"Apa? Rokok ini sebungkus 200 juta? Apa rokok ini terbuat dari emas?"Sorot mata ibunya Susan penuh keterkejutan."Rokok ini mungkin memang nggak semahal itu, tapi barangnya langka dan berharga. Yang bisa mendapatkan rokok ini hanya para petinggi ataupun bangsawan. Rokok ini melambangkan status dan menambah peluang saat mereka keluar untuk bernegosiasi bisnis," ucap ayahnya Susan menjelaskan."Ternyata begitu. Tobi, lebih baik kamu simpan kembali," kata ibunya Susan, tetapi rokok itu masih tergenggam erat di tangannya, seakan-akan tidak rela memberikannya."Nggak usah. Lagian rokok ini sudah kuberikan kepada Paman, mana mungkin aku mengambilnya lagi."Tobi menolak secara halus.Ayahnya Susan masih ingin berbicara, tetapi ponsel Tobi tiba-tiba berdering. Ketika melihat nomor penelepon, ternyata itu nomor Yudi yang baru saja menghubunginya. Sepertinya mereka sedang menghadapi masalah. Kalau tidak, mereka tidak akan sepanik ini."Aku angkat telepon dulu."Tobi segera beranjak, lalu berjal
"Ini urusan Keluarga Saswito," ucap Tobi dengan nada datar."Ya, sebagai permintaan maaf, kami ingin memberi Anda sebuah vila di Kompleks Bugenvil.""Kalian nggak perlu memberiku kompensasi. Kalau kalian punya niat, cukup berikan kompensasi kepada gadis yang hampir ditipu olehnya. Kalau aku nggak ada di sini hari ini, dia pasti sudah celaka.""Baik, baik."Burhan mengangguk kepalanya berulang kali."Baiklah, kalau nggak ada hal lainnya, aku tutup ya.""Tunggu!"Mendengar itu, Burhan seketika panik."Masih ada masalah?""Tuan Tobi, apa Anda punya waktu besok? Bisakah Anda memberi saya kesempatan untuk mengundang Anda makan bersama?" tanya Burhan dengan hati-hati. Dia sangat gugup.Dia takut Tobi tidak setuju."Aku nggak ada waktu!" tolak Tobi langsung.Begitu kata-kata itu keluar, Burhan tertegun, raut wajahnya juga berubah.Ekspresi wajah yang lainnya juga berubah saat mendengar penolakan itu. Mereka semua tampak putus asa.Gawat. Tuan Tobi masih marah.Demi menghindari situasi darurat
Melawannya?Kata-kata itu bahkan sempat membuat Burhan curiga dengan pendengarannya.Bagaimanapun juga, itu termasuk keluarga besar di Jatra, sanggupkah mereka melawannya?Mungkin dia tidak dengar jelas siapa lawan yang akan kita hadapi?Reaksi anggota Keluarga Saswito lainnya juga hampir sama. Mereka semua tercengang, beberapa di antaranya bahkan tidak memercayai apa yang ditangkap oleh telinga mereka."Begini, Tuan Tobi, Keluarga Capaldi juga termasuk keluarga besar di Jatra. Kekuatannya mereka juga sangat hebat, apalagi keluarga kecil seperti kami, nggak akan mungkin bisa menandinginya."Burhan sengaja menunjukkan kelemahan keluarganya, tetapi secara tak langsung, dia juga memperingatkan Tobi mengenai kekuatan luar biasa yang dimiliki Keluarga Capaldi."Aku tahu."Tobi berkata, "Ya, memang kalian bukanlah tandingannya, tapi bukannya aku sudah bilang, kalau dia datang, panggil aku, biar aku yang menghadapinya, bukan menyuruh kalian turun tangan sendiri."Begitu kata-kata itu dilontar
Walaupun dia tidak begitu percaya, tetapi dari sikap Damar, terlihat jelas Tobi bukanlah orang biasa. Jadi, mana mungkin orang sehebat itu berani membual kepada mereka?"Tapi, ini terlalu menakutkan.""Marganya Yudistira, 'kan? Jangan-jangan dia anggota Keluarga Yudistira di Jatra?" kata Yudi tiba-tiba, lantaran Darel, mereka bahkan sempat memahami sedikit keluarga besar di Jatra.Mereka terus mencari bantuan, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa membantu mereka."Keluarga Yudistira di Jatra?""Nggak mungkin, nggak mungkin sama sekali!""Mana mungkin tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra bisa berada di tempat sekecil ini?"Burhan segera menimpali, menjawab, "Keluarga Yudistira adalah salah satu keluarga kelas atas di Jatra, apalagi putra mereka semua termasuk pemimpin di antara generasi muda Harlanda.""Benar juga, jadi siapa sebenarnya dia?"Burhan tersenyum pahit dan berkata, "Lagi pula, Tuan Tobi telah setuju untuk membantu, mungkin krisis kita kali ini benar-benar akan teratasi."
