Lantaran takut cucunya berubah pikiran, Kakek Muhar juga ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Ditunda terlalu lama hanya akan menambah masalah."Baik, aku akan ke sana besok siang," ucap Gavin."Ok."Setelah itu, Kakek Muhar menelepon Widia lagi, memintanya segera pulang untuk mendiskusikan masalah.Widia menebak itu mungkin ada hubungannya dengan Gavin. Dia ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Aku nggak pulang malam ini. Kalau ada masalah, besok baru dibicarakan.""Kenapa mau tunggu besok? Cepat pulang.""Asal kamu tahu, menerima lamaran pernikahan Gavin itu keputusan yang tepat. Lagi pula, Tuan Gavin itu pria berbakat dan punya pengalaman belajar di luar negeri. Dia pasangan yang cocok untukmu, kalian sangat serasi," kata Kakek Muhar.Wajah Widia terlihat murung. Sebenarnya, dia sudah menyesal. Sekalipun marah kepada Tobi, tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan ini begitu saja.Apalagi, dia sama sekali tidak punya perasaan kepada Gavin, bahkan merasa sedikit jijik saat m
Setelah Widia mempersiapkan semuanya, dia pun menarik napas dalam-dalam dan menghubungi nomor Gavin.Begitu tersambung, Gavin langsung berkata dengan gembira, "Bu Widia, eh salah, harusnya Widia, terima kasih sudah menerima lamaranku. Aku senang sekali.""Jangan khawatir. Aku sudah memberi tahu ayahku mengenai masalah ini, juga semua kerabat keluarga. Mereka semua setuju dan mendukung kita.""Besok siang, aku akan datang untuk melamar secara resmi!"Apa?Padahal hanya sebentar saja, tetapi dia sudah memberi tahu begitu banyak orang?Kalau dihitung-hitung, sejak dia menyetujui lamaran Gavin di pantai hingga sekarang baru satu jam lebih saja.Widia menyesal sekali. Seharusnya dia tidak begitu gegabah. Namun, dia masih harus menggigit jari dan berkata, "Tuan Gavin, yang kakekku bilang barusan itu mungkin hanya salah paham.""Salah paham?""Widia, apa maksudmu?" Nada bicara Gavin seketika berubah."A ... aku belum siap menerima lamaranmu.""Apa!""Widia, apa kamu bercanda?"Nada suara Gavi
Ekspresi wajah Tania terlihat kesal.Widia tersenyum pahit dan berkata, "Mungkin kita juga nggak bisa menyalahkannya sepenuhnya. Bagaimanapun juga, dia mewakili Keluarga Gumilar, apalagi tadi dia juga bilang, dia sendiri sih berniat memberiku kesempatan.""Kalau begitu, Tuan Gavin lumayan baik juga. Mungkin nggak ada salahnya kamu menikah dengannya."Berbicara sampai di sini, Tania menyadari ekspresi Widia sedikit berubah, lalu dengan cepat menambahkan, "Sayangnya, kamu nggak menyukainya sama sekali. Kamu hanya menyukai Tobi si bajingan itu.""Begini saja, aku telepon kenalanku dulu, siapa tahu mereka punya jalan keluar.""Aku rasa nggak mungkin lagi." Lagi pula, itu Keluarga Gumilar di Kota Sawarna. Bahkan dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, mana mungkin Tania punya jalan keluar?"Sekalipun nggak mungkin, aku juga harus mencari jalan keluar untukmu. Jangan khawatir, serahkan masalah ini kepadaku," kata Tania dengan sungguh-sungguh.Kata-kata seperti itu langsung membuat Widia
Jangan-jangan Gavin mencuri liontin giok Kristin untuk menipu Widia? Lalu, dia sengaja memakai liontin giok dan muncul di hadapan Widia.Membuat Widia salah paham.Sewaktu kecil dulu, Tobi memang memberi liontin giok berbentuk pisau kepada Widia dan yang satunya lagi diberikan kepada Kristin. Sebenarnya itu liontin pasangan, jadi keduanya bisa digabungkan.Mungkin Widia salah paham dan menganggap Gavin sebagai Pengemis Kecil, apalagi liontin giok itu begitu mirip dan cocok saat digabungkan satu sama lain.Kalau tidak salah, dulu dia sempat memberi tahu Widia bahwa liontin itu berpasangan dan yang satunya lagi dia simpan sendiri.Namun, bagaimana Gavin bisa tahu Widia memiliki liontin giok ini?Tania?Pasti Tania. Widia pasti pernah menceritakan masa kecilnya kepada Tania. Itu sebabnya Tania bisa memberi tahu Gavin, kemudian menggunakan masalah ini untuk menipu Widia.Semuanya sudah jelas sekarang.Dia tidak peduli bagaimana Gavin bisa menemukan liontin giok yang dimiliki Kristin. Yang
Lupakan. Saat ini dia hanya bisa mengambil tindakan berdasarkan situasi yang dihadapi.Memikirkan kata-kata kakeknya, Widia pun memutuskan untuk pulang ke rumah dulu.Tania bilang, dia khawatir dengan Widia, jadi dia ikut kembali dan berencana menemaninya malam ini.Widia tentu saja setuju. Sampai sekarang, hanya Tania satu-satunya yang terus menemaninya dan menghadapi semua kesulitan bersamanya.Tak salah lagi. Di saat kritis seperti ini, hanya sahabat baik yang benar-benar bisa kita andalkan.Yang lainnya, terutama laki-laki, hanyalah bajingan.Sama seperti Tobi. Padahal, Widia telah berkorban banyak untuknya, tetapi dia malah sibuk merayu wanita lain di luar.Usai mengakhiri percakapannya dengan Widia, Kakek Muhar langsung menyampaikan berita ini kepada Gavin. Setelah itu, dia pun terus menunggu kabar dari Widia.Namun, setelah beberapa saat, masih belum ada kabar. Jadi, dia pun kembali menelepon untuk menanyakannya.Mendengar Widia bilang dia sedang menyetir dan dalam perjalanan pu
Kakek Muhar terjebak dalam dilema.Jika ingin menyerah, dia masih bisa melakukannya sekarang.Hanya saja, hatinya tidak rela.Apalagi, ini kesempatan langka bagi Keluarga Lianto untuk naik ke posisi lebih tinggi. Saat perjalanan terakhirnya ke Jatra, dia telah merasa dihina dan diremehkan.Terutama saat bersama keluarga teman lamanya. Selain perlakuan temannya yang sedikit lebih baik, yang lainnya begitu meremehkannya.Dia ingin menjodohkan Widia dengan cucu teman lamanya, Darel. Sayangnya, Darel memandang rendah dirinya, bahkan tidak ingin melihat foto cucunya.Tidak bisa! Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Saat ini, Widia masih belum paham. Setelah berhubungan dengan Tuan Gavin nanti, dia pasti akan menyadari kebaikannya dan perlahan-lahan mengerti pria mana yang paling cocok untuk dirinya.Namun, bagaimana kalau Widia merasa tertekan dan berakhir melakukan hal bodoh?Saat itu, apa yang harus dilakukannya?Tampaknya, dia tidak boleh terburu-buru mendesak cucunya. Bagaimanapun juga
Wajah ayah dan ibunya Widia juga tampak berseri-seri. Sedari tadi, senyum tak henti-hentinya menghiasi wajah mereka. Akhirnya, putri mereka bisa menjadi menantu orang kaya. Impian mereka menjadi orang kaya raya juga akan tercapai.Meski keluarga mereka termasuk kaya sekarang, mereka masih jauh dibandingkan dengan keluarga terpandang lainnya.Tak terasa, sudah jam sembilan. Gavin juga sudah muncul di sana.Acara lamaran seperti ini biasanya akan melibatkan para tetua Keluarga Gumilar, tetapi kali ini, yang terlihat hanyalah Gavin, diikuti oleh beberapa anak buahnya.Ternyata, Kakek Muhar sudah mengetahui hal ini dari awal. Dia mengatakan lantaran masalah ini agak khusus, jadi dia juga tidak keberatan."Kakek Muhar!" teriak Gavin antusias. Sebelum Widia menjadi miliknya, Gavin masih terus memperlihatkan sikap hormat, terutama kepada keluarganya Widia.Ditambah dengan perilakunya yang sopan, dia langsung mencuri hati semua orang di Keluarga Lianto.Hanya saja, setelah mengedarkan pandanga
"Widia, kamu mungkin nggak tahu, sejak pertama kali melihatmu, aku sudah jatuh cinta kepadamu.""Aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Bukankah aku selalu ingin menemukan Gadis Manis? Lantas, mengapa aku malah jatuh cinta kepadamu?" kata Gavin dengan emosional.Pernyataan itu seketika membuat Kakek Muhar dan lainnya kebingungan. Meski tersentuh dengan perasaan Gavin kepada Widia, Gadis Manis yang dia sebut barusan itu siapa pula?Mendengar kata-kata Gavin, mau tak mau, pikiran Widia melintas kembali ke ingatan masa kecil. Hanya saja, entah kenapa, hatinya tetap tidak bisa menerima Gavin yang ada di hadapannya ini.Baik dari kepribadian ataupun penampilannya, dia tidak bisa memberikan perasaan itu kepada Widia,Sebaliknya, malah Tobi yang memberinya perasaan itu, meski hanya sesekali."Kakek Muhar, kalian mungkin nggak tahu siapa Gadis Manis yang kusebut tadi. Sebenarnya, dia adalah Widia. Kami sempat bertemu sewaktu kecil dulu, bahkan kami juga sepakat untuk bersama ketika dewasa
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp