas penting sendirian. Jika tidak diselesaikan dengan baik, bukankah dia akan mengecewakan bimbingan