Melihat mereka berdua begitu mesra, ibunya Susan tersenyum bahagia, lalu berkata, "Tobi, kamu pria yang baik. Ada kamu yang menjaga Susan, Bibi sudah tenang.""Kalau kalian capek, di dekat sini ada hotel, lingkungannya juga sangat bagus, cocok untuk pasangan muda seperti kalian.""Bagaimana kalau aku buat reservasi untuk kalian? Daripada nanti kehabisan kamar."Kata-kata itu seketika membuat Susan tersipu malu.Tobi tampak berdaya. 'Perlukah menyerahkan putrinya secepat itu?'Susan takut Kak Tobi akan ketahuan, jadi dia pun buru-buru berkata, "Nggak usah, kami bisa memesannya sendiri.""Ya, ya, kalau begitu, bersenang-senanglah malam ini. Ayahmu dan aku nggak akan ganggu kalian lagi." Usai mengatakan itu, orang tuanya Susan pun pamit dari sana.Tobi tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun, dia tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Saat membalikkan badannya, dia tak kuasa menahan senyum pahit.Gawat!Lantaran orang yang berdiri di sana tak lain adalah Widia.Oh ya, juga ada Tania.Waj
Wajah Susan terlihat murung. Dia tidak menyangka tindakannya akan mencelakai Tobi dan merusak hubungan mereka. Dia pun hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat.Tobi sedikit tidak tega, tetapi dia tetap menahan diri, lalu berkata, "Widia, ini benar-benar salah paham. Kenapa kamu bisa datang ke sini? Apa ada orang yang sengaja menghasutmu ke sini?""Sengaja menghasutku?""Tobi, sampai sekarang kamu masih mau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain?"Wajah Widia penuh amarah, lalu berkata dengan nada dingin, "Jangan-jangan kamu mau bilang Tania sengaja menghasutku ke sini, lalu ingin merusak hubungan kita?""Memangnya bukan?" kata Tobi sambil melirik Tania, cahaya dingin melintas di sorot matanya.Akibat dilirik oleh Tobi, Tania merasa kaget dan mulai panik.Namun, sebelum dia menanggapinya, Widia telah mendahuluinya, "Tentu saja bukan. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan Tania. Aku sendiri yang mau datang ke sini."Tania diam-diam merasa bangga. Awalnya, dia memang berencana me
Mendengar ucapan Widia, Tania tertegun sejenak, tetapi tak lama kemudian, ekspresinya berubah senang.Berhasil! Akhirnya berhasil juga.Tak disangka, semuanya akan berjalan lancar.Tuan Gavin pasti akan memberi Tania hadiah besar.Tobi terkejut, lalu diam-diam menahan senyum pahit. Dia tahu yang keluar dari mulut Widia saat ini hanyalah kata-kata emosi.Namun, Widia masih berada di puncak emosi, pasti dia tidak akan mendengarkan penjelasan Tobi.Kakek Muhar tercengang. Apa yang terjadi dengan cucunya? Mengapa tiba-tiba berubah? Namun, dia tidak peduli begitu banyak lagi. Yang penting cucunya sudah setuju.Dia langsung bersemangat dan berkata, "Bagus, bagus, ini baru cucu kesayanganku."Walaupun Widia tidak bisa menikah dengan Darel, putra Keluarga Capaldi di Jatra, tetapi bisa menikah dengan putra Keluarga Gumilar di Kota Sawarna juga bukan pilihan buruk.Setelah menutup telepon, Kakek pun memberitahukan kabar itu kepada orang tuanya Widia. Mereka juga turut gembira.Sekeluarga itu tak
Lantaran takut cucunya berubah pikiran, Kakek Muhar juga ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Ditunda terlalu lama hanya akan menambah masalah."Baik, aku akan ke sana besok siang," ucap Gavin."Ok."Setelah itu, Kakek Muhar menelepon Widia lagi, memintanya segera pulang untuk mendiskusikan masalah.Widia menebak itu mungkin ada hubungannya dengan Gavin. Dia ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Aku nggak pulang malam ini. Kalau ada masalah, besok baru dibicarakan.""Kenapa mau tunggu besok? Cepat pulang.""Asal kamu tahu, menerima lamaran pernikahan Gavin itu keputusan yang tepat. Lagi pula, Tuan Gavin itu pria berbakat dan punya pengalaman belajar di luar negeri. Dia pasangan yang cocok untukmu, kalian sangat serasi," kata Kakek Muhar.Wajah Widia terlihat murung. Sebenarnya, dia sudah menyesal. Sekalipun marah kepada Tobi, tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan ini begitu saja.Apalagi, dia sama sekali tidak punya perasaan kepada Gavin, bahkan merasa sedikit jijik saat m
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama